BAB 6
BAB 6
HAPPY READING
___________
Lauren tidak menyangka kalau ia bertemu Jay di sini. Dia berusaha tersenyum Ketika pria itu melangkah mendekatinya. Sementara Desi sudah hilang dari pandangannya.
“Kamu dari mana?” Tanya Jay memandang Lauren, sekarang dia sudah resmi menjadi staff accounting di perusahaanya.
“Dari lunch, sama Desi,” ucap Lauren kikuk.
Jay memperhatikan penampilan Lauren yang rapi dan dia sangat cantik, “Di mana?”
“Di kantin karyawan gedung sebelah.”
“Ada?”
“Iya, ada. Pak Jay sendiri, lunch di mana?” Tanya Lauren berbasa-basi.
Jay seketika tertawa, karena tiba-tiba Lauren menyebutnya pak Jay, “Jadi kamu sudah tau siapa saya di sini?”
Lauren tersenyum dan mengangguk, “Iya tahu.”
“Jangan panggil saya pak, panggil saja Jay ketika berdua seperti ini.”
Lauren mengangguk, “Iya,” ucap Lauren hanya mengangguk.
“Kalau lunch, kamu lebih baik di restoran aja, Lau. Jangan di kantin karyawan, capek dan jauh juga kan lokasinya,” ucap Jay.
“Tapi nggak apa-apa sih, saya rame-rame juga sama staff lain. Hitung-hitung olahraga juga,” jawab Lauren di selingi tawa, ia tidak bisa membayangkan jika setiap hari makan di restoran, karena sekali makan untuk satu orang bisa menghabiskan tiga ratus ribu rupiah sedangkan makan di kantin hanya dua puluh lima ribu saja bisa sama es teh.
“Kamu pergi kerja pakai apa?” Tanya Jay penasaran.
“Mobil,” ucap Lauren, alasannya menggunakan mobil pergi kerja karena semua mobil di rumah nganggur, daripada tidak digunakan lebih baik dia pakai kerja. Papa dan mama jarang menggunakan mobil, karena beliau lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Ketika belanja bahan-bahan kebutuhan dapur mama senang belanja pagi-pagi di depan rumah karena ada kang sayur yang berhenti tepat depan rumahnya. Sedangkan Stella sudah bekerja di rumah Sharon, jadi jarang sekali menggunakan mobil. Sedangkan mobil di rumahnya ada tiga, mobil sedan lama papa, mobil Stella yang dibelikan oleh mantan kekasihnya yang seorang dokter spesialis dan mobil dirinya.
“Macet?”
Lauren mengangguk, “Enggak terlalu, karena saya pergi jam setengah tujuh,” ucap Lauren tersenyum.
Jay memperhatikan penampilan Lauren, dia memang selalu dress well kemanpun berada.
“Jauh nggak dari rumah kamu?” Tanya Lauren.
“Enggak terlalu, hanya 50 menit.”
Lauren melirik jam melingkar di tangannya, sudah menunjukkan pukul 1 siang, dia harusnya pulang ke kantor sekarang juga.
“Kamu mau balik ke kantor?” Tanya Jay setelah melihat ekspresi Lauren.
Lauren mengangguk, “Iya.”
“Sama-sama kalau begitu.”
Lauren tersenyum, dia menyesuaikan langkahnya bersana Jay. Sejujurnya ia merasa tidak enak dengan posisis Jay di sampingnya, karena ia melihat ada beberapa staff satu divisi memandangnya. Dia tahu kalau Jay adalah jabatan tertinggi di Perusahaan ini.
“Besok siang, kamu mulai lunch sama saya ya, jam istirahat,” ucap Jay ketika mereka berada di dalam lift.
Lauren menoleh memandang Jay, dan Jay menatapnya balik, jantung Lauren rasanya hampir copot sekarang juga, dia menelan ludah.
“Apa ini perintah?”
Jay mengangguk, “Terserah kamu menyebutnya apa. Jangan makan di kantin karyawan lagi.”
“Why?”
“Tidak ada alasan.”
Pintu lift terbuka, ada beberapa karyawan keluar dari elevator termasuk dirinya. Jay memandang Lauren sebelum pergi meninggalkannya.
“Lau …”
Lauren menoleh menatap Jay, “Iya.”
“Semoga kamu betah kerja di sini.”
Lauren mengangguk, “Semoga saja.”
Lauren melihat Jay pergi meninggalkannya dengan sejuta pertanyaan. Kenapa mereka bisa bertemu di lobby? Apa pria itu sengaja menunggunya di sana? Bukankah dia memiliki sekretaris yang bisa dia bawa lunch. Kenapa harus dia yang menemani pria itu lunch?
Jujur ia tidak mau staff lain melihatnya dia bersama Jay, karena itu akan menyebabkan kecemburuan social dan pembicaraan semua divisi di kantor.
Lauren menarik napas, dia masuk ke dalam ruangan officenya. Di sana sudah ada beberapa staff yang sudah duduk dikubikel melanjutkan pekerjaanya. Dia melihat Desi yang melambaikan tangan ke arahnya. Lauren duduk lalu membuka leptopnya kembali, hari ini dia memang masih tidak ada kerjaan selain mengurus dokumen dan nonton video saja.
“Gimana tadi sama pak Jay?” tanya Desi sambil berbisik.
“Yah, biasa aja, say hello aja,” ucap Lauren sekenanya, dia tidak akan mengatakan kalau besok dia akan lunch dengan Jay.
“Lo hebat loh bisa kenal sama pak Jay. Pak Jay tau nama lo aja itu udah kebangaan tau!”
“Hemmm gitu.”
“Iya.”
“Lo balik sendiri nanti?”
“Iya. Kenapa?” Tanya Desi.
“Temenin gue ke manajemen mau nggak? Mau daftar member parkir, habis itu gue traktir lo makan.”
“Okay,” ucap Desi tersenyum nyengir.
Dasi dan Lauren melihat pak Erwin keluar dari ruangannya, dia membawa berkas, lalu melangkah mendekati Lauren.
“Kamu Lauren, staff baru itu ya,” ucapnya ramah.
“Iya, pak.”
“Sudah selesai nonton videonya?”
Lauren mengangguk, “Sudah pak.”
“Oiya, ini job decks kamu selama kerja di sini, kalau kurang paham kamu nanti tanya Desi ya. Desi kamu ajarin Lauren ya.”
“Siap pak, tenang aja,” jawab Desi penuh semangat.
Lauren menarik napas, dia mengambil berkas itu dari tangan pak Erwin. Dia menyandarkan punggungnya di kursi, dia membaca jobdecks itu. Ada 10 tugas yang menjadi tanggung jawabnya,
Tugas-tugas staff accounting. Mencatat transaksi keuangan perusahaan, seperti pembelian, penjualan, pembayaran, dan penerimaan kas. Mengklasifikasi dan meringkas transaksi keuangan Perusahaan. Memeriksa dan memverifikasi kelengkapan dokumen yang berhubungan dengan transaksi keuangan. Membuat pembukuan keuangan kantor. Melakukan posting jurnal operasional. Memasukkan data jurnal akuntansi ke dalam sistem Perusahaan. Melakukan rekonsiliasi dan penyesuaian data finansial. Memelihara buku besar dan berkas-berkas hutang usaha. Memenuhi kewajiban pajak Perusahaan. Mengelola file seperti faktur dan kontrak. Tugas ini tidak dia lakukan sendiri melainkan bersama Desi.
“Lo pelan-pelan aja pelajarinnya. Enggak langsung semua,” ucap Desi memperhatikan Lauren.
Lauren mengangguk, “Iya.”
“Tadi lo ngobrol apa aja sama pak Jay.”
“Ada deh.”
“Cerita dong kenalannya gimana?”
“Entar aja deh ceritanya, kedengeran sama yang lain,” bisik Lauren.
“Oke, oke. Pengen buru-buru pulang gue rasanya, karena kepo banget sama lo.”
Lauren seketika tertawa geli, “Lo, ada-ada aja deh.”
“Lo ada main sama pak Jay?”
“Main apa maksud lo?”
“Main apa aja.”
“Enggak ada, baru juga kenal,” dengus Lauren.
“Lo udah di notice tuh sama pak Jay.”
“Terus kalau di notice kenapa?”
“Yah, pak Jay kan duda keren. Siapa tau naksir lo.”
Lauren lalu tertawa, “Enggak mungkin lah.”
“Ya, mungkin banget lah,” sahut Desi lagi.
______________________
“Rima …” Panggil Jay.
Rima keluar dari ruangannya, “Iya, pak.”
“Mulai besok pagi, kamu pesen dua porsi sandwich dan kopi langganan saya ya.”
“Baik pak.”
“Satunya nanti kamu titip OB suruh anter ke ruangan accounting, untuk Lauren Allesandra.”
“Lauren?”
“Iya, staff accounting yang baru itu.”
Tiba-tiba ada sesuatu mencuat di kepalanya, Rima ingin protes, “What! Siapa Lauren? Ada hubungan apa dengan pak Jay?” Teriak Rima dalam hati.
Jay melihat Rima yang mematung di tempat, “Kamu paham perintah saya?”
Rima mengangguk, “Paham pak,” ujar Rima lalu keluar dari ruangan pak Jay.
__________
