Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3

Hana terbangun ketika hari ternyata sudah pagi. Ia menyadari bahwa dia saat ini hanya dirinya yang ada di atas tempat tidur. Dipandanginya ke sekeliling kamar yang ditempatinya sudah tidak ada lagi monster berbentuk manusia itu di dalam kamar.

Ia memandang tangannya yang saat ini sudah terlepas begitu juga kain yang menyumbat mulutnya sudah tidak ada lagi di dalam mulutnya. Hana benar-benar tidak menyadari Bagaimana cara pria itu mengambil kain tersebut.

Alas kasur yang berwarna putih itu begitu sangat banyak meninggalkan bercak-bercak berwarna merah. "Apa aku masih hidup?" Hana bertanya di dalam hatinya. Setelah apa yang dilakukan suaminya, ia berharap Pria itu mengakhiri hidupnya.

"Apa kesalahan yang telah aku lakukan sehingga aku diberi cobaan yang seperti ini. Aku beranggapan bahwa menikah adalah hal yang terbaik untukku. Setidaknya aku memiliki keluarga. Namun ternyata semuanya hanya mimpi dan angan ku. Papa, mama, Hana sedih, sedih sekali. Hana mau nangis ma. Hana berharap dia mau melepaskan Hana." Hana memandang tubuhnya yang penuh dengan bekas gigitan yang berwarna keunguan, dan luka gigitan yang masih basah dan berdarah.

"Ini rasanya sakit sekali," Hana merasakan perih dan pedih di kulit punggungnya. Kepalanya terasa sangat sakit dan pusing. Pipinya masih terasa pedih begitu juga dengan telinganya yang terasa sakit. "Mama, papa, Kenap kalian gak mau bawa Hana. Mengapa kalian tega meninggalkan Hana di sini. Lihatlah sekarang, seperti apa Hana di perlukan." Ia menagis sejadi-jadinya. "Bila mengakhiri hidup tidak berdosa, Hana ingin susul papa dan mama sekarang." Ia mengusap air matanya

Cukup lama Hana menagis hingga ia benar-benar merasa sangat puas melepaskan rasa sesak di dadanya.

"Apa yang harus aku lakukan?" Hana berfikir mencari solusi.

"Pergi." Hana begitu sangat senang ketika ide itu muncul dari dalam benak kepalanya. "Tapi aku gak ada uang. Terus gimana sama kuliah aku." Memikirkan hal ini membuat dirinya semakin menangis.

"Aku tidak usah pikirkan apa-apa dulu. Aku harus memikirkan bagaimana caranya aku untuk keluar dari sini.Tapi masuk ke dalam kamar ini bukannya pakai kartu, itu artinya, pergi keluar dari sini juga pakai kartu. Ya ampun, kartu itu pasti ada sama si kanibal itu." Panik Hana memikirkannya. Hana kembali menagis saat mengingat hal itu.

"Aku harus mandi dulu dan bersiap-siap untuk kabur. Aku tidak ingin bertahan hidup dengan si kanibal. Semua ini bukan salah aku, tapi mengapa aku yang harus menanggung semuanya. Mereka yang selama ini hidup mewah. Tapi kenapa harus aku yang menderita seperti ini." Hana memandang kulitnya yang terasa amat pedih. Di tiup-tiupnya luka gigitan yang perih dan berdenyut-denyut tersebut. Ini untuk pertama kalinya, dirinya begitu sangat membenci ibu tiri dan kakak tirinya yang sudah menjebaknya seperti ini.

Hana beringsut duduk dan beranjak dari atas tempat tidur. Tubuhnya terasa sangat sakit hingga ke tulang-tulangnya. Ia membuka lemari pakaian yang ada di dalam kamar hotel untuk mencari pakaiannya. Matanya yang sembab dan kecil dibukanya dengan sangat lebar. Ia seakan tidak percaya ketika mengetahui bahwa di dalam lemari tidak ada satupun pakainya. Tas yang dimilikinya yang berisi dompet serta ponselnya juga tertinggal di kamarnya.

"Mengapa biasa seperti ini?" Hana mengusap air matanya. Dirinya sungguh tidak ingin hidup bersama dengan pria yang begitu sangat kejam tersebut. Tubuhnya gemetar ketakutan saat mengingat seperti apa pria itu memperlakukannya.

"Aku tahu, bahwa menagis tidak akan menyelenggarakan masalah. Namun sekarang apa yang bisa aku lakukan, bila tidak menangis seperti ini." Suara tangisnya semakin keras memenuhi seluruh ruang di dalam kamarnya. Hana duduk di lantai dengan menyandarkan punggungnya di daun pintu lemari. Air matanya seakan tidak mau berhenti ketika membayangkan akhir dari hidupnya.

Setelah puas menangis, Hana memutuskan untuk pasrah. Di ambilnya handuk dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. "Duh, sakit sekali." Ia berjalan sangat lambat ketika merasakan pedih di bagian intinya.

Hana masuk ke dalam kamar mandi. Kamar mandi. Melihat kamar mandi yang begitu sangat besar, luas dan bersih seperti ini, dirinya merasa sangat kagum. "Ya ampun, kamar mandi aja besarnya seperti ini," Ini untuk pertama kalinya Hana masuk ke hotel. Melihat fasilitas di dalam kamar mandi saja, sudah membuat Hana kagum seperti ini. Dilihatnya tubuhnya dari pantulan cermin besar yang ada di depan wastafel. Tubuhnya begitu sangat memprihatinkan. Bekas gigitan, pipinya yang memar, bibir yang luka digigit, hingga saat ini masih terasa perih dan masih berdarah.

Ia memutar tubuhnya dan memandang ke bagian punggungnya. Punggungnya terasa amat sangat sakit dan juga pedih. "pantas aja sakit sekali," ucap Hana saat melihat punggungnya yang terluka dan memar bekas kaki pria semalam. "Dia sangat jahat. Aku tidak pernah menyangka bahwa dia akan melakukan seperti ini." Hana kembali menangis.

Hana memutar keran shower. Ia memandang air yang turun seperti hujan. Ia menyentuh air yang ternyata hangat tersebut. "Bismillahirrahmanirrahiim, semoga tidak pedih." Hana membaca niat mandi besar dan melakukan ritual mandi besarnya. "Rasanya perih sekali," rintihan hana yang menahan rasa sakit ketika air cucuran shower membasahi tubuhnya. "Semoga aja gak kena rabies."

Ia mandi hanya sebentar, hanya untuk membersihkan tubuhnya. Setelah yakin tubuhnya bersih, Hana keluar dari dalam kamar mandi.

Saat ini tidak ada pakaian yang bisa di pakainya. Pada akhirnya, ia naik ke atas tempat tidur dengan memakai handuk saja. Ia berbaring di atas tempat tidur dengan menutup tubuhnya dengan selimut.

Hana merasakan perutnya yang terasa perih. Sejak semalam dirinya tidak ada makan sama sekali.

"Apa di sini aku akan di antarkan sarapan pagi?

Rasanya perut ku sangat perih?" Hana berkata di dalam hatinya.

"Tunggu aja ya. Mungkin nanti di antarkan. Nayla menyalakan televisi dan menonton acara tv tersebut. "Sudah jam 9, tapi masih belum datang juga. Mana air mineral juga gak ada lagi." Hana melihat ke atas nakas.

Sudah jam 1 siang, masih juga belum ada yang mengantarkannya sarapan.

"Gimana cara pesan bila di sini? Aku gak punya duit. Masuk hotel juga gak pernah."Hana memandang telpon yang ada di atas nakas. Ia akhirnya tertidur guna menghilangkan rasa perih di perutnya.

Hana terbangun saat sudah jam 5 sore. Sampai saat ini Suami masih belum kembali ke kamar.

"Perut aku perih sekali," keluhnya yang beranjak dari atas tempat tidur. Ia masuk ke dalam kamar mandi dan meminum air keran.

"Malu kalilah jadi orang yang gak tau hidup mewah. Masuk hotel aja baru pertama kali. Jadinya gak tau cara pesan makanan. Bila langsung di bayar, juga gak ada uang. " Hana berkata setelah meminum air keran di dalam kamar mandi. Setidaknya saat ini ia sedikit memiliki tenaga dan energi.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel