Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Gadis Perawan Dicari

"Shit! Dia pingsan, sungguh merepotkan!" rutuk Rei kesal.

"Bukankah Anda yang mengejarnya dan merepotkan diri Anda sendiri Bos," celetuk Willy, sedikit mengejek si Bos dengan hati yang kebat-kebit.

Willy satu-satunya orang yang berani bersuara, sebab ia bukan sekedar asisten pribadi dari seorang pewaris tunggal sebuah perusahaan besar, ia dan Reigan adalah sahabat dekat semenjak kecil.

"Diamlah. Aku tahu apa yang harus aku lakukan. Sekarang kau bawa gadis ini ke pusat kesehatan terbaik. Berikan dokter terbaik dan perawatan maksimal. Jangan lupa, cari tau siapa dia dan selidiki latar belakangnya!" Reigan menyerahkan tubuh Hana yang tidak berdaya ke tangan Willy begitu saja, kemudian ia beranjak pergi.

'Dasar Nobita!' Willy hanya mampu menggerutu di dalam hati, sebab dia adalah Dora Emon-nya, yang akan mewujudkan semua keinginan Reigan. Meskipun ia dibayar, tapi kadang ia kesal dengan sikap Reigan yang sesekali sangat menyebalkan.

"Hai, kalian berdua. Bantu aku tangani gadis ini," perintah Willy kepada dua bodyguard di dekatnya. Sesungguhnya ia sangat penasaran mengapa Reigan bertindak aneh, sangat perhatian kepada gadis asing yang tidak dikenalnya. Namun, Willy hanya bisa memendam rasa penasaran itu dalam-dalam.

"Siap, Tuan Willy." Kedua bodyguard itu menyahut dengan patuh.

Willy tiba-tiba teringat sesuatu. "Sial, harusnya hari ini aku ikut menghadiri pertemuan dengan Direktur Wijaya Property dan bertemu Moana yang cantik dan seksi. Sungguh apes! Aku harus berakhir berama gadis lusuh ini. Hmmm... siapa gadis bernama Hana ini? Bos tidak mungkin bertindak jauh tanpa alasan. Baiklah, akan kuselidiki latar belakangnya."

Willy terus menggerutu sembari membopong tubuh Hana. Dengan cepat ia membawa Hana ke rumah sakit terdekat. Willy memilih kelas perawatan Presidensial suite, agar Hana ditangani secara spesial.

"Dia sudah sadar dan baik-baik saja, hanya kelelahan dan kelaparan. Sepertinya ia sengaja tidak makan selama dua hari ini." Dokter menjelaskan kepada Willy dengan wajah tenang, tapi penuh selidik. "Apakah dia putrimu?"

"Alhamdulillah kalau begitu. Dia putri Bos-ku." Willy menjawab sekenanya. "Berarti hanya perlu memberinya istirahat dan makan?" tanyanya.

"Iya Pak Willy, dia akan kembali segar setelah energinya dipulihkan."

Setelah fisik Hana mulai pulih, giliran psikiater yang datang untuk berbicara dengannya. Perlahan-lahan pikirannya yang buntu dan gelap mulai terang kembali. Psikiater berhasil mengembalikan semangat hidupnya sehingga ia pun mau menyantap makanan.

"Dokter, aku harus pulang. Banyak hal yang harus kuselesaikan." Hana teringat tentang biaya perkuliahan yang belum dilunasinya. Ia harus mencari solusi dengan cepat.

"Tunggu, kamu boleh pulang besok pagi, bukan sekarang."

"Maaf, aku ada urusan yang sangat penting. Terima kasih atas semua pertolongan Anda, Dokter. Assalamualaikum." Hana berlari tak peduli apapun lagi.

Dokter hanya bisa menatap kepergian Hana dengan ternganga.

"Berhenti! Jangan kabur seenaknya, nanti Tuan Reigan bisa murka." Willy yang kebetulan sedang berjalan menuju ruang perawatan Hana, melihat gadis itu berlari kencang menuju luar gedung rumah sakit. Willy langsung mencegat langkah Hana.

Hana melewati Willy. Ia terus berlari. Semangatnya untuk hidup telah kembali. Ia bertekad untuk mendapatkan banyak uang, bagaimanapun caranya ia akan melunasi uang semester. Ia ingin menggapai cita-citanya untuk menjadi seorang Dokter Anak, seperti janji yang dulu pernah ia ucap kepada mendiang ibunya.

"Kejar gadis itu!" perintah Willy kepada para pengawal.

"Siap Tuan!" Para pengawal langsung bergerak mengejar Hana, akan tetapi gadis itu menghilang tanpa jejak.

"Gadis bandel tidak tahu terimakasih. Bukannya berterimakasih sudah diselamatkan, tapi malah kabur, ckckckck..."

Sementara Willy mengurus Hana, Reigan sedang menghadiri pertemuan penting untuk mendampingi ayahnya bertemu dengan Alan Wijaya, Direktur Wijaya Property, saudara sepupu Rei sendiri.

Usai salah seorang dari Wijaya Property melakukan presentasi proyek Land of Heaven, Semua orang yang ada di dalam ruangan itu bertepuk tangan, termasuk Pak Gunawan dan Reigan.

Proyek Land of Heaven adalah proyek ambisius Reigan dan Alan. Reigan memang tidak suka terjun langsung ke perusahaan, kecuali untuk proyek tertentu yang disukainya.

Karena perusahaan adalah milik ayahnya, Reigan bisa memilih proyeknya sendiri sesuka hati. Di sini ia hanya berperan untuk mendesain bentuk proyek yang akan mereka buat. Ia adalah seorang arsitek hebat yang senang bekerja lepas.

"Moana, persiapkan semua berkas penting di atas meja. Putra Presdir SIGMA adalah orang yang sangat teliti, jangan sampai ada kesalahan sedikitpun." Alan memberi perintah sembari melempar senyum misterius kepada Reigan Finley Alfarez.

"Anda cukup memahami profesionalitas, dalam bisnis ini tidak ada kata keluarga atau saudara. Anda harus memenuhi standar kualitas sebagaimana mestinya. Orang-orang kepercayaanku akan melakukan controlling secara berkala. Jadi, jangan bermain-main dalam proyek ini." Reigan menegaskan. ia duduk dalam posisi paling agung di sisi ayahnya, tepat di hadapan Alan dan para petinggi perusahaan lainnya.

"Hemm... benar yang dikatakan Reigan. Aku percayakan urusan proyek Land of Heaven kepadanya." Pak Gunawan tersenyum manis. Sejak lama ia ingin digantikan mengurus perusahaan, akan tetapi Reigan selalu membuat alasan untuk menolak.

"Kualitas adalah identitas perusahaanku. Aku menjamin untuk itu. Silakan periksa berkas-berkas perjanjian untuk kelanjutan proyek kita." Alan mengingatkan Rei akan kelasnya. Di level mana ia berada sebagai seorang pebisnis.

Tanpa diperintah, Rangga memeriksa berkas-berkas dari pihak Wijaya Property satu persatu. Ia tersenyum puas, kemudian menyerahkan semua berkas kepada Reigan untuk ditanda tangani.

"Semuanya sudah sesuai keinginan Anda, Tuan." Rangga bergumam di dekat bahu Reigan yang masih duduk disebelah kursi utama milik Pak Gunawan Alfarez, ayahnya.

"Let me sign it." Tanpa ragu Adam menanda tangani semua berkas itu. Ia percaya Rangga sangat tahu apa yang diinginkannya. Sementara Pak Gunawana telah mempercayakan megaproyek itu kepada Reigan.

Begitu semua urusan penting diselesaikan, Alan dan Reigan menyempatkan diri untuk mengobrol di dalam ruangan khusus yang sangat nyaman dan private.

"Apa gunanya tampan dan mapan, tapi hidup kesepian tanpa belaian sepertimu." Alan mulai usil mengusik absolutisme Reigan.

"Alhamdulillah, istriku selalu siap siaga memberikan belaian." Rangga yang turut mendampingi Reigan tiba-tiba menyahut sembari tersenyum bangga dan lebar. Ia tahu kalimat itu ditujukan Alan untuk memojokkan Reigan, ia hanya ingin membuat suasana hangat dan tidak canggung.

"Hahahahaha... Kamu enggak tahu apapun tentangku, musang kecil. Aku tidak pernah merasa kesepian, karena aku menyukai kesepian." Reigan tertawa santai. Ia seorang introvert, kesunyian adalah kawan baiknya.

"Hahahaha...." Alan balas tertawa. "Kamu selalu sibuk bergumul dengan bisnis dan uang sepanjang waktu. Ayo, ikut bersamaku menghadiri pesta lajang Randy yang akan diadakan di atas yatch supermewah." Alan penasaran, ingin sekali melihat reaksi orang-orang saat melihat Reigan Finley Alvarez yang sangat tertutup, tiba-tiba hadir di dalam sebuah pesta lajang yang gila.

"Tidak ada undangan khusus untukku, aku tidak akan datang." Rei tetap acuh tak acuh mendengar ajakan Alan.

"Tunggu saja, Jordy pasti akan mengundangmu secara khusus." Alan tetap bersemangat.

Benar saja, tidak lama kemudian Rei menerima panggilan video dari Jordy Sinaga, sahabatnya. Bahkan Jordi setengah memaksanya untuk segera datang.

"Oke. Aku akan hadir beberapa saat. Kau tahu aku tidak suka berlama-lama di keramaian." Rei menegaskan.

"Hhhh... pria tampan yang rumit. Baiklah, aku menunggu kalian." Jordy cukup puas mendengar jawaban Rei.

Alan tidak ingin menunda, ia langsung membujuk Rei untuk segera berangkat menghadiri pesta.

Pesta mewah yang dirancang sangat gila itu, tidak mampu membuat Rei larut di dalamnya. Ia seorang introvert yang lebih senang melakukan banyak hal secara private. Berbalut wajah dingin, ia memilih duduk di sudut ruangan pesta.

Alan membawa beberapa orang gadis cantik dari kalangan model ternama ke hadapan Reigan. "Pilihlah, gadis mana saja yang kamu suka. Malam ini, aku bosnya," ujar Alan sedikit bergaya.

"Mereka bukan seleraku." Rei membuang muka.

"Oh, aku lupa kalau kamu suka gadis murni yang tak pernah tersentuh. Seleramu terlalu langka di zaman modern seperti sekarang. Tapi baiklah, akan kucarikan gadis perawan untuk seleramu yang kuno bagai di zaman batu." Sudut bibir Alan tersenyum mengejek. Ia dan Rei terbiasa membuat lelucon sarkas.

"Dengar, aku menantangmu. Temukan satu saja untukku, ajukan satu permintaan jika kamu mendapatkannya." Reigan menyahut tanpa ekspresi yang berarti.

"Baik, tantangan diterima, bersiaplah untuk permintaan yang paling gila." Alan tersenyum smirk.

"Akan kutunggu." Reigan bersemangat, ia suka tantangan.

"Bos, maaf mengganggu percakapan kalian, ada telpon dari Willy. Sepertinya sangat penting." Rangga berjalan mendekati tuannya dengan wajah formal.

"Hmmm..." Rei hanya bergumam. Wajah tampannya sangat cool, tenang, tanpa ekspresi berlebihan.

"Halo Will, bagaimana situasimu?"

"Maafkan aku, Bos. Gadis bandel itu berhasil kabur setelah kondisinya pulih."

"Damn!"

"Tenang Bos, aku berhasil mendapatkan identitasnya. Ia bernama Edelweis Hana. Putri dari Arumi Helmia dan Ivan Hermawan."

"Wait-wait...." Reigan terkesiap, kali ini wajahnya menampakkan kegelisahan tak biasa. "Temukan dia, bawa dia padaku dengan cara yang paling lembut. Jangan membuatnya kesal, apalagi melukainya." Rei menegaskan perintahnya kepada Willy.

Willy tidak ingin banyak bertanya. "Baik Tuan, akan kami temukan gadis itu kembali."

Sementara itu, Hana dengan semangat dan tekad baru, berusaha menghubungi Madam Yura, wanita pemilik club yang direkomendasikan Cecil teman kuliahnya.

"Kalau kamu ingin mendapatkan uang dengan cepat, hubungi saja Madam Yura. Katakan padanya kamu adalah seorang mahasiswi yang masih virgin. Madam pasti akan mengistimewakanmu dan membayarmu dengan mahal," ucap Cecil kemarin.

Hana meraih ponselnya, meskipun hatinya penuh keraguan, akan tetapi ia merasa tidak punya jalan lain lagi selain mengandalkan dirinya sendiri.

"Halo, cantik. Bagaimana dengan penawaranku? Kebetulan sekali, seorang Bos besar meminta pesanan istimewa malam ini. Aku akan membayarmu dua kali lipat." Madam Yura mulai menebar umpan dengan suara khasnya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel