Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

1. Percintaan Panas di Kamar Hotel

“Oh! Ahh! Kamu membuatku ketagihan.”

Di bawah temaram lampu kamar hotel mewah itu, suara desahan lembut seorang wanita memenuhi ruangan, berpadu dengan ritme napas berat pria di atasnya. Selimut kusut, aroma parfum bercampur keringat, dan hembusan AC yang dingin semakin membuat suasana terasa menggila.

"Ah, ah, pelan-pelan, Juan. Milikmu itu terlalu perkasa saat menghujam milikku," desah seorang wanita cantik yang tubuhnya terbaring pasrah di bawah himpitan seorang pria berotot, dengan dada bidang dan lengan kekar yang menahan beban tubuhnya.

Juan, dengan rambut sedikit berantakan dan garis rahang tegas, menundukkan kepalanya sambil menahan senyum penuh kenakalan.

"Mana bisa aku pelankan, Sayang? Milikmu terlalu nikmat untuk aku sia-siakan." Suaranya terdengar rendah, serak, dan penuh kesombongan yang menggoda.

"Ah, Juan …." desah wanita itu lagi, tubuhnya melengkung mengikuti setiap gerakan, seolah kehilangan kendali atas diri sendiri. Setiap kali Juan bergerak, bibirnya mengerang semakin keras, merasakan gelombang sensasi yang tak mampu ia redam.

Juan semakin mempercepat tempo permainannya. Gerakannya menjadi semakin intens, semakin dalam, seakan ingin menuntaskan seluruh amarah, frustasi, dan hasrat yang tertahan.

Tubuh kekarnya bergerak maju mundur begitu cepat hingga ranjang besar itu ikut berderit mengikuti ritme mereka. Juan mendongak, kedua matanya terpejam rapat, lalu menggigit bibir bawahnya, menahan ledakan sensasi yang melonjak dari perut bawahnya.

"Arggghhhh." Juan melenguh panjang, suaranya pecah ketika tubuhnya mencapai puncak pelepasan.

Dengan napas terengah, ia langsung ambruk di atas ranjang king size itu, membiarkan tubuhnya jatuh kembali ke kasur empuk yang menelan bobotnya. Di sampingnya, wanita yang tadi menjadi partnernya ikut terbaring beberapa detik, bibirnya melengkung dalam senyum puas. Setelah menata napasnya, ia bangkit dengan gerakan menggoda dan duduk di tepi ranjang.

"Bagaimana, Juan? Apa kamu puas dengan pelayananku?" Suaranya terdengar manja, nyaris seperti bisikan, sementara tangannya menelusuri wajah Juan yang tampak letih namun tetap tampan dalam segala sudut.

"Aku sangat puas, Naomi. Kamu benar-benar luar biasa seperti yang diceritakan oleh teman-temanku," sahut Juan dengan suara serak, hampir tertidur karena tubuhnya mulai diserang kantuk berat.

"Kalau begitu, dimana bayaranku?" tanya Naomi sambil bangkit dari ranjang dan mulai memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai kamar.

"Di tasku. Ambil berapa saja yang kamu mau," desis Juan lirih, matanya sudah sepenuhnya terpejam, tenggelam dalam kantuk dan alkohol yang masih menguasai tubuhnya.

Naomi, dengan tubuh polos tanpa sehelai benang pun, melenggang menuju meja kecil di pojok kamar tempat tas hitam milik Juan diletakkan. Ketika ia membuka resletingnya, matanya langsung berbinar melihat lembaran uang merah yang menumpuk rapi.

"Aku akan ambil semuanya," gumamnya dengan senyum penuh kemenangan.

Dengan cekatan, ia memindahkan seluruh uang itu ke dalam tas branded mungilnya. Setelah memastikan tidak ada satu lembar pun yang tertinggal, barulah ia mengenakan pakaian minimnya, nyaris seperti lingerie yang hanya menutupi sebagian kecil tubuhnya.

Wanita yang telah lama berkecimpung di dunia malam itu menoleh sekilas pada Juan yang sudah tertutup selimut, tidak sadar apa pun.

"Terima kasih banyak, Juan. Aku pergi dulu. Mmuuacchh." Ia meniupkan kiss bye sebelum melangkah keluar dari kamar hotel yang masih berantakan dan penuh jejak panas dari permainan mereka.

Sebagai pria kaya raya dengan jabatan tinggi sebagai wakil presdir, Juan memang sulit sekali mendapatkan privasi. Hidupnya terus dipenuhi pandangan, tuntutan, dan ekspektasi dari banyak pihak, membuatnya merasa seolah terus dipasung.

Kondisi itu yang mendorongnya memberontak secara diam-diam—mencari pelarian, mencari kebebasan, mencari apa pun yang bisa membebaskannya meski hanya untuk beberapa jam.

Setiap malam, ia selalu berganti-ganti wanita. Itu menjadi rutinitas yang anehnya memberinya sedikit napas lega. Para wanita malam adalah pelariannya, tempat ia menumpahkan kesepian dan tekanan hidup yang tidak pernah ia tunjukkan pada siapa pun. Tidak heran ia punya julukan casanova, pria yang selalu terlibat skandal karena kebiasaannya bergonta-ganti pasangan.

Kini, kedua matanya tertutup rapat. Juan sudah kehilangan kesadaran sepenuhnya, tubuhnya terbaring membelakangi pintu, wajahnya damai seperti anak kecil yang tertidur. Alkohol di tubuhnya bekerja sangat kuat, menghapus sebagian besar ingatan tentang apa yang baru saja terjadi.

Yang tersisa hanya gambaran kabur tubuh Naomi yang meliuk, dan aroma parfumnya yang menyengat, sensual, dan membekas kuat di pikirannya.

"Oh, Naomi." Juan meracau tanpa sadar, suaranya hampir tak terdengar.

*

Di tempat lain, suasana kontras sepenuhnya.

"Halo. Assalamualaikum, Rosa. Kamu ada dimana sekarang?"

Seorang gadis dengan pakaian syari panjang, hijab lebar, dan cadar rapi berjalan terburu-buru menuju mobil yang terparkir di area kampus. Di tangan kanannya, ponsel menempel di telinga. Nafasnya tampak sedikit terburu, mungkin karena habis berlari kecil.

"Halo, Kak Jasmine. Aku … aku lagi ada di… mmpphh."

Tiba-tiba terdengar suara asing seperti erangan dari seberang telepon. Jasmine langsung berhenti melangkah. Tubuhnya menegang.

Alisnya berkerut tajam. Suaranya berubah panik.

“Rosa, apa yang terjadi sama kamu?”

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel