Suamiku Bermain Api
Semalaman Anna tak bisa tidur nyenyak. Ia kerapkali terbangun dirundung kegelisahan. Siapakah Clara? Mengapa dia chat malam-malam? Sejak kapan gawai suaminya dikunci? Pertanyaan itu terus menerus menghantuinya hingga pagi menjelang.
Mulai terdengar suara adzan shubuh tanda panggilan sholat telah tiba. Anna menghentikan lamunannya, bergegas menuju kamar mandi untuk berwudhu kemudian mendirikan sholat. Dalam sholat pun, dia nampak tak khusyuk karena kegelisahan terus menghantam pikiran dan hatinya.
Seusai sholat, Anna bergegas ke dapur menyiapkan sarapan untuk si kembar dan suami tercintanya. Ia mulai mempersiapkan bahan-bahan untuk memasak dan mencoba untuk mengabaikan segala pikiran yang membuatnya semakin curiga, siapakah Clara? Apakah Mas Arka selingkuh?
Tak terasa waktunya membangunkan anak-anak untuk bersiap ke sekolah. Anna dengan cekatan dan lembut mulai membangunkan si kembar yang terlihat masih mengantuk. Sesekali mereka menguap dan kesulitan membuka matanya. Ia hanya bisa tersenyum melihat tingkah anak-anaknya yang sangat lucu dan menggemaskan.
Seperti itulah keseharian Anna sebagai seorang guru honorer dan ibu rumah tangga. Ia harus lihai membagi waktu agar semuanya tidak menjadi kacau, sepuluh tahun menekuni dengan ikhlas tanpa pamrih. Semuanya dilakukan semata-mata karena rasa tulus cintanya pada sang suami dan anak-anaknya. Namun, hari itu semuanya seperti telah berubah, ia mulai mempertanyakan kembali di mana kesalahan dan kekurangannya jika semisal benar sang suami berselingkuh?
"Bund, aku mau makan sama telur goreng," rengek Rini pada Anna. Mata kecilnya menatap telur goreng dengan penuh harap.
Anna segera tersadar dari lamunannya, bergegas mengambil telur goreng kesukaan Rini dan ayam goreng kesukaan Runa.
Runa mulai memperhatikan gelagat aneh sang ibunda yang nampak tidak fokus dengan menunjukkan tatapan kosong.
"Bunda, nanti aku dan Rini naik angkot saja, jarak rumah ke sekolah juga dekat," celoteh Runa sambil mengaduk-aduk makanannya, tidak berselera.
"Baiklah, Runa! Ayo dimakan, jangan diaduk-aduk seperti itu," balas Anna sambil tersenyum, berusaha menunjukkan bahwa dirinya baik-baik saja di depan anak-anaknya.
"Ayah mana, Bund? Tumben nggak ikut sarapan?" tanya Rini sambil mengunyah makanan.
Ekspresi Anna seketika berubah. Terlihat guratan kekecewaan di sorot matanya. Ia hanya tersenyum menanggapi pertanyaan Arini, anak kembarnya.
Si kembar berpamitan untuk menuju sekolah. Mereka kompak mencium tangan sang bunda. Mereka begitu bersemangat, langkah penuh riang gembira dan canda tawa di sepanjang jalan. Anna begitu mensyukuri memiliki si kembar yang menjadi penyemangat hidupnya.
****
"Mas Arka, bangun Mas! Waktunya kerja," ucap Anna sambil menepuk-nepuk bahu sang suami, berharap segera bangun.
"Iya, nanti aku akan bangun," Jawab Arka dengan mata yang masih terpejam.
Kesal mendengar tanggapan sang suami, Anna mulai meninggikan suaranya.
"Mas, bangun! Siapa Clara? Kenapa dia chat kamu di malam hari?" desak Anna sambil terus menggoyang-goyangkan badan suaminya dan berharap segera terbangun dari tidurnya.
"Dia temanku waktu SMA dan bos di tempat kerjaku sekarang," balas Arka yang masih enggan beranjak dari ranjangnya.
Melihat tingkah suami yang ogah-ogahan menanggapi pertanyaan, Anna memilih untuk beralih kemudian bergegas keluar rumah. Ia mulai menyalakan mesin motornya, pergi.
Biasanya Anna akan pergi dengan penuh senyuman karena selalu mendapat pelukan dan ciuman dari sang suami. Namun, di hari itu semua nampak berbeda.
Di sepanjang jalan Anna terus melamun dan beberapa kali motornya hampir menabrak kendaraan yang berhenti di depan saat lampu merah. Ia yang segera tersadar dari lamunannya, berupaya untuk fokus agar tidak terjadi hal buruk.
Sesampainya di sekolah, terlihat anak-anak mulai berbaris untuk mencium tangan Anna. Hal itu sudah biasa dilakukan di Sekolah Dasar, seorang murid mengantri untuk bersalaman dan mencium tangan sang guru.
Anna berjalan menuju ruang guru, beberapa rekan guru terlihat menyapa dan sesekali berbincang menanyakan kabar. Ia berusaha untuk nampak baik-baik saja walau hatinya sebenarnya sedih, masih belum bisa tenang karena sang suami belum menjelaskan apapun bahkan cenderung menyembunyikan sesuatu.
Arka masih terlihat enggan untuk bangun dari tidurnya. Ia terlihat masih nyaman berada di ranjang sambil sesekali mengubah posisi tidurnya.
Terdengar suara klakson mobil menderu-deru di jalanan depan rumah Arka. Seolah memberi perintah pada sang empunya rumah untuk membukakan gerbang tetapi nihil, tak ada seorang pun yang keluar dari rumah.
Clara keluar dari mobil dan mencoba memaksa masuk, ternyata gerbang tak di kunci. Ia menerobos hingga tepat berada di depan pintu rumah Arka bahkan mengetok beberapa kali tapi tak ada jawaban. Lalu Ia mencoba membuka pintu rumah yang ternyata tidak pula di kunci.
Clara mulai masuk tanpa melepas sepatunya yang kotor setelah menginjak lumpur. Ia terlihat celingak-celinguk memandangi seluruh ruangan yang ada di rumah. Dipanggilnya nama Arka berkali-kali dan tak ada jawaban.
"Pada ke mana sih orang-orang rumah ini?" gumam Clara sambil membuka setiap pintu yang tertutup, berharap menemukan Arka.
Akhirnya ia menemukan kamar di mana Arka sedang terbaring di ranjangnya. Ia tengah bertelanjang dada dan hanya menggunakan celana pendek. Clara yang sebal karena merasa diabaikan, segera menepuk pipi mantan kekasih yang sekarang menjadi pekerja di toko bunganya.
"Arka, bangun! Sudah jam berapa nih! Kamu nggak mau kerja?" desak Clara sambil terus menepuk pipi sang mantan agar segera bangun.
Mendengar suara Clara, Arka segera membuka matanya, terkejut. Mengapa ada suara sang mantan kekasih di kamarnya?
"Apakah aku bermimpi? Clara sayang, kamu cantik dan seksi sekali," ucapnya lirih sambil menarik tubuh gadis itu agar menemaninya tidur di ranjang.
"Arka, kamu apaan sih? lepasin nggak," tolak Clara manja, tidak berupaya menolak, malah mendekatkan tubuh ke lelaki yang dulu pernah dicintainya.
Keduanya mulai bertatapan, tiba-tiba teringat saat-saat indah bersama semasa sekolah. Saat mereka menghabiskan waktu bersama untuk sekedar ngobrol di sela-sela jam pelajaran atau berkencan sepulang sekolah. Hampir tiap hari mereka bersama merajut cinta dan harapan.
Arka mulai mencium lembut bibir perempuan yang pernah mengisi hatinya itu, dibalas dengan penuh nafsu oleh Clara. Keduanya saling bercumbu seolah lupa tentang status masing-masing. Mereka tengah terhanyut dalam cinta masa lalu yang hadir kembali saat ini.
Keduanya sangat menikmati pergumulan panas, mereka bercinta layaknya pengantin baru yang lagi hangat-hangatnya. Arka seolah lupa dengan janji sucinya pada Anna sedangkan Clara nampak tidak peduli dengan status suami orang yang melekat pada mantan pacarnya.
Mereka terus bercumbu tanpa henti seolah pasangan muda yang sangat bergairah. Arka sangat menikmati permainan Clara yang sangat berbeda dengan istrinya, Anna. Clara sangat lihai memuaskan Arka di ranjang.
Seusai menuntaskan hasrat terlarangnya, sambil menunggu Clara berdandan, Arka segera membersihkan rumah dari kekacauan yang telah dibuat saat bercinta dengan mantan pacarnya itu. Arka tak ingin sang istri mengetahui aksi binalnya dengan bos yang kini dianggap sebagai kekasih istimewa.
Saat hendak akan ke luar rumah, terlihat langkah kaki kecil berlarian penuh suka cinta. Si kembar telah pulang dan mereka terkejut melihat sang ayah bersama perempuan yang terlihat asing.
"Ayah, siapa Tante ini? Kenapa dia berada di rumah kita?" tanya Runa penuh selidik.
