Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Ep 4.Api Cinta Di Benteng Selatan.

Setelah semua penduduk di kirim ke dunia kecil kini yang hanya terlihat adalah cuma prajurit dan pahlawan yang akan berjuang, perlahan Huatan mengeluarkan kecapi nya dari Kehampaan lalu mainkan sebuah melodi yang membuat semua orang mendengar nya seakan-akan di surga.

"Melodi kehidupan." Ucap Huatan pelan.

Setelah mengucapkan itu sebuah melodi langsung menggema ke seluruh pusat kerajaan, suasana hati semua orang menjadi tenang saat mendengar alunan nada yang dimainkan Huatan.

Perlahan Louren yang melihat Huatan memainkan kecapi nya ia segera menyusul Huatan sambil mengeluarkan Biola dari kehampaan.

"instrumen keabadian," ucap Louren dan langsung memainkan biola nya.

Huatan yang mendengar itu langsung mengalihkan pandangannya ke arah sumber suara lalu berkata "Louren." Setelah mengucapkan itu Huatan langsung memetik kecapi nya kembali.

Melodi yang mengalun alun menghiasi semua orang yang mendengar nya, kedamaian perlahan tumbuh di hati semua orang.

"Huatan? kamu seperti air yang memberi sedikit kehidupan," gumam sang raja sambil menikmati musik.

"Burning love melody." ucap Huatan dan Louren secara bersamaan.

Saat itu juga semua orang menjadi lebih semangat dan tidak dihantui ketakutan lagi. Perlahan permainan musik berakhir , Huatan mengalihkan pandangannya ke arah Louren lalu berkata "kita pasti akan memenangkan perang ini."

"Terimakasih," jawab Louren.

Louren tau kalau kata Huatan tadi adalah sebuah kode hati yang tidak bisa diucapkan, Louren pun hanya memberikan senyuman hangat kepada Huatan.

"Ayo kita berkumpul kepada yang lain nya." ucap Huatan.

"Iya." Jawab Louren.

Mereka pun segera berkumpul bersama pasukan yang ada di tenda.

*********

Perlahan terlihat Huatan berjalan berdampingan bersama Louren.

"Kalian ayo sarapan dulu, mungkin besok musuh akan mulai terlihat ." ucap Lu Sian / ibu Louren.

"Terimakasih bibi." ucap Huatan.

Huatan pun segera menikmati makanan bersama Louren.

"Sini aku suapi biar kamu tidak tersedak ." ejek Louren kepada Huatan.

"Aku bukan anak kecil yang perlu disuapi makan, biar aku saja suapin kamu,"

"Baiklah," jawab Louren sambil tertawa kecil.

"Aaaaaa,am." ucap Huatan sambil memasukkan makanan ke mulut Louren.

"Ganti aku lagi , tidak adil kalau cuma kamu!" ucap Louren.

"Baiklah."

Perlahan Louren menyuapi Huatan dengan satu sendok bambu.

"Bagaimana?" tanya Louren.

"Emm bahagia?" jawab Huatan sambil tersenyum hangat.

"Seperti nya aku juga begitu.?" Jawab Louren dan segera pergi karena malu dengan jawaban nya sendiri.

Huatan yang melihat itu tersenyum sebentar "Apakah ini cinta atau bagaimana?" Gumam Huatan sendiri.

"Eh kamu sendirian ?" tanya Ratu lebah.

"Eh bibi, aku lagi berbahagia," jawab Huatan.

"Nikmatilah kebahagiaan mu sebelum terlambat," ucap ratu lebah dan segera berbalik.

******

Matahari mulai tenggelam kini semua prajurit sedang tidur beristirahat dan sebagian berjaga, di bawah benteng selatan terlihat Huatan sedang tidur sambil memeluk kecapi nya.

"Aduh, kenapa dia tidur di situ?" gumam Louren dan segera membawakan sebuah kain untuk selimut Huatan.

"Tidur yang nyenyak besok musuh akan datang," ucap Louren sambil mencium pipi kanan Huatan.

Huatan yang hanya tidur tidak mengetahui hal tersebut, Louren pun berbalik pergi ke tenda untuk beristirahat karena ia juga sangat lelah.

**********

Matahari menyambut pagi di benteng selatan dan disambut juga Puluhan kapal musuh sudah tersusun rapi, mata semua orang terbelalak melihat besar nya kekuatan musuh. Prajurit segera dikerahkan ke benteng.

"Pasukan bentuk Formasi pertahanan," Teriak Jendral utama.

Huatan yang mendengar itu langsung membuka matanya dan melihat sebuah kain menyelimuti nya.

"inikan punya Louren !" gumam Huatan.

Setelah beberapa saat Huatan menyimpan selimut tersebut di cincin ruangnya dan mengalihkan pandangannya ke arah puluhan kapal melayang di Kehampaan.

"Panah emas!" ucap Huatan dan langsung mengeluarkan sebuah panah emas di tangan kiri nya dan ia juga segera memasukan kecapi nya kedalam cincin ruang.

"Serang." Teriak pimpinan musuh.

"Formasi bertahan melesatkan panah kalian." teriak Jendral utama.

Hutan yang mendengar itu langsung menarik busur nya "Panah naga api." ucap Huatan sambil membidik pemimpin musuh.

Ribuan panah dilesatkan secara bersamaan, suara lesatan senar menggema ke seluruh benteng.

"Satu kali lagi!" teriak jenderal memerintahkan pasukan pemanah.

Suara senar menggema lagi memenuhi benteng, disisi lain kapal musuh "Sekarang hancurkan benteng," teriak Jendral musuh.

Setelah memerintahkan pasukan nya puluhan bola api melesat di atas langit menuju benteng, jendral pimpinan yang melihat itu langsung memerintahkan pasukan.

"Aktifkan formasi perisai!" teriak Jendral utama.

Perlahan Setiap pasukan membentuk barisan dengan sebuah perisai tersusun rapi di depan mereka, sedangkan Huatan yang melihat bola api ke arah nya langsung menarik busur nya.

"Panah naga penghancur ." ucap Huatan sambil mengarahkan bola api yang mengarah kepada nya.

"DUARRRR!" ledakan Menggema ke seluruh benteng selatan dan saat itu juga suara lembut terdengar.

"Serang… habisi mereka!" teriak Louren dengan Ratusan pasukan nya.

Huatan yang mendengar itu langsung menyimpan panah nya ke dalam cincin penyimpanan dan mengeluarkan kecapi nya.

"Melodi Cinta Membara kecepatan tahap satu!" ucap Huatan dengan Nada dingin.

Setelah merapalkan sebuah jurus suara kecapi dengan kecepatan tinggi terdengar menguasai medan pertempuran, pasukan yang dipimpin Louren dalam sekejap mengamuk semangat mereka tiba-tiba membara dan menjadi haus darah.

"Pedang cinta membara!" ucap Louren sambil mengayunkan pedang yang diselimuti api.

"DUARRRRR." Ledakan terdengar ke seluruh benteng selatan.

"Jiwa Pedang dua mata pedang." ucap Louren sambil merapalkan sebuah jurus dan melesat ke arah musuh di sekitar nya.

----------

Pertempuran sudah berlalu tujuh jam kini terlihat pasukan Louren menguasai medan dan berhasil meledakan kapal kapal musuh, di sisi lain Huatan terus memainkan kecapi nya untuk semua orang pasukan di pihak nya.

Setelah beberapa saat suara teriakan kesakitan terdengar keras, Louren mengalihkan pandangannya ke arah Huatan yang di sudah tak sadarkan diri terkena jarum racun.

"Huatan!"

"Huatan bertahanlah sebentar lagi akan selesai." teriak Louren dengan panik dan langsung berbalik ke arah pertempuran.

Louren memerintahkan pasukan untuk lebih cepat menghabisi mereka semua sampai tak ada yang tersisa, kini emosi Louren mencapai puncak sebagai petarung terkuat di kekaisaran.

Satu gerakan dua musuh hilang kepala terkena pedang Louren, tidak lama kemudian Louren berbalik dan menggendong Huatan menuju pusat kerajaan untuk dirawat dengan ahli racun.

Air mata Louren terus mengalir sepanjang perjalanan menuju pusat kerajaan sambil menggendong orang yang paling dicintai nya.

Louren juga berharap Huatan tidak pergi meninggalkan nya, Louren yang merasakan tubuh Huatan mulai dingin wajahnya semakin pucat.

"Janganlah mati sekarang, aku tidak mau kehilangan mu!" ucap Louren pelan.

Huatan yang mendengar ucapan Louren berusaha untuk sedikit lebih sadar.

Setelah beberapa saat Louren tiba di pusat kerajaan lalu memanggil tim medis yang ahli racun.

"Sembuhkan dia apapun caranya," ucap Louren.

Tim medis yang mendengar itu langsung membawa Huatan ke ruang perawatan.

Bersambung

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel