Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

8

Saat Leo udah selesai dengan kebrengsekannya, Anin langsung pulang sambil nangis. Untung aja Ibunya lagi ke pasar malem sama Ayah, jadi dia gak bakal ditanya kenapa.

Anin langsung mandi sambil najis-najisin dirinya sendiri. Dia jijik banget dengan pantulannya di cermin. Di umur yang beranjak 18 tahun, Anin udah kehilangan sesuatu yang sangat berharga bagi seorang perempuan.

Mending diambilnya sama orang yang dia sayang, lah ini ganteng sih cuman kan Anin gak sayang, mana lagi mabok.

Rasa sakit yang menjalar ditubuhnya gak sebanding dengan rasa sakit di hatinya sekarang. Dirinya merasa menjadi wanita murahan. Sesuatu yang harusnya dia jaga, hilang begitu saja dengan mudahnya.

Leo terbangun saat merasa tenggorokannya sangat haus. Ia melirik jam dinding yang terpasang di kamarnya, ternyata udah tengah malam.

Melihat keadaan kamarnya yang berantakan, Leo menyerit heran, ditambah dirinya yang tidak memakai sehelai benang pun. Lah kenapa nih gue? Tanyanya heran.

Lel duduk dan bersandar pada dashbord kasurnya, mencoba mengingat kejadian apa yang terjadi pada dirinya saat mabuk tadi.

Saat ingin mengenakan pakaiannya yang tercecer di lantai, Leo kaget menemukan kalung dengan inisal A, dia tau siapa pemilik kalung tersebut. Kepanikannya bertambah, saat dirinya melihat bercak darah yang ada di seprei berwarna putih miliknya.

Tentu saja Leo tau apa yang terjadi. Tapi hello, apa dia bener-bener ngelakuin hal bangsat itu sama Anin, anak kecil yang lulus sekolah aja belom?

Pikirannya semakin bercabang saat memikirkan dampak buruk apalagi yang akan terjadi setelah hal ini.

"Bangsat!" umpatnya kesal. Leo bener-bener merasa lelaki paling brengsek sedunia saat ini.

Dengan takut-takut, Leo mencoba menelepon gadis yang sedari tadi hinggap di pikirannya.

"Ha--"

"Puas lo?" belum Leo sempat mengucapkan kata, Anin sudah mengeluarkan pertanyaan yang menusuk jantungnya.

"Nin, gue--"

"Puas lo, bang?"

Leo benar-benar merasa bersalah mendengar pertanyaan Anin. "Maaf, Nin gue--"

"Enak ya lo minta maaf. Lo pikirin gak sih nasib gue? Lo udah ngerusak gue bang! Gue bahkan belom ujian tapi lo udah...gue benci sama lo." Leo tau Anin pasti sedang menangis sekarang.

"Gue pasti tanggung jawab kalo lo kenapa-napa." entah keberanian dari mana Leo bisa mengucapkan hal tersebut.

"Harus. Lo gak pake pengaman waktu lo ngelecehin gue, gue harap gue gak kenapa-napa supaya gak ada benih menjijikan milik lo yang bersarang di tubuh gue. Gue benci sama lo, lo gak pantes di anggep manusia. Kelakuan lo ke gue bener-bener keterlaluan gue benci!" tanpa harus melihat Anin, Leo tau cewek yang sudah dia nodai tersebut pasti membencinya. Pasti.

"Gue mabok. Maaf, gue bener-bener lepas kendali, Nin. Maaf..."

"Lo pikir dengan maaf, lo bisa bikin gue jadi suci lagi? Gue gak perlu ngomong panjang lebar, gue jijik."

"Nin gue--"

Anin langsung menutup panggilan telepon sepihak. Leo menghela nafas berat, kenapa sih dia bisa segoblok itu?

Perlahan-lahan, Chanyeol bisa mengingat apa yang dia lakukan kepada Anin. Cara dia memaksa dan merusak gadis itu begitu keterlaluan. Rintihan dan isak tangis yang keluar dari mulut Anin terniang di kupingnya. Dirinya bahkan mengingat bagaimana rasa tubuh Anin saat di lecehkannya tadi.

Tapi bukan itu yang Leo takutkan ke depannya. Leo takut Anin hamil. Mengingat tadi Leo tidak menggunakan pengaman. Ya walaupun belom tentu juga sih, sekali tusuk langsung jadi. Tapi kalo ini masih dalam tahap subur Anin, gak ada yang tau kan?

~~

"Jalannya kenapa begitu, Non?" tanya Ibu Anin saat melihat cara berjalan Anin yang aneh. Ya jelas aja aneh, orang selangkangannya sakit bukan main.

"Anin jatuh bu di tangga waktu ibu sama Ayah pergi semalem." dari sekian banyak alasan, mungkin ini alasan yang paling rasional untuk Anin ucapkan.

"Ko bisa? Mau diurut gak?" tanya Ibu panik. Anin tersenyum sambil menggeleng.

Hari ini adalah hari libur, beruntung, jadi Anin tidak perlu perjuangan untuk berjalan dengan kondisi menyedihkan seperti ini.

Bila mengingat kejadian kemarin, rasanya air mata Anin tak pernah habis untuk mengalir. Mulai dari liarnya Leo dan cara Leo memperlakukannya, Anin merasa jika dirinya lebih rendah daripada binatang.

Namun hal yang lebih menjijikan lagi adalah kenyataan saat tubuhnya terima saja di nodai Leo berkali-kali malam itu. Menjijikan, persis wanita murahan.

"Nin?" saking bencinya, Anin bisa mendengar suara berat Leo memanggil namanya.

"Anin, gue perlu bicara." bener kata orang, kalo kita benci pasti orang tersebut gak pernah hilang dari pikiran kita.

"Anin, ini demi masa depan lo. Nin?" tapi kenapa suara Leo terdengar begitu nyata? Saat Anin membalikkan tubuhnya, dia terpaku. Leo sedang di kamarnya!

        

"Ngapain lo kesini?" tanya Anin sinis.

"We need to talk." jawab Leo tenang.

"We already talking." sahut Anin cepat.

"About what happend last night. And your room...its not good choose to talk about that."

"I don't wanna talk about that anymore."

"You should. Sebelum semuanya tambah kacau, gue tunggu bawah dan kita bakal ngomongin ini."

Sekarang Anin dan Leo sudah berada di sebuah danau yang letaknya jauh dari keramaian. Anin mengiyakan ajakan Leo karena benar kata Leo, sebelum semuanya tambah kacau.

Anin tau apa yang akan terjadi jika dua insan manusia melakukan apa yang dia dan Leo lakukan semalam.

Mereka terjebak hening dan hanya hanyut dengan pikirannya sendiri.

"Minum. Ini pil pencegah kehamilan. Like you said, i don't use any protec--"

"Gue tau." Anin masih muak sekali dengan orang yang duduk di sampingnya sekarang. Bayang-bayang menjijikan tentang apa yang telah terjadi semalam benar-benar tidak bisa Anin lupakan. 

"Lo lagi masa subur gak?" tanya Leo. Ini adalah pertanyaan ya paling membuatnya deg-degan.

"Engga." jawab Anin singkat.

"Syu--"

"Gak tau. Jadwal halangan gue berantakan." Leo mendadak pias mendengar jawab Anin.

"Kalo lo hamil gue pasti tanggung jawab, gue janji."

"Gue gak mau hamil." cairan bening di mata Anin mendadak melesak keluar.

"Gue minta maaf, Nin. Bukan maksud gue untuk merusak lo, sumpah. Gue mabok, walaupun gue gak bisa ngalahin alkohol. Gue minta maaf, gue bener-bener nyesel udah ngelakuin semua ini sama lo..."

Anin menarik nafas panjang. "Lo gak tau kan rasanya saat lo ngaca terus lo jijik sama diri lo sendiri? Atau saat lo nutup mata lo kejadian-kejadian sialan itu terus menghantui lo. Lo gak tau kan?" Leo hanya diam,ini semua emang salahnya.

"Maaf.."

"Gue berkali-kali minta ampun sama lo Bang semalem, gue bahkan nangis ngejer tapi lo tetep aja ngelanjutin aksi lo. Bahkan lo ngelakuin hal itu gak cuman sekali, you fuck me more than once, jerk!"

"Gue harus apa? Semuanya udah kejadian, gue juga gak mau semuanya jadi kayak gini..."

Anin menampar wajah Leo keras. "Gue benci sama lo! Brengsek!" pukulan-pukulan lain juga Leo rasakan bersamaan dengan isak tangis Anin yang begitu menyayat hati.

"Lo boleh pukulin gue sampe lo puas.."

Tangisan Anin semakin kencang. "Sakit banget. Semuanya, badan gue, hati gue. Sakit...gue persis kayak cewek murahan. Belom nikah tapi udah--"

"Enggak, Nin. Gue janji kalo lo kenapa-napa gue pasti tanggung jawab."

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel