Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Ingat Dendammu

Hunter kini sedang berada di kantor,  bayangan bagaimana tentang Safa menggodanya tadi sungguh membuyarkan segalanya.

Bibirnya tak hentinya tersenyum ia mengamati jemarinya dengan hati yang begitu bahagia sekali.

Pintu diketuk membuat senyum Hunter tak sedikitpun luntur, begitu pintu terbuka menampilkan sekretaris pribadinya.

“Ada apa dengan bibirmu? Kepalamu terbentur?” tanya Zero begitu melihat Hunter tersenyum tanpa henti.

Hunter menciumi jemarinya, bayangannya akan wajah Safa benar- benar mnegalihkan segala perhatiannya saat ini.

Zero yang mengamati hal itu hanya bisa membuang napasnya dan bertanya, “Kau akan bekerja atau hanya terus tersenyum dengan pikiranmu sendiri?” Hunter langsung tersenyum pada Zero.

“Suasana hatiku sedang baik hingga aku sulit untuk mengontrol kebahagiaan dan senyumku,” Zero berdecak dan menarik kursi untuk duduk berhadapan dengan Hunter.

Zero mengamati Hunter dengan lekat, “Karena pernikahan palsumu?” Hunter langsung diam, tatapannya berubah menjadi datar.

“Sudah diam jangan bahas itu,” ketus Hunter yang mana senyuman yang sejak tadi mengembang kini langsung sirna hanya karena satu pertanyaan Zero.

Zero mengamati Hunter dan kembali bertanya, “Jangan bilang jika kau jatuh cinta pada putrinya?” Hunter melirik Zero dan menyalakan pematik rokoknya.

Zero yang sudah tahu jawabannya malah membuang napas gusar dan menyandarkan punggungnya di kursi.

“Aku tidak yakin jika balas dendammu akan berhasil,” tebak Zero yang sudah tahu bagaimana endingnya.

Hunter yang mendengar hal itu seolah merasa jika ia tidak terima dengan hal itu.

Zero langsung kembali ke obrolan seriusnya, “Kuakui jika putrinya memang cantik. Bahkan sangat seksi.” Ucapan Zero langsung terhenti kala ia mendapatkan tatapan horor dari Hunter.

Namun hal itu tidak membuat Zero berhenti berbicara dan mengungkit tentang Safa.

“Tapi tolong, jangan jatuh hati pada putri tirimu,” sambung Zero yang mana hal itu merusak suasana hati Hunter saat ini.

Zero memajukan tubuhnya dan kembali menyakinkan pada Hunter, “Selesaikan dulu balas dendammu. Baru jatuh hati padanya. Dengan begitu rencanamu akan cepat selesai. Dan kau bisa kembali ke habitatmu.” Beritahu Zero pada Hunter.

Hunter diam mencermati dan mencoba mencerna ucapan Zero, memang benar apa yang Zero ucapkan tentang hal itu, namun ia tidak bisa menjauhi Safa untuk saat ini.

Hatinya begitu menggebu-gebu dalam mendekati Safa, dirinya semakin serakah setiap kali melihat Safa, ada rasa egois untuk memilikinya detik itu juga.

“Kau belum jatuh hati kan pada Safa?” Hunter hanya diam dengan lirikan mata yang lekat pada Zero.

Zero yang sudah paham akan tatapan itu sontak langsung melengos dengan dengusan kesal.

“Tolong berhenti sampai di sini, cepat selesaikan misimu dan kembali ke tempatmu, setelah itu kau bebas ingin melakukan apa pada Safa,” beritahu Zero pada Hunter di mana Zero hanya berusaha mengingatkan akan rencana awal Hunter agar cepat terselesaikan.

Hunter diam begitu lama memikirkan semua ucapan Zero saat ini dengan pikiran yang terus tertuju pada Safa.

***

Sedangkan di sekolah, Safa benar- benar begitu antusias dalam menceritakan bagaimana tayangannya melejit dalam satu malam ketika ia menulis romansa dewasa tersebut.

“Kan apa kubilang, genre romansa dewasa seperti itu cepat laku dan tayangannya benar- benar fantastis, kau akan menjadi kaya mendadak jika bisa menulis banyak cerita,” dukung Yona membuat Safa mengangguk setuju dengan senyum lebar nan sumringah.

Yona lalu mendekat dan bertanya, “Dari mana kau mendapatkan inspirasi itu? Dari film yang kukirim atau suami muda mamamu?” goda Yona membuat Safa langsung memukul lengan Yona dengan reflek.

“Kecilkan suaramu, atau orang-orang akan memukuli kita,” Yona hanya tertawa dan merasa begitu penasaran dengan keberhasilan Safa yang akhirnya memilih untuk menulis romansa dewasa tersebut.

“Aku hanya berusaha dan mencoba,” jawab Safa membuat Yona langsung menggodanya.

“Kau langsung praktek dengan suami muda mamamu atau menonton film yang kuberi?” tanya Yona sekali lagi dengan tegas ia bertanya, ingin tahu kebenarannya, juga penasaran akan cara Safa bisa menulis cerita tersebut.

Safa berdecak kala Yona begitu kepo dengan semua itu, namun jujur Safa tidak bisa menyembunyikan senyumannya, ia sedikit memajukan tubuhnya untuk berbisik pada Yona.

“Ternyata benar, berfantasi liar dengan membayangkan orang tampan itu bisa berjalan dengan lancar,” Yona langsung membungkam mulutnya dengan tawa yang ia tahan.

“Kau berfantasi liar? Pada suami muda mamamu? Wah Safa, kau memang suhu, kenapa yang diam-diam sepertimu begini malah menghanyutkan,” kata Yona tak percaya membuat Safa hanya tersenyum dan tersipu malu kala ia mengingat bagaimana Hunter balas dendam padanya tadi pagi.

Yona kembali mendekatkan tubuhnya pada Safa untuk kembali bertanya, “Bagaimana caranya, kau dulu yang melakukannya atau suami mamamu itu?” Safa tersenyum, terlihat malu-malu untuk memberitahu Yona.

Ia sendiri juga sepertinya sudah gila saat ini hingga ia lupa mengontrol bagaimana ekspresi dan suasana hatinya.

Safa sudah terbuai dengan tayangan yang melejit juga rasa penasaran tinggi akan fantasi liarnya.

Safa dengan lirih menjawab, “Intinya kamu hanya perlu berimanijanasi dengan baik. Dengan begitu kamu bisa menulis cerita romansa dewasa itu dengan lebih sempurna meski kamu belum pernah melakukannya.” Yona membungkam mulutnya seraya menggelengkan kepalanya tak percaya.

“Aku sungguh tak percaya jika kau akan sehebat ini, kukira kau akan menolak dengan film yang kukirimkan, ternyata kau memilih jalan berbeda dengan mempraktekkannya secara langsung,” Safa langsung memukul tangan Yona dengan geram kala ia tidak bisa menahan ucapannya yang frontal tersebut.

Yona kembali mendekat pada Safa, “Bagaimana bentuk tubuhnya? Kau sudah pernah melihat atau memegang miliknya?” Safa menganga tak percaya kala mendengar pertanyaan frontal sahabatnya itu.

Safa dengan geram langsung memukuli tubuh Yona yang mana obrolan mereka semakin kesini semakin rusuh dan jorok.

Yona hanya bisa tertawa namun ia juga tak bisa menutupi akan rasa penasarannya saat ini. Karena hal fantasi seperti itu terlebih tentang hal dewasa, sungguh sangat menarik bagi Yona.

Ia memiliki nafsu yang tinggi serta gairah yang besar jika menyangkut perihal dewasa. Entah Yona mengakuinya secara jujur perihal itu. Ia tidak munafik dan ia juga tidak suci.

Pikirannya setiap malam selalu berfantasi liar dengan sendirinya, ia akan sulit untuk tidur jika tidak melakukan hal itu. Sayangnya, Safa lebih beruntung karena ia bisa mendapatkan apa yang ia inginkan dengan cepat dan fantasi liarnya bisa terealisasikan dengan mudah sedangkan Yona  harus tersiksa karena pikirannya sendiri.

Safa lalu balik bertanya pada Yona, “Kau sendiri bagaimana, kau juga menulis di sana? Dengan siapa kau berimajinasi akan fantasi liarmu?” tanya Safa dengan penuh rasa ingin tahu yang tinggi.

Yona mengulum bibirnya dengan senyuman yang malu dan sedikit maju ia memberitahu Safa, “Kakak tiriku!” bisiknya lirih.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel