Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Ich Liebe Dich Part 2

Pagi ini Angi harus meninggalkan Joe untuk bekerja kembali, namun ia bingung apakah ia harus berpamitan atau tidak, karena sejak pembicaran mereka kemarin, Joe sama sekali tidak menjawab atau menimpali setiap Angi mengajaknya berbicara. Daripada makan hati terus terusan, Angi memilih diam dan segera bersiap siap menuju ke kantornya.

Joe yang melihat Angi sudah bersiap siap dengan dress selutut berwarna hitam, membawa tas laptop di tangannya dan tas wanitanya hanya bisa menatap Angi dalam diam.

Jika kamarin Angi terlihat biasa saja, kali ini Joe harus meralat kata katanya, karena Angi terlihat anggun dan cantik walau ia tidak terlalu memoles wajahnya.

"Willst du wo?*" Tanya Joe ketika Angi akan keluar dari pintu kamar rawat inapnya. (*kamu mau kemana?)

Mendengar Joe berbicara kepadanya, Angi menghentikan langkahnya dan membalikkan badan menghadap Joe.

"Arbeit*." (*Kerja.)

Hanya itu yang Angi katakan, tidak ada kata kata yang keluar dari mulutnya lagi. Kemudian Angi keluar dari ruangan Joe.

Untuk pertama kalinya Angi sedikit menyesal menolong orang yang sedang kesusahan karena ternyata orang tersebut tidak terlalu menghargai usahanya.

Pukul setengah sembilan pagi, Angi telah memasuki kantornya dan segera menuju ke mejanya.

Sebagai seorang karyawan yang bekerja di bagian risk management atau management resiko di sebuah perusahaan internasional membuat Angi cukup sibuk setiap harinya. Sudah 5 tahun juga ia bekerja di perusahaan ini, bahkan ia telah menjadi karyawan tetap, namun seolah hal tersebut bukan sesuatu yang bisa di banggakan oleh orang tuanya. Karena harapan dari seorang Dimas Bimantara untuk putri tunggalnya adalah ia bisa membantu Papanya mengelola hotel serta bisnis keluarga Bimantara yang lainnya.

"Guten Morgen* " sapa Angi kepada teman temannya (*guten Morgen : selamat pagi dalam bahasa Jerman)

Setelah teman temannya menjawab Angi langsung duduk di tempatnya.

"El, warum ist dein Gesicht so faltig?*" (*El, kenapa muka kamu kusut begitu?)

"Unsere Arbeit wird zunehmen, Ngi*." (*Kerjaan kita bakalan bertambah Ngi.)

"Es ist okay, solange mein Gehalt steigt*." (*Nggak pa-pa lah selagi gajiku nambah.)

Elizabeth hanya menghela nafasnya mendengar jawaban Angi barusan.

"Wir müssen die Finanzabteilung prüfen Ngi. Weil es so aussieht, als hätten wir es verpasst*." (*Kita harus audit bagian keuangan Ngi. Karena sepertinya kita kecolongan.)

"What happened?"

"Da scheint es ein kleines Problem zu geben*." (*Sepertinya ada yang sedikit masalah disana.)

Angi hanya menganggukkan kepalanya kepada Elizabeth, memang menjadi bagian dari risk management tidaklah mudah karena Angi harus menguasai problem solving, kemampuan analisa resiko ke depan, kemampuan untuk berargumen, diplomasi bahkan harus mampu untuk mencegah agar perusahaan tidak mengalami kerugian yang terparah adalah kebangkrutan.

Andai Papa Mamanya tau pekerjaan sekeras apa yang Angi jalani, pasti mereka sudah menggeret Angi untuk pulang ke rumahnya dan segera menjodohkannya dengan laki laki yang memiliki 3B alias bibit, bebet, dan bobot yang sama dengannya. Jika mengingat dulu Nada di jodohkan, Angi hanya bisa geleng geleng kepala, namun untungnya Nada dan suaminya bisa cocok, coba tengok Mbak Luna, Angi benar benar ingin menghajar Handi dulunya karena ketika pernikahan tinggal seumur jagung, Handi membatalkan semua itu, walau pada akhirnya mbak Luna bahagia dengan suaminya yang sekarang. Bahkan menurut Angi suaminya yang sekarang lebih dari Handi dalam segala hal terlepas dari cerita masa lalunya.

Sejak pagi Angi dan El mengaudit bagian keuangan. Benar benar sibuk apalagi mereka mengumpulkan data data bagian keuangan untuk mereka analisis

"Wenn das so weitergeht, werde ich kündigen, Ngi. Müde." (*Kalo begini terus terusan aku mau resign aja Ngi. Capek)

"El, wenn Sie die Ergebnisse trotzdem akzeptieren wollen, tun Sie, was Ihre Pflicht und Verpflichtung ist, ohne sich zu beschweren*." (*El, kalo kamu masih mau menerima hasilnya, kerjakan yang menjadi tugas dan kewajibanmu tanpa mengeluh.)

"Schwer, Ngi. Ich frage mich, warum bist du seit mehr als fünf Jahren stark?*" (*Susah Ngi. Heran aku, kenapa kamu kuat sampai lima tahun lebih?)

Angi hanya tersenyum dan menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi kerjanya.

"Weil die Last des Lebens zu Hause ist*." (*Karena beban hidup bikin betah.)

Kini Elizabeth tertawa dari meja kerjanya yang ada di sebelah Angi.

"Sie können auch jeden Tag essen, schlafen und duschen, ohne zu arbeiten. Deine Eltern sind reich an Material*." (*Kamu makan, tidur dan mandi tanpa kerja setiap hari juga bisa. Orang tuamu berlimpah materi.)

"Es ist einfach ein Geschenk Gottes. So ist es schließlich freier*." (*Itu hanya titipan Tuhan. Lagipula lebih bebas seperi ini.)

"Gestern war ich bei dir zu Hause, du warst nicht zu Hause. Wo bist du, sag nicht noch einen One-Night-Stand*." (*kemarin aku ke rumahmu, kamu tidak ada di rumah. Kamu kemana, jangan bilang lagi one night stand.)

Angi hanya menggelengkan kepalanya. Karena sejak pacarnya meninggal dunia, ia lebih memilih untuk tenggelam dalam patah hatinya. Yang ia inginkan adalah menunggu takdirnya, tidak ada keinginan untuk mencoba jatuh cinta kembali. Kini di sela sela kesibukannya bekerja yang Angi lakukan adalah melakukan kegiatan sosial. Baginya melakukan hal baik tidak harus menunggu kaya, cukup materi apalagi harus diumbar ke media sosial, karena sejatinya ikhlas adalah kuncinya.

"Drei Tage stee ich im Krankenhaus*." (*Tiga hari aku menginap di rumah sakit.)

"Du bist krank?*" (*Kamu sakit?)

"Nein"

"Fortsetzen?*" (*Terus?)

"Ich warte auf den Jungen, dem ich auf der Straße helfe. Er hat keine Familie und keine Identität auf seinem Körper. Meine menschliche Seele konnte das nicht ertragen, also half ich ihm.*" (*Aku menunggu laki laki yang aku tolong di jalan. Dia tidak memiliki keluarga dan identitas di tubuhnya. Jiwa kemanusiaanku tidak tega melihat itu jadi aku tolong dia.)

"Holly Mutter Gottes, Pelangi, du bist der einzige Mensch, den ich in der realen Welt weiß, die zu nett ist. Bis Ihr Gehalt für soziale Aktivitäten erschöpft ist, helfen auch, anderen.*" (*Holly mother of God, Pelangi, kamu satu satunya manusia yang aku kenal di dunia nyata yang terlalu baik hati. Sampai gajimu habis untuk kegiatan sosial bahkan membantu orang lain.)

"Was bringt es, viel Geld zu haben, wenn wir blind für die Probleme anderer Menschen sind?*" (*Buat apa punya uang banyak tapi kita menjadi orang yang buta akan kesusahan yang dialami orang lain.)

Kini Elizabeth hanya memandang Angi dalam dalam. Menurut Elizabeth, orang tua Pelangi benar benar berhasil mendidik anak semata wayangnya untuk menjadi manusia yang memanusiakan sesamanya. Walau ia berbeda keyakinan dengan Angi, tapi ia tau, keyakinan yang dianut Angi mengajarkan kedamaian dan mencintai sesamanya seperti keyakinannya. Bahkan karena Angi, banyak orang di kantornya yang kini lebih menghargai keyakinan yang di anut Angi.

Dirumah sakit Joe hanya bisa tiduran sambil menonton TV, sungguh ini semua membuatnya jenuh. Jika bukan karena Andre mungkin dirinya tidak akan seperti ini. Bisa dipastikan kali ini dirinya sudah menikmati liburannya di Miami. Semua berawal dari dirinya yang memecat Andre karena Andre terbukti membocorkan rahasia management kasinonya kepada saingan bisnisnya. Karena merasa sakit hati Andre berusaha untuk membunuhnya dengan menusuk Joe ketika Joe sedang berjalan jalan menikmati hujan lebat. Memang Joe memiliki kebiasaan untuk menikmati hujan deras dengan berjalan di bawahnya. Baginya Hujan adalah teman yang setia mendampinginya sejak kecil. Ketika banyak teman temannya terlindungi oleh pelukan hangat orang tuanya, Joe merasa terlindungi oleh payung yang ia kenakan. Sesuatu yang absurd memang tapi ia merasa terlindungi dari derasnya air hujan yang ada.

Ceklek.....

Joe mengangkat pandangannya ke arah pintu yang terbuka. Ia menemukan sosok Angi dengan wajah lesunya yang sedang berjalan menuju ke arah kursi yang ada di ruangan Joe.

"Warum bist du jetzt hier?*" Joe kaget dengan apa yang ia ucapkan sendiri. (*Kenapa baru kesini sekarang?)

"Ich habe gerade meine Arbeit im Büro beendet.*" (*Baru selesai kerjaanku di kantor.)

Joe hanya diam melihat Angi membuka tas travelnya. Kemudian mengambil bajunya dan menuju ke kamar mandi. Berbeda dengan Angi yang kemarin terlihat begitu hangat, ceria dan ramah, Angi yang kini ia temui adalah Angi yang lebih memilih diam jika ia tidak bertanya.

Beberapa saat kemudian Angi sudah keluar dari kamar mandi dengan baju santainya dan segera mengambil mukenanya. Joe hanya melihat Angi tanpa bertanya apapun. Bahkan ketika Angi selesai beribadah dan membuka Al-Qur'an serta melantunkan

Ayat ayat suci yang ada disana. Entah bagaimana hati Joe merasa tenang mendengar suara Angi.

Setengah jam kemudian tanpa Joe sadari, Angi telah menutup Al-Qur'an yang ia baca dan membuka mukenanya.

"Warum Sie aufhören zu lesen?*" Tanya Joe pada Angi. (*Kenapa kamu berhenti membacanya?)

"Fortsetzung folgt morgen, ich möchte meine Arbeit jetzt fortsetzen." (*Dilanjutkan besok, aku mau lanjutin kerjaan aku sekarang.)

Joe kemudian diam. Jika biasanya ia akan disibukkan dengan pekerjaannya kini ia hanya bisa melihat Angi yang sibuk dengan laptop dan lembaran lembaran kertas ditangannya.

Sepi.

Tidak ada satupun dari mereka yang berusaha memecahkan keheningan malam ini hingga dokter dan perawat masuk untuk memeriksa kondisi Joe.

"Doc, wie ist die Bedingung?*" Tanya Angi pada sang dokter.b (*Dok, bagaimana kondisinya?)

"Sein Zustand hat sich verbessert, wenn es so weitergeht, kann er planmäßig in 2 Tagen nach Hause gehen*." (*Kondisinya sudah membaik, jika terus seperti ini, dia bisa pulang sesuai jadwal 2 hari lagi.)

"Danke*" (*Danke artinya terimakasih dalam bahasa Jerman)

Setelah sang dokter meninggalkan ruangan, Angi menatap Joe dengan tersenyum.

"Vielen Dank für Ihre schnelle Genesung.*" kata Angi pada Joe. (*Terima kasih karena kamu sembuh dengan cepat.)

"Warum bist du derjenige, der Danke gesagt hat, ich sollte es sein, weil ich derjenige bin, dem du geholfen hast.*" (*Kenapa justru kamu yang mengatakan terimakasih, seharusnya aku karena aku yang kamu tolong?)

Angi hanya tersenyum tanpa menjawab Joe. Angi melakukan itu karena ia mengingat dulu Mantan pacarnya pernah di tolong oleh orang ketika mengalami kecelakaan namun sayangnya nyawanya tidak tertolong karena benturan di kepalanya yang cukup keras.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel