Pustaka
Bahasa Indonesia

Gairah Cinta Sang Penggoda (21+)

51.0K · Tamat
Black Aurora
35
Bab
1.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

(Cerita ini mengandung adegan dewasa 21+) Kiara Retania (Kia), baru saja patah hati karena lelaki yang ia cintai akan menikah--dengan tunangannya. Ya, Kiara adalah seorang selingkuhan dari Alex Guntoro, atasan Kia yang akan menikah dengan wanita pilihan orang tuanya, dan meninggalkan Kia begitu saja. Kia berusaha mengobati patah hatinya dengan pergi ke club dan memilih pria untuk tidur dengannya malam ini. Dengan memutar botol minuman keras di atas meja untuk mendapatkan teman tidur, Kia pun terkejut ketika mulut botol itu malah menunjuk ke arah seorang bartender tampan dan mempesona. Namun... benarkah lelaki itu adalah seorang bartender? Ataukah dia adalah lelaki yang akan membalaskan sakit hati Kia kepada Alex, dan bertekad untuk mendapatkan Kia--baik hati dan tubuhnya? Jika kalian mencari tokoh utama yang polos dan lugu, bukan di sini tempatnya. Karena Kia adalah gadis liar, absurd, dan paling suka bersenang-senang! IG @blackauroranovels

One-night StandCinta Pada Pandangan PertamaWanita CantikRomansaBillionaireSalah PahamDewasaPerselingkuhan

1. Bartender Misterius

"Satu... dua... tiga!"

Gadis seksi bersurai panjang itu segera memutar botol bir kosong dengan posisi rebah di atas meja bartender.

Malam ini ia ingin menghabiskan waktu untuk bercinta dengan salah satu dari tiga lelaki tampan yang mengerubunginya dengan tatapan lapar.

Si Baju Hitam, si Mata Sipit, dan si Suara Lembut.

Kia sama sekali tidak mengingat nama mereka, akibat efek alkohol yang telah hampir mengambil alih seluruh fungsi otaknya, jadi dia menamakan ketiga lelaki itu berdasarkan penilaian subyektif. Alias semaunya.

Botol bir itu pun mulai berputar, dan Kia tertawa geli saat salah seorang lelaki mengecup lehernya dengan penuh nafsu.

"Berhenti, Suara Lembut! Dilarang sentuh kecuali kamulah pemenangnya." Gadis cantik bergaun hitam ketat itu pun menjambak kasar rambut lelaki yang curang dengan mencuri start.

Kia tersenyum ke arah lelaki itu, lalu mengusap bibirnya. "Jika kamu yang menang, maka malam ini aku adalah milikmu seorang," bisiknya mesra dengan nada seduktif. "Kamu bisa melakukan apa pun yang kamu mau padaku, Sayang."

Ah, benar. Dia tidak akan rugi sama sekali.

Tiga lelaki ini sangatlah tampan, dan Kia hanya ingin bersenang-senang sepuasnya. Lupakan Alex--brengsek--Guntoro yang sudah berani meninggalkannya demi menikahi wanita pilihan orang tuanya!

'Lihat saja, Alex. Akan kukirimkan fotoku bersama lelaki yang tidur denganku, dan kita lihat apakah kau akan tetap bertahan menikah dengan jalang itu!' Batin Kia antara geram dan panas oleh amarah.

Kia pun kemudian mengalihkan tatapannya kepada botol bir yang masih bergerak di atas meja, namun pergerakannya terlihat mulai memelan.

Hingga akhirnya, botol kaca itu pun berhenti bergerak.

Kia menelengkan kepalanya, merasa bingung ketika ujung mulut botol bir itu saat ini menghadap ke arah...

...seorang lelaki berseragam bartender yang berdiri di balik meja, dan ikut membalas tatapannya.

Alis Kia yang melengkung indah sontak terangkat naik. "Wow," ucapnya sambil mendengus geli. "Well, tampaknya pemenangnya sudah ketemu."

Si Baju Hitam-lah yang paling terlihat gusar dari ketiga lelaki yang sama-sama kecewa itu. Lelaki itu menjulurkan tangannya menyeberangi meja panjang bartender untuk merenggut kerah kemeja putih Sang pramusaji minuman. Alkohol tampaknya ikut mempengaruhi pola pikirnya yang kalut karena kalah oleh seseorang yang tak berarti di matanya.

"Katakan kau tidak akan menerima tawaran Nona ini," ucap Si Baju Hitam dengan suara menggeram kepada Bartender itu.

Si Bartender hanya tersenyum malas, lalu dengan sengaja kembali menatap Kia dari ujung kepala hingga pinggangnya, karena dari pinggang ke bawah tertutup meja.

"Maaf, tapi hanya lelaki buta dan tidak normal yang bisa menolak tawaran semenggiurkan ini," ucapnya dengan seringai yang menghiasi wajahnya. "Aku terima tawaranmu, Nona."

Si Baju Hitam pun terlihat makin naik pitam mendengar perkataan Sang Bartender yang seolah mengabaikan peringatannya. Sambil mengumpat keras, lelaki itu pun sontak melayangkan tinjunya kepada Bartender.

"Aarrgghh!!" Teriakan kesakitan pun terdengar, disertai suara derak mengerikan dari tulang yang patah.

Kia pun seketika mengerjap kaget saat melihat pemandangan di depannya. Sejak kapan Bartender itu membuat sebelah sisi wajah Si Baju Hitam menempel di atas meja, dengan tangan yang dipiting kuat? Saking cepatnya, Kia bahkan tidak melihat gerakan Si Bartender!

Anehnya, tak ada satu pun pekerja club atau pun bagian keamanan yang berusaha memisahkan Bartender itu dengan Si Baju Hitam, padahal dia terlihat sangat butuh bantuan.

"Jangan menyentuhku, kecuali kamu ingin kehilangan fungsi salah satu tanganmu," guman pelan namun penuh ancaman dari Si Bartender di telinga Si Baju Hitam yang meringis menahan sakit di tangannya.

"Oke. Aku menyerah, tolong lepaskan... ini sakit sekali," mohon lelaki berbaju hitam yang kini malah berbalik berada di posisi yang terjepit.

Namun alih-alih langsung melepaskan, Si Bartender itu malah mengangkat wajahnya dan menatap ke arah Kia. "Bagaimana, Nona? Apa dia harus saya lepaskan, atau sekalian saya hancurkan tulangnya saja?"

Kia mengangkat alisnya tinggi-tinggi, lalu melipat kedua tangannya di depan dada. "Apa barusan kamu meminta pendapatku?" Tanya gadis itu memastikan.

Sikap tubuh Kia itu membuat dadanya semakin membusung, sedikit mencuat dari kerah gaunnya yang rendah, menampakkan belahan indah berbalut kulit mulus tanpa cela dengan warna seputih susu.

Seringai di wajah Bartender itu pun semakin melebar melihat pemandangan indah di depan matanya. "Ya, saya meminta pendapat Anda."

Suara serak dan dalam milik Si Bartender itu membuat sesuatu terasa menggelitik di dalam perut Kia. Mendadak tenggorokannya terasa kering, terutama ketika untuk yang kesekian kalinya ia beradu tatap dengan lelaki itu.

Gadis berambut panjang itu pun mendehem pelan untuk mengusir desir-desir aneh yang tiba-tiba terasa di jantungnya. 'Cuma efek alkohol,' guman Kia dalam hati.

"Lepaskan dia," ucap Kia tegas, setelah beberapa saat diam untuk menguasai diri.

Lelaki Bartender itu pun kemudian mengangguk pelan, dan tak lama kemudian ia benar-benar melepaskan Si Baju Hitam. Tampak kedua temannya, Si Mata Sipit dan Si Suara Lembut, membantu lelaki malang itu untuk berdiri. Tak perlu menunggu waktu lama, ketiga lelaki itu pun pergi di bawah tatapan pengunjung club yang mendapatkan tontonan gratis.

Kia menatap kepergian ketiga lelaki itu sembari berdecih pelan. Dasar pengecut, apa mereka tak ada niat untuk duel dengan bartender yang membuat teman mereka terluka? Bukannya biasanya seorang teman akan membela harga diri temannya? Entahlah. Mungkin pikirannya yang kacau saja yang beranggapan begitu.

Kia terkesiap ketika merasakan seseorang yang mendadak telah berdiri di sampingnya. Ternyata lelaki itu melompati meja bartender dengan mudahnya, dan kini menatap Kia sambil menyeringai tipis.

Gadis itu memutar kedua bola mata. "Dasar pamer," desisnya sembari mencebik, membuat Bartender itu tertawa pelan.

"Sekarang bagaimana, Nona?" Tanya lelaki itu dengan sisa tawa kecil yang masih menguar dari bibirnya. "Apa kita langsung check-in ke hotel, atau Anda mau minum-minum dulu?"

Kia menumpukan sikunya ke atas meja, lalu menaruh satu sisi wajahnya di telapak tangan. Menatap ke arah lelaki di depannya dengan sorot tertarik.

"Siapa kamu sebenarnya?" Tanya gadis itu penasaran, lalu mengulurkan tangannya satu lagi ke wajah lelaki itu. Telunjuk Kia menyusuri pelipis dan turun ke pipi Si Bartender, lalu mengelis bibir melekuk di atas dan membusur di bawah milik lelaki itu. Seksi sekali.

"Kamu terlalu tampan untuk menjadi seorang Bartender. Hm... apa kamu juga berprofesi ganda sebagai seorang gigolo?" Tanya Kia antusias. Dia belum pernah mengenal seorang gigolo sebelumnya. Dan jika benar lelaki ini gigolo, maka itu akan menjadi sebuah keberuntungan baginya. Seorang gigolo pasti bisa memuaskan hasratnya.

Lelaki itu menangkap jemari Kia yang mulai nakal bergerilya di dadanya dengan gerakan-gerakan zig-zag yang membuat darahnya berdesir. Lalu dengan tetap menatap lekat mata Kia, ia pun mengecup jemari gadis itu.

"Aku adalah milik Anda seorang, Nona. Aku akan jadi apa pun yang Anda inginkan," ucapnya, dengan sengaja mengulang perkataan yang sama yang sebelumnya diucapkan Kia kepada Si Suara Lembut.

Kia pun tertawa mendengarnya. "Tampan dan humoris. Ah, kamu sangat sempurna, Sayang." Kia pun segera turun dari kursi bar stool-nya, hingga tak pelak kini ia berdiri sangat dekat dengan lelaki itu. Aroma perpaduan musk dan kayu-kayuan yang lembut namun maskulin samar-samar terhidu olehnya. Aroma yang cukup menyenangkan, dan Kia menyukainya.

Gadis itu berjinjit untuk berbisik kepada Bartender itu karena tinggi badan mereka yang cukup jauh. "Bawa aku dari sini, bawa aku sejauh mungkin... hingga tak ada seorang pun yang bisa menemukan kita."

BERSAMBUNG