Bab 4 Rasa puas ku adalah kamu, Tante
“Ayo Tante, keluarkan saja, ayo,” ujar Fardan sambil terus mengaduknya dan mengocok dengan jemarinya.
“Ngghh, Fardan, ookhh, aahhh, aaaaaaaahhh!” cairan Mirna langsung tumpah di jemari tangan Fardan.
Fardan tersenyum senang lalu tanpa ragu melumat bibir Mirna sambil terus mengaduk-aduknya lebih dalam. Bokong Mirna ikut bergerak-gerak maju mundur sambil mendesah-desah dalam lumatan Fardan.
“Fa, kamu nakal sekali, sshhh, aahh, aahhh,” Mirna berbisik sambil menelan ludahnya menikmati permainan jemari tangan Fardan.
“Fardan sayang sama Tante, kapan pun Tante mau, Fardan akan melakukannya untuk Tante, jangan sampai Tante dilecehkan pria lain, Tante, sshhh, basah sekali Tante.” bisik Fardan pada Mirna lalu melumat bibir Mirna lagi.
Mirna tidak tahu lagi, dia terpaksa melakukan itu karena gairahnya terlalu besar dan sulit dikendalikan. Fardan juga menahan Mirna sedemikian rupa sampai Mirna bersedia pasrah menikmati sentuhan jemari Fardan pada lubang intim Mirna.
Puas menyentuh organ intim Mirna, Fardan menarik tangannya dan melepaskan tubuh Mirna dari tahanannya. Bibir Fardan masih sibuk melumat bibir Mirna. Mirna juga memegangi tengkuk Fardan sambil memejamkan matanya.
“Pepek Tante sangat lembut, maaf Fardan tadi sudah lancang,” bisiknya pada Mirna.
“Aku yang salah, aku lupa kalau kamu bukan anak kecil lagi, aku lupa dan memakai baju begini!” Mirna menundukkan wajahnya karena malu,
Fardan segera meraih tengkuk Mirna lalu melumat kembali bibir Mirna, dibawanya Mirna ke dalam kamar yang ada di lantai atas.
“Fa, kenapa malah menggendongku lagi?” protes Mirna,
“Aku pengen jilat bagian pepek Tante yang basah tadi, aku suka aromanya dan aku penasaran dengan rasanya!” ujarnya pada Mirna dengan terang-terangan,
Sampai di dalam kamar, Fardan menurunkan tubuh Mirna di atas kasur lalu menarik kedua kaki Mirna sampai bokong Mirna berada di tepi ranjang.
Mirna tidak setuju dan terus menggelengkan kepalanya. “Ja-jangan Fa, tadi sudah cukup, Tante malu,” ujar Mirna dengan gugup.
Fardan tidak mau mendengar kata-kata Mirna dan menarik lepas g-strin Mirna lalu berjongkok sambil melumat sisi dalam antara kedua paha Mirna. Lidah panas dan basah milik Fardan mulai menyapu naik-turun dan kadang ditekan masuk ke dalam lubang Mirna yang terus mengeluarkan cairan. Fardan membuka bibir organ intim Mirna lalu menjejalkan lidahnya ke dalam.
Mirna menggeliat nikmat, sensasi itu baru pertama kali Mirna rasakan. Fardan tidak hanya menyapukan lidahnya tapi juga melumat, menghisap hampir di seluruh bagian intim Mirna.
“Aaaaaahh, aaahhh, aaahh, sshhh, oohh, Fardan, oohh, oohhh!” tubuh Mirna mengejang beberapa kali dan mencapai titik klimaks yang diinginkan.
Mirna merasa sangat puas dan lega, Fardan menelan semua cairan Mirna yang keluar lalu menindih tubuh Mirna yang setengah telanjang di kasur. Fardan menarik sisi ujung kemeja Mirna sampai ke atas dada, lalu dilumatnya buah dada Mirna yang montok dan padat itu. Fardan juga meremasnya dengan lembut seperti barang berharga.
“Ngghh, Fa, aahhh, mmhh, Tante, aahh, Fa,” Mirna merengek-rengek sambil memeluk tengkuk Fardan yang kini sibuk melumat buah dada Mirna bergantian. Mirna membuka pahanya dan menuntun satu tangan Fardan untuk kembali menyentuh bagian intim Mirna.
“Tante nggak sabaran, pengen keluar lagi?” tanya Fardan dengan napas memburu.
“Ya, pakai jemarimu saja, Fa,” pinta Mirna pada Fardan.
Fardan menurutinya dan mengocok lubang intim Mirna seperti keinginan Mirna sampai Mirna menggeliat nikmat.
“Hisap putingku lebih kuat, Fa, aaahh, aahh pepek Tante, aaahh, aahh, sshhh, sudah hampir muncrat, oohh, Fardan, oohhh,” desah Mirna yang sudah kehilangan kendali.
Fardan menuruti dan melakukannya seperti yang Mirna katakan. Benar saja Mirna kembali mendapatkan klimaks ke tiga setelah dua kali klimaks. Gairah Mirna memang lumayan besar, lengan Fardan hampir kram karena terus mengocok lubang intim Mirna yang menginginkan kepuasan.
Saat hari benar-benar gelap, Mirna sudah tertidur pulas dalam dekapan Fardan. Saat Fardan berniat bangun, Mirna tiba-tiba menyentuh pinggang Fardan.
“Mau ke mana? Temani Tante, kamu tidur saja di sini malam ini.” Ujar Mirna pada Fardan.
Sudah telanjang bulat begini masih nyuruh aku tinggal, mana bisa aku nahan batangku untuk nggak aku masukkan ke dalam pepek Tante Mirna? Batin Fardan.
“Tante, batangku sudah bangun sejak sore, aku juga normal!” keluhnya.
“Terus?” tanya Mirna sambil membuka pahanya lebar-lebar lalu mengukir senyum manja di bibir ranumnya.
“Tante jangan main-main kalau nggak mau hamil!” tukas Fardan dengan ekspresi kesal.
Mirna meraih batang Fardan dan memasukkan tangannya ke dalam celana pendek Fardan.
“Ahh! Tante! Aaakhhh! Tante, jangan diurut, ookhh, nanti muncrat! Aaahhh! Aaahhh, aahhh!” Fardan berusaha menghentikan sentuhan tangan Mirna tapi Mirna menolak berhenti dan malah mengeluarkannya dari dalam penutupnya.
Mirna merangkak mendekat dan menggunakan mulutnya untuk memberikan kepuasan Fardan.
“Aaaahh, tante, oohhhh, oohh, nikmat sekali, oohhh, oohhh. Tante, ooooohhh!” Fardan tidak tahan lagi dan cairannya langsung keluar di dalam mulut Mirna.
Mirna tampak tidak jijik dan malah menelannya. Setelah selesai Mirna langsung turun dari atas kasur dan pergi ke kamar mandi. Fardan juga ingin membersihkan diri jadi ikut masuk ke dalam kamar mandi.
Di dalam kamar mandi, Fardan melihat Mirna tinggal di bawah guyuran air sambil menggosok sekujur tubuhnya dengan busa sabun. Fardan menyentuh bokong Mirna lalu kedua buah dada Mirna dari belakang dan meremasnya. Fardan menciumi punggung Mirna lalu bahu kanan Mirna. Kecupannya sangat lembut dan kadang disertai gigitan pelan.
“Fa, sudah, jangan sampai kecanduan,” bisik Mirna sambil menyentuh pipi Fardan.
“Tante sangat cantik, Fardan sangat senang bisa dekat begini sama Tante. Fardan sudah cukup puas.” Ujarnya pada Mirna.
“Setelah kamu cukup mapan, kamu bisa menikah dengan wanita lain, jangan mengira aku berniat mengurungmu di rumah ini seumur hidup. Kamu akan bertemu dengan banyak wanita cantik di luar sana, bahkan lebih baik dari Tante.” Tutur Mirna seraya memutar badan menghadap ke arah Fardan.
“Itu yang Tante pikirkan, tapi bagiku hanya Tante yang aku mau, aku sama sekali tidak tertarik untuk mendekati wanita lain! Jangan pernah mendorongku menjauh! Atau aku tidak akan menahan diri lagi!” Fardan menatap kedua mata Mirna dengan tatapan mengancam, menyudutkan dan memaksa Mirna untuk bersedia menuruti perkataan Fardan.
Tubuh Mirna yang telanjang tiba-tiba mulai mengginggil. Mirna ingin kabur tapi tidak bisa dan tidak mungkin kabur.
Fardan mendesak Mirna hingga bersandar di dinding lalu melumat bibir Mirna sambil menggesekkan ujung kejantananannya di bagian depan organ intim Mirna. Mirna sangat takut, Mirna memukuli dada bidang Fardan sambil mendorong Fardan menjauh. Fardan dengan cekatan menahan kedua tangan Mirna lalu mengangkat satu paha Mirna ke samping.
Saat ujung batang Fardan menyentuh bibir lubang intim Mirna Fardan kembali berbisik di telinga Mirna.
“Bibir lubang pepek Tante sangat lembut dan nikmat saat menyentuh ujung batangku,” ucapnya sambil terus memainkannya pada sisi luar lubang intim Mirna.
“Nggh, Fa, jangan, nggghh, aahhh.” Desah Mirna yang sudah mulai kewalahan meronta dan kini hanya bisa menyerah pada Fardan.
“Tante kalau aku masuki pepek Tante, Tante bakalan mengusirku dari rumah ini?” tanyanya sambil menekan ujungnya sedikit ke dalam.
Mirna menggigit bibir bawahnya sambil menggoyangkan bokongnya ke samping. Tekanan kecil dan berulang-ulang yang dilakukan Fardan membuat Mirna merasa panas dan gatal.
“Fa, aahh, awh, sudah, hentikan,” bisik Mirna dengan napas tersengal.
