Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

4. The Masquarade Party

Kairo menelisik perlahan penampilan Amanda dari ujung kepala hingga ke ujung kaki dengan penuh kekaguman.

Wanita itu sangat memukau dengan gaun merah menyala yang membuat kulit lembutnya yang keemasan terlihat semakin berkilau.

Bagian atas gaun yang sangat ketat menyerupai bustier, memperlihatkan lengan yang ramping serta pundak yang indah.

Kairo menatap tulang selangka di bawah leher Amanda yang menyembul dengan cantik, membayangkan keinginnya ia memberikan tanda kepemilikan di sana.

Lalu pandangan lelaki itu pun turun hingga ke bagian dua aset Amanda yang terlihat sangat menggiurkan, bulat dan padat, membuat Kairo meneguk kasar salivanya.

Aaarggh... Amanda membuat sekujur tubuhnya terasa panas dan gerah!

Pandangan dari netra abu gelap itu semakin turun hingga ke perutnya yang datar dan pinggangnya yang sempit membuatnya mereka-reka sekecil apa pusarnya.

'Suatu saat aku akan melihat dan menjilatinya sampai puas,' batin Kairo sambil menyeringai.

Tatapannya pu lalu berakhir di bagian bawah gaun Amanda yang mengembang hingga ke lutut. Kairo tersenyum puas melihat betis jenjang indah wanita itu dan sepasang ankle boots yang menutup kedua kakinya.

Sangat cantik. Incredibly hot. And sophisticatedly fashionable.

Tiga kalimat yang mendefinisikan seorang Amanda di mata Kairo.

'She's the one,' bisik iblis yang bertahta di dalam hatinya. 'Bawa dia pergi, Kairo. Jadikan dia hanya milikmu!'

Betapa inginnya lelaki itu mengabulkan perkataan dari sisi gelapnya itu, tapi ia masih berusaha untuk menahan diri.

No, Amanda adalah wanita biasa. Manusia normal dan bukan jelmaan Lucifer seperti dirinya. Mereka berdua sangat berbeda.

Kairo tahu hampir segalanya tentang Amanda, tentang karir supermodelnya dan juga tentang pekerjaannya sebagai anggota dari The Golden Badges, organisasi yang berusaha memberantas kriminal seperti dirinya.

Lelaki bersurai legam itu merasa tak pantas untuk mengejar Amanda, mengingat bagaimana masa lalunya yang bergelimang darah dan berkubang di dalam genangan dunia hitam.

Amanda merasa salah tingkah saat manik abu gelap Kairo menatapnya begitu lekat dan sangat fokus, seakan lelaki itu tak peduli dengan semua yang ada di sekelilingnya.

Ia bahkan bisa melihat sorot memuja yang sangat kentara dari netra itu, sama seperti sorot banyak lelaki yang dengan terang-terangan mengaguminya.

Namun entah kenapa efek yang ditimbulkan Kairo seribu kali lebih intens serta meresahkan dibandingkan siapa pun juga.

Mungkin selain karena Kairo itu lelaki yang sangat tampan, aura yang menguar darinya membuat Amanda merasa terintimidasi.

Amanda berdehem pelan untuk membersihkan tenggorokannya yang mendadak terasa tercekat. "Uhm... hai. Aku belum sempat bilang terimakasih atas pertolonganmu waktu itu," ucap Amanda sambil tersenyum.

"Terima kasih sudah menolongku, Kairo."

"Kai saja. Orang yang dekat denganku biasa memanggilku begitu," tukas Kairo sembari menuangkan vodka pesanan Amanda ke dalam gelas kristal dengan lihai seakan telah terbiasa, lalu menaruhnya di hadapan wanita itu.

Amanda menaikkan alisnya dengan heran.

Memangnya mereka se-dekat itu? Bukankah dia dan Kairo baru bertemu tiga kali? Satu ketika berkenalan di taman Parco Sempione, dua ketika Kairo menyelamatkannya dari Enzio di Bandara, dan yang ketiga adalah saat ini?

Amanda mendelik lucu ketika Kairo menatapnya dengan terang-terangan penuh rasa ingin tahu, sambil menumpu wajahnya dengan kedua tangan yang diletakkan di meja bartender.

"Kenapa kamu melihatku seperti itu?!"

Kembali lelaki itu memulas senyum. "Boleh aku bertanya sesuatu?"

"Silahkan," sahut Amanda sambil mengedikkan bahu.

"Cuma penasaran. Kenapa kamu sampai dicekik oleh lelaki itu?"

"Oh. Itu karena dia tak terima ketika cintanya ditolak," bohong Amanda sambil menyesap vodka-nya dengan santai.

Netra hijau zamrudnya sekilas melirik ke arah Kairo yang masih saja menatapnya lekat dengan ekspresi yang tak terbaca.

"Sekarang boleh gantian aku yang bertanya?" Ucap wanita itu ketika ia menaruh gelas yang setengah kosong di atas meja.

"Jadi pekerjaan kamu itu sebenarnya apa sih? Pelukis jalanan atau bartender?"

Kekehan kecil terdengar dari bibir Kairo. "Dua-duanya?" Sahutnya santai. "Aku bisa melakukan apa pun, dimana pun, dan kapan pun, Amanda," cengirnya sembari menatap dalam manik bening Amanda.

Kernyitan samar pun terlihat di dahi wanita itu saat mendengar ucapan Kairo yang seperti sedang flirting dengannya. 'Benarkah dia sedang menggodaku?'

"Kamu terlihat luar biasa malam ini," puji Kairo.

"Terima kasih," sahut Amanda tersenyum.

Tuh kan, Max saja yang memang buta dan tidak memujinya malam ini. Lihat, lelaki setampan Kairo saja mengakui kalau ia menarik! Menyebalkan memang bosnya itu.

"Hei, bukankah itu pasangan kencanmu?"

Amanda sontak menoleh ke arah yang ditunjuk Kairo dan seketika melengos, ketika matanya menemukan Max dengan seorang wanita berambut pirang yang sangat seksi sedang berdiri berhadap-hadapan, saling merengkuh dan menggerakkan tubuh di antara orang-orang yang juga berdansa.

'Sialan kamu, Max! Kamu benar-benar membuatku malu!' Pekik Amanda dalam hati.

Seenaknya saja dia berdansa dengan wanita lain! Bukankah paling tidak Max memperkenalkan lebih dahulu si pirang itu kepadanya sebelum mengajaknya berdansa? Mau taruh dimana mukanya sekarang di hadapan Kairo?

Amanda menggeleng dan tersenyum tipis. "Dia bukan pasangan kencan, tapi bosku," tegasnya.

'Ya, benar. CUMA BOS. Jadi jangan terlalu menuntut banyak, Amanda!' Batinnya mengingatkan diri sendiri.

"Benarkah?" Kairo mengamati ekspresi Amanda sejenak. "Lalu jika bartender ini mengajakmu berdansa, apakah kamu tidak akan menolaknya?" Ucapnya tiba-tiba yang membuat Amanda terkejut.

"Kenapa? Apa kamu keberatan karena aku hanya seorang bartender?" Tebak Kairo. "Aku bukanlah levelmu, bukan?"

"Ya, itu benar," pungkas cepat Amanda. "Kamu memang bukan levelku sama sekali. Tapi karena kamu sangat tampan, so… let's dance." Amanda tersenyum sambil mengedipkan sebelah mata kepada Kairo yang tertawa kecil melihatnya.

Amanda sedikit kaget ketika melihat Kairo membuka kancing rompi hijaunya dengan gerakan mempesona tanpa mengalihkan tatapan abu gelapnya dari wajah Amanda.

"Uh... he is so sexy..." guman pelan seorang wanita yang duduk di samping Amanda dengan sorot kagum yang tertuju kepada Kairo.

"Jika kamu tidak mau, maka biarkan dia untukku, Sayang. Kuterima dengan sangat senang hati," cetus wanita itu sambil terkikik genit.

Amanda hanya tersenyum miring tanpa menjawabnya. Netranya kembali melirik Kairo yang kini telah melepas rompi seragam bartender, melapisi kemeja putih bersih di dalamnya dengan jas kasual berwarna hitam.

Lalu ia pun melompati meja bartender dengan mudahnya, yang membuatnya langsung berhadapan dengan Amanda yang memutar kedua bola matanya sembari berguman, "sok keren!"

Kairo mengulum senyumnya dan menyodorkan sikunya untuk dipeluk oleh Amanda.

Seruan rendah penuh kekaguman menyeruak terdengar dari samping kiri dan kanan Amanda, membuatnya tersadar kalau Kairo ternyata telah menjadi pusat perhatian para wanita di sana.

"Hai, bartender tampan. Jika kamu selesai berdansa dengannya, segera datanglah padaku, okay??"

Seorang wanita berambut merah dengan berani menghadang langkah Kairo yang sedang menggandeng Amanda menuju lantai dansa.

Bibirnya yang terpulas lipstik jingga tersenyum menggoda, sementara netra birunya memandangai Kairo dengan tatapan lapar.

Lelaki itu tidak menjawab dan lebih memilih menyunggingkan senyum tipisnya, lalu berlalu begitu saja dengan masih menggandeng Amanda.

Sesampainya di lantai dansa, tiba-tiba saja Kairo menyentak tubuh Amanda. Wanita itu pun terkesiap kaget ketika menyadari kalau sekarang dirinya telah jatuh berada di dalam dekapan lelaki itu.

Refleks, Amanda pun meletakkan kedua tangannya di dada Kairo dan mendorongnya agar dansa yang mereka lakukan tidak terlalu intim dengan tubuh yang saling menempel, namun sepertinya usaha wanita itu tidak berhasil.

"Kairo? Bisa nggak kasih jarak sedikit?" Pinta Amanda kesal.

"Panggil aku Kai."

Amanda memutar bola matanya sebal. "Fine! Kai, tolong beri jarak!"

"Tidak bisa. Karena aku suka merasakan dadamu yang lembut menekan dadaku," ucapnya dengan seringai jahil yang membuat Amanda melotot dan mendesah kaget.

Wanita itu hendak mengatakan sesuatu, namun ia baru menyadari kalau Max tengah menatapnya tajam dari seberang lantai dansa.

Tiba-tiba sebuah ide cemerlang terlintas dalam otak Amanda. Ia pun berjinjit, berusaha untuk berbisik ke telinga Kairo yang jauh lebih tinggi darinya.

"Can you do tango?"

Satu alis lebat Kairo terangkat penuh tanya, namun sedetik kemudian dia tersenyum kecil.

"Yes, I can," sahutnya sambil mengamati sekitarnya untuk menebak kenapa Amanda tiba-tiba bertanya soal tarian penuh emosi dan gairah yang kental itu.

Tatapan abu tua itu pun tertumbuk pada Maximilian Webster, bos Amanda yang kini juga menatapnya tajam.

'Ah, rupanya Amanda sengaja ingin mengajakku menari tango karena bosnya sedang memandanginya?'

Seketika rahang tegas Kairo pun mengetat memikirkan beberapa pertanyaan yang berputar di otaknya. 'Apa Amanda sengaja ingin membuat Max cemburu?? Apa Amanda menyukai lelaki itu??'

Dengan perasaan gusar, Kairo pun langsung menarik pinggang Amanda dan mulai menari tango ketika lagu disco berubah menjadi lagu La Cumparsita, sebuah lagu yang biasa digunakan untuk menari tango.

Seketika lantai dansa pun melengang, karena hanya segelintir orang yang bisa menari tango.

Amanda dan Kairo terlihat kompak, dan itu menimbulkan rasa tidak nyaman pada Max yang hanya bisa memperhatikan mereka dari pinggir lantai dansa karena ia tak bisa menari tango.

Ada perasaan tak biasa yang dirasakan oleh Max ketika melihat bagaimana Amanda seperti terbuai oleh setiap sentuhan Kairo yang menari bersamanya.

'Ini tidak bisa dibiarkan,' batin Max geram. 'Siapa lelaki itu? Kenapa Amanda memilih berdansa dengan orang asing dibandingkan denganku?'

Tanpa berpikir panjang, Max pun mulai melangkahkan kakinya bermaksud untuk menarik Amanda menjauh.

Namun baru selangkah kakinya berjalan, terdengar suara ledakan keras yang membuat suasana kacau balau dan jeritan-jeritan sontak membahana di udara.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel