Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 3. Mengincar Keluarga Lim

Pagi itu suasana tidak biasa terlihat di kota Hong Sha. Orang-orang dunia persilatan hilir mudik keluar masuk kota yang terkenal sebagai kota perdagangan itu. Hari ini akan diadakan lelang barang-barang antik, pusaka dan harta berharga. Para pedagang kelas satu berdatangan di tempat itu untuk menawarkan barang dagangannya.

Sebuah gedung besar tepat berada di tengah-tengah kota Hong Sha dinamai Kamar Dagang Keluarga Lim. Sebuah keluarga besar yang bukan hanya terkenal dengan anggota keluarganya yang memiliki kemampuan hebat di bidang bela diri namun juga mereka piawai dalam usaha dagang. Pasar besar kali ini dilaksanakan di kamar dagang yang keluarga Lim dirikan.

Pasar besar itu akan dilaksanakan tiga hari lagi. Namun sudah banyak para orang-orang dunia persilatan baik dari aliran hitam maupun putih datang berkunjung. Di kota inilah para pendekar dua aliran bertemu tanpa terlibat pertarungan. Sebuah aturan yang sudah sejak lama berlaku dan siapapun yang melanggar tentu akan menjadi musuh bersama dua aliran.

Bukan hanya orang-orang dunia persilatan yang tertarik dan datang. Mereka yang merupakan sebuah perkumpulan keluarga terutama mereka yang berasal dari keluarga kaya dan kemampuan beladiri mereka tinggi turut datang meramaikan. Di pasar itulah biasanya mereka menemukan mestika berharga atau pusaka yang bisa meningkatkan kesaktian mereka.

Pagi itu, para pendekar yang menginap berkumpul di aula rumah makan Yan Ming yang sangat diminati. Tidak seperti di tempat lain, aula rumah makan Yan Ming memiliki ruangan khusus sehingga dari luar tidak akan bisa dilihat siapa saja pengunjung di tempat itu.

“Saudara Yao, apa yang kau bawa sebagai pertukaran di kamar dagang Lim nanti?”

“Ahhh tentu tidak bisa aku bicarakan di sini, Saudara Wan. Pelanggaran namanya apabila aku memperlihatkan barang dagangan ku yang berharga di tempat ini,” sahut orang yang dipanggil saudara Yao.

Saudara Wan mengangguk-anggukkan kepalanya. Keduanya memang bersahabat lama, yang satu bernama Yao Jung seorang ahli pedang yang cukup dipandang di kotanya dan yang satunya bernama Wan Yang ahli pengobatan. Percakapan keduanya kian asik, namun mereka tidak sadar ada tatapan amarah di tempat lain yang tak jauh jaraknya dari tempat mereka berada.

“Mana mungkin orang She Yao memiliki barang berharga untuk ia jual. Ia datang ke sini hanya sebagai gelandangan untuk cuci mata menghilangkan dahaga dan menyenangkan hatinya. Orang miskin seperti dia seharusnya tidak layak ada di sini.”

Berjarak sekitar empat meja dari Yao Hung dan Wan Yang nampak seorang lelaki brewokan berpakaian abu-abu nyeletuk menghina Yao Jung. Ia seorang anggota dari Sekte Bintang Hitam. Sekte yang tidak bisa dikatakan beraliran lurus maupun beraliran sesat. Namanya Bao Hung.

“Hei kau She Bao! Sepertinya hidupmu itu tidak senang kalau tidak mengganggu hidup orang lain.” bentak Yao Jung marah.

“Aku tidak ada urusannya dengan hidup orang lain. Tapi dengan mu selalu ada urusan. Hutang nyawa bawahanku kalau tidak kau bayar dengan sebelah lenganmu, tidak akan aku melepaskanmu!” sahut Bao Hung.

"Kau itu terlalu naif orang She Bao. Seolah-olah akulah yang menjadi pelaku kejahatan di Sekte mu. Padahal kalian sendiri yang melakukan perampokan di desaku dan kami melakukan perlawanan. Mampusnya anak buahmu itu dikarenakan perbuatan mereka sendiri,” tampik Yao Jung tak kalah galak.

“Apapun alasannya, kau telah menghabisi nyawa anak buahku. Nyawa dibayar dengan nyawa.”

Saat perdebatan urat syaraf antara Yao Jung dan Bao Hung sudah semakin memanas tiba-tiba datang seorang lelaki dengan wajah pucat.

“Tuan-tuan semua, para pendekar sakti. Tuan kami, Pemimpin keluarga Lim mengundang ke kediamannya sekarang. Ada masalah besar yang hendak tuanku mintakan tolong dan diskusikan bersama kalian.”

Seketika perdebatan itu terhenti. Perhatian mereka kini tertuju pada lelaki yang baru saja datang itu. Ia merupakan pembantu utama Pemimpin keluarga Lim. Mendengar itu semua hampir seluruh pengunjung rumah makan bergegas menuju kediaman keluarga Lim.

Tak berapa lama kemudian, hampir seluruh ahli beladiri yang datang ke Kota Hong Sha muncul di kediaman keluarga Lim. Mereka langsung disambut sang Pemimpin keluarga itu.

“Saudara-saudara sekalian, maafkan aku apabila mengganggu waktu kalian. Ada hal mendesak yang aku ingin mintakan pertolongan. Mari ikut aku ke aula utama kamar dagang”

Semua terasa misterius dalam pandangan para praktisi dan ahli beladiri yang datang. Dapat mereka lihat dengan jelas beban yang ditanggung Pemimpin Lim. Rasa penasaran pun semakin menggelayuti pikiran mereka.

“Telapak Dewa Darah!”

Hampir bersamaan para praktisi dan ahli beladiri yang masuk berseru menyebut ‘Telapak Iblis Darah’. Mereka memang tidak pernah secara langsung melihat ilmu legendaris yang ratusan tahun lalu menghilang. Sebuah Ilmu tingkat tinggi dalam dunia persilatan belum pernah ada yang mengalahkannya.

Dari ciri-ciri pukulan yang menempel di dinding itu sangat jelas dengan ciri-ciri Ilmu Pukulan Telapak Dewa Darah yang legendaris. Telapak tangan yang masih memiliki kekuatan menyerang dan hawa beracun meskipun hanya menempel di dinding.

‘Dua hari lagi aku datang! Kalau seluruh keluarga Lim hendak selamat, maka penggal seluruh kepala anggota keluarga Lim yang terlibat pembantaian keluarga seorang pendekar sepuluh tahun yang lalu. Kalau tidak aku akan mencabut nyawa seluruh keluarga Lim tak menyisakan satupun. Tak boleh ada yang meninggalkan rumah ini, atau dia akan mati! Yang tidak ada hubungannya dengan keluarga ini, cepat angkat kaki, atau akan segera menghadap Raja Neraka.’

Sebuah pesan maut berwarna merah darah terpampang tepat di bawah telapak tangan berwarna kemerahan. Para pendekar dan ahli beladiri yang berada di tempat itu nampak dibuat sangat terkejut melihat ancaman itu. Sebagian mereka mengenali sebuah pukulan yang terpampang di dinding aula utama kediaman Pemimpin Lim.

“Apa maksudnya ini Pemimpin Lim?” tanya seorang lelaki berpakaian ringkas dengan sebilah pedang di punggungnya.

Orang yang bertanya itu adalah seorang ahli pedang ternama di wilayah Selatan. Orang-orang menyebutnya sebagai Raja Pedang dari Selatan. Murid salah satu Malaikat Sakti Dunia Persilatan.

"Ancaman ini baru saja kami dapatkan. Sepertinya erat hubungannya dengan tragedi yang menimpa keluarga Liong sepuluh tahun silam,” terang Pemimpin Lim.

“Ahhh.. tragedi itu benar-benar memalukan. Apakah kau juga terlibat pada penyerangan itu? Sampai sekarang aku tidak mengetahui siapa orang yang memberikan perintah untuk menghabisi keluarga Pendekar Liong Chen. Hanya ada berita bahwa ia telah mempelajari ilmu silat sesat dan akan membahayakan dunia persilatan sehingga perlu dicegah. Namun nyatanya hari itu merupakan hari pembantaian.” Raja Pedang dari Selatan tertunduk, ada rasa penyesalan dari ucapannya tadi.

“Apa itu!” seru Raja Pengemis Utara.

Perhatian semua orang langsung tertuju pada arah yang ditunjuk oleh Raja Pengemis Utara. Ternyata di dinding yang terdapat tulisan darah ini bertambah tulisannya.

‘Sebaiknya kalian tidak ikut campur. Semua yang terlibat pasti akan dapat giliran. Dua hari lagi apabila kalian masih berada di tempat ini, maka kalian pun akan bernasib sama!’

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel