Bab 7. Gigolo
Amy Kwan, menurunkan gelas anggur dan menggunakan tangannya, mengusir pria muda yang menjadi teman kencannya malam ini.
Jackpot! Ya, ia mendapatkan jackpot. Calon ibu pengganti untuk keluarga sang taipan.
"Datanglah ke alamat yang tertera di kartu nama!" ujar Amy dan memutuskan panggilan.
Amy melompat turun dari ranjang dan merapikan tali tipis lingerie yang melorot.
Gigolo tadi, yang kejantanannya sudah begitu tegang segera memeluk Amy dari belakang. Amy janda berusia setengah abad, tapi memiliki penampilan layaknya wanita usia 30-an. Kulit mulus, putih dan kencang, sama sekali tidak mencerminkan usianya. Payudara montok dengan puting coklat kemerahan, mengintip dari balik kain lingerie yang tipis. Puting yang sudah menegang tercetak jelas.
Kedua tangan pemuda itu mengatup masing-masing payudara montok itu, meremas dan mempermainkan puting. Tidak lupa ia menggoyangkan pinggul maju mundur, untuk menggesekkan kejantanannya di belahan bokong Amy.
"Hentikan! Aku ada urusan!" seru Amy.
Namun, bukannya melepaskan pelukan. Pemuda itu memindahkan satu tangan ke balik celana dalam G-String yang dikenakan Amy.
Jari jemari menyusup ke lipatan vagina wanita itu dan mulai mengocok.
Suara cipratan terdengar jelas. Tadi, Mereka sudah melakukan foreplay dengan bibirnya , di kewanitaan tanpa bulu itu.
"Aahhh... Uurghhh.... Aahhh. Ya..., ya, humphh...."
Desahan dan erangan terlontar dari bibir sensual Amy Kwan, bibir yang di filler agar terlihat seksi.
Pemuda itu semakin kencang memainkan jari jemarinya. Kewanitaan yang begitu hangat dan licin, membuat jari jemarinya begitu leluasa.
Satu tangan yang lain meninggalkan payudara dan menyingkap rok lingerie yang tipis. Lalu, dengan jari telunjuk, pemuda itu menggeser tali celana dalam yang berada tepat dibelahan bokong.
Tanpa aba-aba, pemuda yang sudah begitu terangsang, langsung menghujamkan kejantanannya yang besar dan panjang ke lubang lain yang ada di sana.
Ya, Amy senang percintaan yang kasar dan jauh dari kata normal. Hal itu sudah menjadi rahasia umum. Amy menyukaimu pria muda dan cepat merasa bosan. Jadi, ia selalu gonta ganti pria muda untuk melayaninya.
Tubuh Amy tersentak keras maju mundur, beriringan dengan hentakan pinggul pemuda itu.
Jari jemari pemuda itu, disusupkan semakin dalam ke kewanitaan Amy dan membuatnya berteriak nikmat. Ya, dua kenikmatan menghampiri secara bersamaan. Permainan jari jemari dan kejantanan yang memenuhi bagian belakang.
Amy Kwan yang bercumbu liar, melupakan janjinya dengan Lyra.
Di sudut kota yang lain.
Lyra kembali menumpang taksi ke alamat yang tertera di kartu nama. Gedung itu berada di pusat kota, selain sebagai kantor, Amy Kwan juga tinggal di sana, tentu di lantai yang berbeda.
"Bisakah lebih cepat?" pinta Lyra.
Si supir mengangguk dan memijak pedal gas lebih dalam.
20 menit kemudian, Lyra berdiri depan gedung yang megah.
Ia basah kuyup, karena hujan lebat dan tidak memiliki payung.
Berlari ke dalam gedung, Lyra berhadapan dengan staf keamanan.
"Kami sudah tutup, Nona."
"Ehm, saya ada janji dengan Nyonya Amy Kwan," jelas Lyra.
Salah seorang staf keamanan mencoba menghubungi ke lantai atas, di mana Nyonya mereka tinggal.
"Apakah Nona sudah membuat janji?"
"Sudah!" jawab Lyra.
"Tapi, Nyonya tidak menjawab panggilan dan kami tidak bisa mengizinkan Nona masuk tanpa izin," jelas staf keamanan.
Lyra yang basah kuyup mengeluarkan kartu nama yang diberikan Amy.
"I-Ini, Nyonya Amy memberikan ini padaku," ujar Lyra dan menyodorkan kartu nama yang basah dan lecek.
"Kami semua juga punya kartu nama itu!" tegas staf keamanan yang mulai kesal. Apalagi, Lyra membuat lantai granit yang begitu bersih dan mengkilap, menjadi basah.
"T-Tapi... "
"Keluar! Atau kami usir!" ancam staf keamanan pada Lyra.
Lyra panik dan tidak tahu harus berbuat apa.
"Tapi, aku–"
"KELUAR!" seru staf keamanan, marah.
"B-Baik! Aku akan menunggu di luar. J-Jika bertemu Nyonya Amy, tolong sampaikan Lyra mencarinya," ujar Lyra dan segera berbalik, keluar dari gedung itu.
Berdiri di sudut bangunan bagian luar, yang beratap, Lyra berteduh sambil memeluk tubuhnya sendiri. Hujan begitu lebat dan angin kencang, membuat tubuh kurusnya, menggigil.
Kembali kepada Amy Kwan.
Kali ini, si pemuda tidur dengan Amy yang bergoyang di atas tubuh berotot itu.
Goyangan pinggul maju mundur kencang, sesekali berputar, mencoba memuaskan dirinya sendiri. Ya, kali ini kejantanan itu menyatu pada lubang yang tepat.
Ini adalah permainan kedua, tadi mereka sudah mencapai orgasme.
"Argghhh, lebih kencang. Ya, ya seperti itu. Bagus.... Humphhh, amat seksi," gumam pemuda itu yang menatap ke arah payudara yang melompat-lompat naik turun. Tidak tahan, pemuda itu menaikkan kedua tangan dan meremas payudara besar itu. Begitu kenyal, lembut dan menggoda.
Masih bersenggama, pemuda itu menaikkan tubuh bagian atas dan mulutnya langsung melahap salah satu payudara itu.
Mulutnya tersumpal penuh, tanda payudara itu begitu besar.
Menyesap, mengulum dan sesekali menggigit puting yang menegang, semakin membakar gairah mereka berdua.
Inilah alasan Amy, menyukai pria berusia 20-an. Sebab pria seumuran itu memiliki fisik kuat dan hasrat besar. Apalagi kejantanan mereka yang mampu memuaskan hasrat liarnya.
Kedua tangan pemuda itu, mencengkeram bokong Amy dan membantu goyangan agar lebih cepat. Kali ini, ia lebih sulit mencapai klimaks. Sebab lubang kewanitaan Amy, tidak sekencang dengan lubang satu lagi.
Namun, payudara dan bokong itu mampu membantunya mencapai klimaks.
"Arghhh! Arghhh!" pekik pemuda itu yang menumpahkan semua sperma ke dalam tubuh Amy.
Amy juga mencapai klimaks yang membuat seluruh tubuh bergetar nikmat dan ia berteriak.
Melepaskan penyatuan, pemuda itu langsung turun dari ranjang. Sedangkan Amy, tidur telentang dengan kedua kaki terbuka lebar dan sperma berceceran di mana-mana.
"Aku pergi. Masih ada klien yang harus aku layani," ujar pemuda itu yang adalah seorang gigolo.
Amy mengangguk dan masih memejamkan mata. Mengatur napas dan merasakan sisa kenikmatan dari percintaan tadi. Kedua tangan diletakkan pada payudaranya sendiri, meremas lembut.
Gigolo tadi mengambil cek yang sudah diletakkan di atas meja.
"Terima kasih. Ini nominal yang fantastis. Kamu tahu aku butuh uang," ujar gigolo itu dan segera menyimpan cek itu.
Butuh uang? Semua orang butuh uang! Bahkan gadis dengan hati nurani kuat, juga akan melakukan apa saja demi uang.
Seketika Amy membuka mata lebar. Ia baru teringat akan janjinya dengan gadis perawan itu. SIAL! Bagaimana ia bisa lupa dengan gadis yang akan membuatnya semakin kaya.
Melompat turun dari ranjang, Amy pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan berganti pakaian.
Kemudian, berjalan ke arah telepon dan menghubungi staf keamanan di lantai bawah.
[Selamat malam, Nyonya.]
"Apakah ada seorang gadis yang mencariku?" tanya Amy langsung.
...
[Ehm..., tadi ehmm, tadi ada tapi–]
"TEMUKAN DIA! Dan bawa ke hadapanku!" seru Amy, kesal. Ia tidak boleh kehilangan kesempatan emas ini. Ya, tidak boleh.
