Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 2

Diandra menggeliat, perlahan ia membuka matanya yang masih cukup berat. Ia bersandar pada kepala ranjang dan beberapa kali menguap karena masih mengantuk. Ia mengamati sekeliling kamarnya dan keadaannya masih seperti semalam. Setelah melakukan peregangan ringan pada tubuhnya, ia menuruni ranjang dan menuju balkon kamarnya untuk menghirup udara pagi. Puas menghirup segarnya udara pagi, Diandra berniat ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

“Cepat keluar. Jangan biarkan Mama dan adikku terlalu lama menunggu!” Mendengar perkataan tidak bersahabat seseorang di balik pintu kamarnya membuat Diandra mendengkus. Tanpa memberikan balasan, ia langsung melenggang menuju kamar mandi.

Di tempat lain, tepatnya di ruang tamu yang tersedia di dalam deluxe suite mereka, Hans menunggu Diandra keluar dari kamar tidur pribadinya. Sambil menunggu, ia memeriksa ponsel untuk melihat email yang dikirimkan sekretarisnya. Ia memang tidak mengambil cuti, karena semua keperluan yang berhubungan dengan pernikahannya sudah diurus oleh ibunya. Apalagi pernikahannya ini bukan dengan wanita yang dicintainya, jadi ia tidak terlalu memikirkannya.

“Ratna, siapkan semua dokumen untuk meeting siang nanti. Saya akan ke kantor setelah istirahat makan siang,” Hans memberi perintah kepada sekretarisnya melalui ponsel.

Tidak lama setelah Hans menutup pembicaraan dengan sekretarisnya, Diandra yang sudah selesai membersihkan diri keluar dari kamar tidur pribadinya. Tanpa repot saling menyapa, Hans berdiri dari duduknya. Ia mendahului menuju pintu utama kamar karena kehadiran mereka telah ditunggu oleh Allona dan Lavenia di restoran untuk sarapan bersama.

***

Hanya Allona yang bersikap ramah dan mengajak Diandra berinteraksi ketika sarapan. Hans sangat sibuk dengan ponselnya, sedangkan Lavenia terlihat fokus menikmati makanannya. Sebelum menikah, Diandra memang mempunyai hubungan yang kurang bagus terhadap kakak beradik yang kini tengah sarapan bersamanya, terutama Hans. Tentu saja yang menjadi alasan karena sifat serta sikap Diandra sangat berbeda dengan Deanita, kakaknya sekaligus kekasih Hans dan sahabat Lavenia. Bahkan, semasih menjadi kekasih Deanita pun, Hans pernah beberapa kali bersitegang dengannya. Meski Diandra tidak pernah bersitegang dengan Lavenia, tapi tetap saja hubungan mereka kurang akrab.

“Dee, semoga nanti kamu betah ya tinggal di rumah kami,” ucap Allona setelah menyelesaikan sarapannya.

“Wanita ini tidak akan tinggal di rumah keluarga kita, Ma. Aku akan mencarikannya tempat tinggal lain.” Perkataan frontal Hans membuat Allona dan Lavenia terkejut, sedangkan Diandra hanya menggigit bibir bagian dalamnya untuk meredam kegeramannya. Bahkan, ia mengepalkan tangannya yang berada di atas pangkuannya.

“Apa maksud perkataanmu, Hans? Dee sekarang telah resmi menjadi istrimu dan sudah pasti ia harus tinggal di rumah kita,” protes Allona tegas. “Ingat, Hans, kalian baru menikah kemarin, jadi jangan memancing pertengkaran,” imbuhnya mengingatkan.

“Memang benar wanita ini sekarang berstatus sebagai istriku, tapi tetap saja ia hanya penghancur hubungan orang,” Hans membalas perkataan Allona dengan pandangan menusuk ke arah Diandra.

“Sebenarnya kamu sendiri yang menghancurkan hubunganmu dengan Dea, Hans. Mengapa pondasi cinta kalian sangat rapuh? Jika kalian memiliki rasa saling percaya yang tinggi dan menerima semua kekurangan sekaligus kelebihan masing-masing, maka malapetaka ini tidak akan terjadi,” Allona memberikan pendapatnya tentang hubungan putranya.

“Dengan kata lain, Mama membela dan membenarkan tindakan menjijikkan wanita ini?” Hans geram dan menunjuk Diandra.

“Kak!” Lavenia menegur Hans karena bersikap kasar kepada sang ibu.

Allona terpancing oleh perkataan Hans. “Menjijikkan? Mana yang lebih menjijikkan dibandingkan perbuatanmu?” sindirnya menusuk. “Seharusnya kamu berpikir matang-matang sebelum memutuskan untuk memperkosa Dee. Mengapa kamu tidak menggunakan akal sehatmu untuk memikirkan akibat dari perbuatan bejatmu kepada Dee, hah?!” Allona kembali bersuara penuh kegetiran ketika melihat putranya hanya bungkam.

“Tenang, Ma,” Lavenia menenangkan emosi ibunya yang terpancing oleh provokasi Hans.

“Yang patut kamu persalahkan dari kejadian ini adalah Mama, Hans. Andai Mama tidak memohon kepada Sonya agar ia mau berdamai atas kecelakaan yang melibatkanmu dan merenggut nyawa sepupunya, Mama yakin Diandra tidak akan bertindak sejauh itu.” Dengan penuh penyesalan Allona menatap wajah datar Diandra. Untung saja mereka memilih tempat tertutup yang disediakan restoran untuk sarapan.

“Kalian hanya dipisahkan oleh status. Selain itu, kesempatan kalian untuk kembali bersama juga masih sangat terbuka lebar. Sangat berbeda denganku yang dipisahkan oleh alam dan sudah tidak mungkin untuk kembali bersama,” akhirnya Diandra membuka suara setelah merasa cukup menjadi seorang pendengar. Ia tetap mengepalkan tangannya agar rasa sesak di hatinya perlahan mengurai.

Diandra menatap tajam Hans yang masih mengetatkan rahangnya setelah mendengar perkataan Allona. “Aku mau berlutut dan memohon kepada Dea agar ia bersedia menjadi kekasihmu kembali. Aku juga bersedia mengganti semua biaya yang keluargamu keluarkan untuk pernikahan ini. Namun, apakah kamu bisa mengembalikan keperawananku, Tuan? Apakah kamu bisa membuat Wira kembali ke sisiku?” pintanya menantang dengan tatapan menusuk.

Setelah hening sejenak, Diandra kembali bersuara dengan penuh penekanan, “Bisakah Anda melakukannya, Tuan?”

“Dee,” panggil Allona lembut. Ia menyadari perasaan menantunya pasti sangat terluka oleh semua perkataan Hans.

Diandra menulikan telinganya terhadap panggilan ibu mertuanya. “Kehilanganmu tidak sebanding dengan yang aku alami, Tuan Hans Kenneth Narathama,” ucapnya dengan suara bergetar dan penuh amarah. “Pembunuh!” Diandra memilih pergi tanpa memedulikan reaksi ketiga orang tersebut atas kata tajam yang meluncur begitu saja dari mulutnya.

“Meskipun aku tidak menyukai kepribadian Dee, tapi rasa kecewaku atas sikap dan perbuatanmu jauh lebih besar, Kak,” ucap Lavenia sebelum menyusul Allona yang tengah mengejar Diandra.

Hans mengusap wajahnya dan mengembuskan napasnya kasar. Ia tidak pernah bermimpi atau memimpikan berada di situasi seperti ini. Situasi yang benar-benar membuat pikirannya terkuras. Impiannya menikah dengan Deanita harus tergantikan oleh adik dari wanita yang dicintainya itu, karena balas dendamnya membuahkan kehadiran janin.

Beberapa bulan lalu Hans memperkosa Diandra setelah membuat wanita itu terlebih dulu tidak sadar. Bahkan, saking dikuasai dendamnya, Hans menyetubuhi Diandra beberapa kali tanpa pengaman dan melepaskan benihnya langsung ke dalam rahim wanita tersebut. Alasan Hans tega melakukan perbuatan kasar tersebut adalah untuk memberikan balasan kepada Diandra yang secara sengaja menjebaknya di sebuah kamar hotel. Perbuatan Diandra membuat Deanita secara sepihak membatalkan pertunangannya setelah menerima kiriman video menjijikkan tersebut yang sengaja direkam oleh wanita itu.

Setelah ditelusuri, Hans mengetahui jika wanita yang bersamanya di video tersebut merupakan mantan simpanan Felix, sahabatnya sendiri. Tanpa mengulur waktu ia dan sahabatnya tersebut langsung mencari keberadaan wanita itu untuk melakukan konfrontasi. Tidak memerlukan waktu lama untuk menemukan dalang yang bersembunyi di baliknya, karena Felix mengancam akan menyakiti adik dari wanita tersebut.

Upaya Hans dalam menemukan dalang dari video tersebut ternyata tidak mengubah keputusan Deanita. Wanita itu tidak ingin kembali padanya dan tetap membatalkan pertunangan yang sudah mereka rencanakan jauh-jauh hari. Hans yang dikuasai amarah pun melakukan perbuatan bejatnya kepada Diandra, tanpa memikirkan konsekuensinya ke depan.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel