Pustaka
Bahasa Indonesia

Grandes High School (Leslie)

72.0K · Tamat
Ellakor
55
Bab
1.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Leslie Felicia ... remaja 17 tahun yang terpaksa pindah sekolah karena mengikuti orang tuanya. Grandes High School ... sebuah sekolah SMA yang berjarak cukup dekat dari tempat tinggal Leslie yang baru, yang dipilih Leslie untuk menjadi sekolah barunya.Namun tak disangka, kehadirannya di sekolah itu tak diharapkan oleh semua teman sekelasnya. Setiap hari mereka membully Leslie, berharap dia segera meninggalkan sekolah itu. Leslie merasa semakin menderita berada di sekolah barunya, terutama setelah dia mengetahui sekolah itu sangat angker dan penuh dengan hantu-hantu penasaran yang menghuninya.kehidupan Leslie berubah sepenuhnya ketika seorang guru misterius mengetahui rahasianya. Leslie tak dapat menolak ketika guru itu meminta bantuannya untuk menenangkan dan mengembalikan hantu-hantu penasaran itu ke alamnya. Inilah kisah Leslie Felicia ... seorang remaja yang mampu melihat dan berkomunikasi dengan makhluk tak kasat mata ...

RomansaTeenfictionCinta Pada Pandangan PertamaThrillerSuspenseTuan Muda

Susan Part 1

Udara pagi yang masuk ke sela-sela jendela kamar terasa begitu hangat, membuatku semakin malas untuk beranjak dari tempat tidur. Suasana rumah yang sepi tanpa ada satu pun suara membuatku merasa nyaman dan mengantuk.

Kriiiing ... Kriiing ... Kriiiing ...

Suara jam Alarm yang nyaring itu menyadarkanku bahwa sudah saatnya untuk bangun. Meskipun dengan perasaan enggan, aku memaksakan diri untuk bangun dari tempat tidur yang empuk ini. Kemudian, dengan malas aku berjalan ke kamar mandi dan memulai aktifitas di sana.

Setelah selesai, dengan hanya tertutupi handuk, aku berjalan meninggalkan kamar mandi menuju lemari. Aku buka selebar-lebarnya pintu lemari. Begitu pintu lemari terbuka, terpampang sebuah seragam sekolah di sana. Seragam sekolah itu cukup manis menurutku. Bagian atas berupa kemeja berwarna putih dengan sebuah dasi berbentuk kupu-kupu yang berwarna hijau tua. Lalu, bagian bawah seragam itu berupa rok pendek selutut dengan di sekelilingnya dipenuhi kerutan, rok pendek itu berwarna hijau tua sama persis dengan warna dasi kupu-kupunya. Di bagian lengan, ada sebuah atribut yang menunjukkan nama sekolah.

Aku yang telah selesai mengenakan seragam, berdiri di depan cermin untuk melihat penampilanku. Aku mengikat rambut ke atas dan merasa penampilanku telah sempurna. Aku pun mengambil tas sekolah dan beranjak meninggalkan kamar.

Di rumah ini ... hmmmm ... tidak ... lebih tepatnya di Apartemen ini, aku tinggal seorang diri. Sebenarnya, sejak kecil aku tinggal bersama orangtuaku. Namun, mulai bulan depan ayahku dipindahtugaskan ke kota ini sehingga rumah kami pun harus ikut pindah. Grandes City nama kota ini. Sebuah kota kecil di bagian paling selatan Arizona. Jika dibandingkan dengan Los Angeles yang merupakan kota kelahiranku, kota ini jelas sangat kecil dan terpencil.

Karena tahun ajaran sekolah dimulai bulan ini, itulah sebabnya aku pindah satu bulan lebih awal dibandingkan orangtuaku. Akibatnya, aku tinggal seorang diri di Apartemen ini, ya walaupun hanya untuk sementara tapi aku merasa sangat kesepian.

Sejujurnya, aku sama sekali tidak bisa memasak, itulah sebabnya pagi ini hanya bisa sarapan dengan roti dan susu. Setelah menyelesaikan semua aktifitas, aku pun telah siap untuk pergi ke sekolah.

Aku berangkat ke sekolah dengan menaiki bus umum, kebetulan di dekat Apartemen terdapat sebuah Halte Bus sehingga memudahkan untuk berangkat ke sekolah. Tidak lama aku menunggu hingga bus itu datang. Bus itu melaju dengan cepat mengantarku menuju sekolah.

Tidak membutuhkan waktu yang lama hingga aku tiba di sekolah. Itu hal yang wajar karena letak sekolah tidak terlalu jauh dari Apartemen. Sebenarnya, itulah alasan aku memutuskan untuk sekolah di sini karena letaknya paling dekat dengan Apartemen dibandingkan sekolah yang lain.

Grandes High School ... itulah nama sekolahnya dan aku adalah murid pindahan di sini karena aku memulai belajar di sekolah ini dari semester kedua di bangku kelas 2.

Aku memasuki gerbang sekolah, inilah pertama kalinya aku menginjakkan kaki di sekolah ini. Selain aku, banyak siswa yang berlalu lalang tapi tidak ada satu pun dari mereka yang menyapaku, haha ... aku rasa itu hal yang wajar karena tidak satu pun dari mereka yang mengenalku. Aku mengitari jalan menuju kelas sambil melihat-lihat gedung sekolah ini, aku merasa gedung sekolah ini sudah cukup tua yang menandakan bahwa sekolah ini sudah berdiri cukup lama.

Tak berapa lama aku berjalan, hingga akhirnya aku tiba di sebuah kelas yang terpajang sebuah papan bertuliskan 'Kelas 2B' di bagian atas pintu. Ya, di kelas inilah aku akan menuntut ilmu. Pintu dalam keadaan terbuka hingga akhirnya aku melangkah memasuki kelas. Sempat terlintas keraguan untuk memasuki kelas, tapi aku menyadari ada sebuah kondisi di mana aku tidak bisa lari dan harus terus maju meski apa pun yang terjadi, dan saat ini aku sedang berada dalam kondisi itu.

Aku semakin melangkah memasuki kelas, semua penghuni kelas menatap ke arahku sehingga membuatku malu sekaligus gugup.

"Ha-Hallo semuanya. Aku siswa pindahan di kelas ini. Aku ..."

Aku belum menyelesaikan perkataanku tapi segera ku hentikan begitu melihat reaksi semua penghuni kelas ini yang memalingkan wajah mereka, seolah-olah tidak ingin mendengar lebih jauh lagi perkataanku.

Aku melihat-lihat kursi yang masih kosong di kelas itu, hingga akhirnya aku menemukan satu kursi kosong di bagian belakang. Aku pun berjalan menuju ke bangku itu tanpa mempedulikan penghuni kelas ini yang kembali menatap ke arahku. Sejujurnya, aku merasa sangat tidak nyaman saat ini, entah ini hanya perasaanku saja atau memang sebuah kenyataan, aku merasa tatapan mereka semua sangat tajam dan ketus.

Di tengah-tengah ketidaknyamanan yang aku rasakan, seorang guru terlihat memasuki kelas, yang baru saja aku ketahui bernama Pak Wiston. Dia merupakan wali kelas kami. Pak Wiston mengabsen satu persatu siswa yang menjadi penghuni kelas ini, hingga ketika namaku dipanggil, dia terlihat menyadari sesuatu.

"Ooh, kau siswa pindahan itu ya?"

"Be-benar pak." Sahutku, sedikit gugup.

"Majulah ke depan, perkenalkan dirimu!"

Sebenarnya, sejak dulu aku sangat enggan untuk pindah sekolah. Alasannya, karena hal ini. Aku sangat membenci situasi ketika aku harus berdiri di depan sambil memperkenalkan diri di hadapan orang sebanyak ini. Tapi, sekali lagi aku berada dalam kondisi di mana tidak bisa lari dan hanya memiliki satu pilihan yaitu menuruti perkataan Pak Wiston dan maju ke depan.

Setelah berdiri di depan kelas, aku melihat semua orang tengah menatapku saat ini. Hal itu tentu saja membuatku semakin gugup.

"Perkenalkan, namaku Leslie Felicia. Aku siswa pindahan yang akan belajar bersama kalian mulai hari ini. Aku tidak terlalu pandai bergaul, tapi aku ingin sekali bisa berteman dengan kalian semua. Aku juga baru pindah ke kota ini, jadi masih banyak hal yang tidak aku ketahui. Ka-karena itu, aku sangat membutuhkan bantuan dan kerja sama dari kalian semua. Mohon kerja sama dan bantuannya."

Aku mengatakan itu sambil menundukkan wajah. Pada awalnya, aku mengira semua orang akan menyahuti perkataanku, tapi yang terjadi justru di luar dugaan. Tidak ada satu pun dari mereka yang mengeluarkan suara untuk menyahuti, membuatku merasa sangat kesal melihatnya.

"Baiklah, Leslie. Kau bisa kembali ke kursimu. Tunjukkan prestasi terbaikmu di sekolah ini ya."

"Baik, Pak."

Tanpa menunggu lagi, aku melangkah cepat menuju ke kursiku. Rasa kesal ini tentu saja tidak bisa hilang semudah itu. Aku sama sekali tidak mengerti kenapa semua penghuni kelas ini terlihat tidak peduli padaku, membuatku merasa tidak nyaman di hari pertama belajar di sekolah ini. Aku menjadi ragu, sanggupkah aku bertahan belajar di sekolah ini?