Bab 3 – Innocent Girl
Menjadi jaminan atas kesalahan yang tak pernah dilakukan adalah hal yang tak pernah Camelia sangka. Camelia pikir hidupnya kemarin telah benar-benar berakhir. Rumah disita bank, barang-barang diambil rentenir, lalu ayahnya melarikan diri dan meninggalkan banyak utang. Hidup Camelia layaknya berada di dalam sebuah mimpi terburuk.
Sampai suatu ketika, Camelia bertemu dengan Dominic—pria yang menyanderanya. Harusnya Camelia bersyukur mendapatkan pekerjaan di mansion orang yang sangat kaya. Karena paling tidak Camelia tak menjadi gelandangan di jalan setelah diusir dari rumahnya sendiri. Tapi alih-alih bersyukur, malah Camelia kerap merasa ketakutan. Terlebih jika berhadapan dengan Dominic, tatapan tajam pria itu selalu membuat tubuh Camelia bergetar takut. Nada bicara pria itu selalu tajam, keras, dan menusuk.
“Camelia, pagi ini kau bersihkan kolam renang. Letak kolam renang berada tepat di belakang mansion ini.” Hedy melangkah menghampiri Camelia—yang baru saja keluar dari kamar dan sudah memakai seragam pelayan.
Camelia mengangguk patuh. “Hm, Hedy, ada yang ingin aku tanyakan padamu.”
“Kau ingin tanya apa, Camelia?” Hedy menatap Camelia lekat.
“Jam berapa Tuan Dominic biasanya tidur, Hedy?” tanya Camelia pelan.
“Tuan Dominic tidak tentu. Tapi beliau memang sering tidur malam. Dalam satu hari beliau selalu dua kali berolahraga. Pagi sebelum beliau memulai akivitas, dan malam sebelum beliau tidur pasti selalu berolahraga,” jawab Hedy memberitahu.
“Ah, begitu. Pantas saja.” Camelia menggigit bibir bawahnya.
“Pantas saja? Apa maksudmu, Camelia?” Kening Hedy mengerut, menatap bingung Camelia.
“Tidak apa-apa, Hedy. Aku hanya asal bicara. Yasudah, aku harus membersihkan kolam renang dulu,” ujar Camelia lembut seraya melangkah pergi menuju kolam, meninggalkan Hedy.
Saat Camelia sudah tiba di kolam renang, gadis itu nampak kebingungan bagaimana cara membersihkan kolam renang yang begitu tinggi dan besar itu. Camelia yakin kolam ini pasti sangat dalam.
“Aku membersihkan kolam menggunakan baskom saja,” guman Camelia yang mendapatkan ide membersihkan kolam renang menggunakan baskom. Detik berikutnya, Camelia mengambil baskom, dan langsung membersihkan kolam renang menggunakan baskom tersebut.
Hingga ketika, Camelia merasa kelelahan, keseimbangannya tak terkendali akibat baskom berisikan air di tangannya sangat berat. Kaki Camelia terpeleset. Tubuh Camelia tak seimbang, hingga membuatnya tercebur di kolam.
Byurrrr
Camelia berusaha menggapai tepi tapi sayangnya tak bisa. Gadis itu kelabakan di dalam kolam. Beberapa detik, tangan Camelia tak lagi meraih-raih meminta pertolongan. Tubuhnya sudah lemah dan mengambang di kolam renang.
Di sisi lain, Dominic melangkah keluar kamar sudah rapi dengan pakaian formal kantor. Lengan kekar dan dada bidang pria itu terbalut sempurna di balik jas berwarna hitam. Wajah tampan itu terselimuti aura dingin, tegas, dan penuh kharisma. Sorot matanya tajam layaknya mata elang.
“Selamat pagi, Tuan Dominic.” Hedy menyapa Dominic dengan sopan seraya menundukan kepalanya.
Dominic mengangguk singkat. “Bagaimana pekerjaan Camelia? Apa dia becus bekerja?” tanyanya seraya merapihkan kancing jasnya.
“Tuan, saya baru saja meminta Camelia untuk membersihkan kolam—”
“Tolong! Tolong!” Suara seorang pelayan berlari menghampiri Hedy dengan wajah panik.
“Apa ada? Kenapa kau berlari seperti itu?” tanya Hedy pada seorang pelayan.
“Hedy, pelayan baru tenggelam di kolam! Aku ingin menolongnya tapi aku juga tidak bisa berenang,” seru pelayan panik yang sontak membuat Dominic terkejut.
“Pelayan baru? Maksudmu Camelia?” Hedy pun ikut panik.
“I-iya. Camelia. Kalau tidak salah itu, kan, namanya? Aku lupa namanya. Dia pelayan baru di sini,” seru pelayan itu lagi.
“Shit!” Dominic berlari menuju kolam kala mendengar Camelia tenggelam. Makian dan umpatan terus lolos dalam hatinya. Sejak hari pertama Camelia muncul, gadis itu selalu membuat masalah yang menguji kesabaran Dominic.
Di kolam renang, tatapan tajam Dominic menangkap tubuh Camelia mengambang di kolam renang. Lalu … tatapan pria itu pun menatap air yang ada di tepi kolam renang berserta dua baskom di sana. Raut wajah Dominic berubah penuh emosi. Otaknya lagsung mencerna kalau Camelia membersihkan kolam renang menggunakan baskom.
“Apa gadis itu seorang princess sebelumnya?! Dia tidak bisa melakukan apa-apa selain menimbulkan masalah!” geram Dominic emosi. Dominic hendak tak ingin peduli, tapi tak mungkin karena gadis itu pasti akan mati kalau tak ditolong. Dengan terpaksa, Dominic membuka jasnya, melempar ke sembrangan arah, dan langsung melompat ke kolam renang.
Dominic meraih tubuh Camelia, membawanya ke tepi kolam. Tubuh Camelia sudah memucat. Bibirnya biru. Dominic segera memberikan pertolongan pertama. Pria itu melakukan tindakan CPR beberapa kali, sayangnya Camelia tak kunjung membuka mata. Akhirnya Dominic pun memberikan napas buatan guna membuat Camelia bisa membuka mata. Lalu …
Uhugg … uhugg …
Camelia terbatuk-batuk kala berhasil membuka mata. Air keluar dari hidung dan mulut gadis itu. Tampak raut wajah Dominic menunjukan jelas kemarahannya. Sorot mata tajamnya begitu menakutkan.
“Kau itu kenapa bodoh sekali! Kenapa membersihkan kolam renang menggunakan baskom?! Di mana letak otakmu, Camelia!” bentak Dominic keras.
Camelia hanya menundukan kepala dan masih terbatuk-batuk. Gadis itu tak bisa menjawab ucapan Dominic. Sedangkan Dominic yang terpancing emosi, memilih untuk meninggalkan Camelia begitu saja. Tepat disaat Dominic pergi, Hedy bersama dengan satu pelayan lain membantu Camelia untuk berdiri, meninggalkan kolam renang.
***
“Hedy, jadi tadi Tuan Dominic yang menyelamatkanku?” Camelia bertanya kala dirinya sudah mengganti pakaian dengan seragam pelayan baru. Beruntung di lemari memiliki beberapa pakaian pelayan. Jadi Camelia bisa menggantinya dengan yang baru kala seragam yang terakhir dia pakai sudah basah akibat tenggelam di kolam.
Hedy menghela napas dalam. “Iya, Tuan Dominic yang menyelamatkanmu. Para penjaga ada di depan. Kalau aku memanggil penjaga, pasti mereka akan terlambat menyelamatkanmu. Kau itu kenapa membersihkan kolam menggunakan baskom? Harusnya kau kosongkan dulu air kolam, Camelia. Setelah itu kau bisa menggunakan alat khusus membersihkan kolam.”
“Maafkan aku, Hedy. Aku belum pernah membersihkan kolam renang. Lain kali aku akan bertanya dulu padamu,” ucap Camelia penuh dengan rasa bersalah.
“Yasudah lupakan saja. Tapi kau harus segera berterima kasih sekaligus minta maaf pada Tuan Dominic. Kalau saja beliau tidak menyelamatkanmu, mungkin kau pasti tidak akan tertolong. Kau tahu? Tuan Dominic sampai memberikan napas buatan padamu agar demi kau sadar,” ujar Hedy menceritakan pada Camelia.
“Napas buatan?” Kening Camelia mengerut, menatap bingung sekaligus terkejut. “Maksudmu napas buatan yang melalui bibir?” tanyanya memastikan.
“Memangnya kalau bukan bibir lewat mana lagi, Camelia? Kau itu mengajukan pertanyaan konyol sekali.” Hedy menggeleng-gelengkan kepalanya.
Mata Camelia terbelalak. “Ya Tuhan! Itu artinya Tuan Dominic sudah menciumku.”
“Camelia, itu bukan—”
“Aku harus menemui Tuan Dominic sekarang.” Camelia langsung berlari meninggalkan Hedy begitu saja, tanpa mau mendengar ucapan Hedy.
Setibanya di depan, Camelia menatap Dominic yang hendak menuju halaman parkir mobil. Buru-buru Camelia berjalan cepat dan menghadang Dominic dengan wajah yang berusaha untuk memberanikan diri.
“Tuan. Kita harus bicara.” Camelia menggigit bibir bawahnya.
“Minggir. Kalau tujuanmu hanya meminta maaf dan berterima kasih, aku tidak mau mendengarnya,” tukas Dominic dingin dan sorot mata begitu tajam.
Camelia menelan salivanya susah payah. “A-ku memang ingin meminta maaf karena telah ceroboh. Aku juga ingin berterima kasih karena kau sudah menyelamatkanku. T-tapi ada hal sangat penting yang harus aku katakan padamu.”
“Hal penting apa yang ingin kau katakan?” Sebelah alis Dominic terangkat, tatapan pria itu masih menatap Camelia tajam.
“T-tadi kita sudah berciuman, kan?” Camelia memberanikan diri menatap tatapan tajam Dominic.
“Berciuman?” Dominic dibuat bingung akan apa yang diucapkan Camelia.
“Kau memberikan napas buatan padaku lewat bibir. Itu sama saja kita sudah berciuman,” kata Camelia menggebu.
Dominic nyaris kehilangan kata akibat otak konyol Camelia. “Itu bukan berciuman! Aku hanya memberikan napas buatan padamu demi kau sadar! Kalau aku tidak memberikan napas buatan untukmu, kau sudah pasti mati!” serunya kesal.
Camelia menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Rasa takut dalam hatinya kian menelusup. Sesuatu hal muncul di dalam otak Camelia. Hal di mana pesan yang dia dengar di masa kecil. Terlihat Camelia mengatur napas agar ritme jantungnya tetap beraturan.
“A-aku hamil.”
