Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 2

HAPPY READING

Damian menepuk bahu driver itu, ia menatap pria itu masuk ke dalam mobil, mobil bergerak meninggalkan area basement. Damian melihat mobil sudah menghilang dari pandangannya. Ia melirik jam melingkar di tangannya menunjukkan pukul 20.30 menit. Damian melangkah menuju mobilnya, ia mendengar suara ponselnya bergetar. Di layar itu tertera nama “Arya Calling” Damian menggeser tombol hijau pada layar, ia letakan ponsel di telinga.

“Iya halo, Arya,” ucap Damian masuk ke dalam mobilnya.

“Lo di mana?”

“Di Fable.”

“Fable? Ngapain?”

“Gue lagi ngurusin sekretaris gue namanya Moira. Tadi dia nggak sengaja nelfon gue. Terus dia ngasih tau ke gue kalau dia lagi di fable, nangis-nangis. Gue khawatir, jadinya ke sini samper dia.”

“Terus?”

“Gue datang dia lagi mabuk berat, katanya tadi calon suaminya ninggalin dia balik ke mantannya. Terus dia ditinggal gitu aja, padahal pernikahan yang awalnya akan di langsungkan Minggu ini jadi batal gitu aja. Dia sedang patah hati berat.”

“It can't be fixed at all," ucap Damian.

“Gue sebenernya kasihan padanya, padahal di kantor dia dengan semangat kalau dia akan menikah dengan Leon Sebastian pemilik salah satu ecommerce ke semua orang. So, apa yang terjadi, si pria malah meninggalkannya!”

“Poor her,” ucap Arya.

“Btw, lo ngubungin gue kenapa?” Tanya Damian penasaran, sejujurnya ia sudah lama tidak bertemu dengan Arya, terakhir mereka bertemu di Yogyakarta tahun lalu di istananya.

“Mau ketemu aja sih, ngopi bareng.”

“Yaudah kebetulan gue lagu luar. Mau ketemu di Aroma Senayan?”

“Boleh, ini gue baru balik dari operasi. Tiba-tiba pengen ngobrol sama lo aja. Lagi pusing juga sih urusan keluarga, pengen tenang.”

“Okay. Langsung ke temu di sana ya.”

“Iya.”

“Tapi lo ijin dulu sama istri lo, takutnya nungguin.”

Leon lalu tertawa, “Iya, gue pasti ijinlah.”

***

Banyak orang yang beranggapan kalau menjadi dewasa itu otomatis ketika umur kita beranjak naik. Menurutnya, umur tidak berperan penting dalam kedewasaan seseorang. Kalau boleh di ralat menjadi tua itu gampang. Tapi menjadi dewasa itu sulit setengah mati.

Rasanya menjadi dewasa itu menakutkan dan sangat melelahkan. Karena Arya tahu kalau tidak semua masalah dapat di selesaikan. Tidak semua orang baru yang ditemui akan menjadi teman baik. Tidak semua orang baik ia temui akan bersama selamanya.

Akan ada di mana pertemuan, perpisahan, pengkhianatan, kehilangan, kekecewaan dan semua hal-hal kurang baik akan menghampiri. Sebagai orang dewasa harus tetap kuat untuk melalui hal berat dan tanggung jawab. Belum lagi usaha melawan diri sendiri dan melawan isi kepala sendiri. Banyak orang di luar sana memutuskan untuk menyerah dalam perjalanan orang dewasa.

Membayangkan melewati hal pahit sampai memiliki keberanian untuk mengakhiri hidupnya, karena merasa kalau ia pergi dari dunia maka semua rasa sakit akan berhenti. Karena terkadang semua lelah dalam perjalanan menjadi dewasa tidak bisa dipulihkan dengan beristirahat.

Realita kehidupan, adiknya Jelita sudah menikah sekarang dirinya di desak menikah oleh kedua orang tuanya. Pertanyaan kapan menyesul Jelita? Itu salah satu pertanyaan paling mematikan. Umurnya hampir berkepala empat, sering sekali ditanya kapan menikah. Bahkan sudah di ultimaltum bahwa ia akan menikah dengan salah satu sepupunya yang bernama Larasati, dia baru lulus sarjana, usianya baru 23 tahun lulusan Sastra Indonesia di Universitas Gajah Mada .

Mereka sudah bertemu beberapa hari yang lalu, namun ia sama sekali tidak tertarik dengan wanita muda itu. Secara obrolan ia tidak terlalu menyukainya dia terlalu konservatif, ia lebih menyukai wanita yang menikmati kehidupan kehidupan seks yang panas, dan memberikan keluarga yang selalu bicaran tentang keinginan. Ia perlu wanita yang memiliki pola pikir yang berbeda dari yang dimiliki sekelompok aristokratnya, meskipun dia bakalan tidak cocok dengan keluarganya. Namun ia yakin kalau itu akan memberi warna baru dalam hidupnya.

Arya memanuver mobilnya sambil memperhatikan jarak mobil dan motor di hadapannya, berhubung dengan ia menggunakan mobil SUV dengan body yang cukup besar, hingga ia lebih berhati-hati dalam berkendara. Arya membelokan mobilnya ke kiri, ia melihat layar ponselnya bahwa Damian sudah tiba di Aroma.

Arya memarkir mobilnya di pelataran, ia keluar dari mobil. Ia melangkah menuju lobby Aroma. Ia sudah lama tidak ngobrol dengan Damian. Kabarnya dia sudah memiliki anak, anaknya sangat menggemaskan ketika pria itu mengirimnya foto kebersamaan keluarga kecilnya secara pribadi di whatsappnya, sampai saat ini memang Damian tidak mengunggah foto anaknya di media social, karena demi privasi dan keselamatan si anak.

Arya melihat Damian tengah duduk di salah satu table kosong, kebetulan suasana Aroma sedang lengang, hanya beberapa table yang terisi oleh beberapa muda mudi yang baru pulang kerja. Arya tersenyum kepada Damian ketika menyadari kehadirannya. Sekarang Damian terlihat jauh lebih positif vibes, auranya terpancar kebahagiaan setelah menikah. Padahal dulunya dia terkenal dengan dark vibes.

“Hai, apa kabar?” Tanya Damian kepada Arya yang berada di hadapannya, ia lalu memeluk tubuh Arya.

“Baik. Lo gimana kabarnya?” Tanya Arya kepada Damian.

“Yah, gini-gini aja,” ucap Arya, ia lalu duduk di hadapan Damian, ia sudah lama sekali tidak bertatap muka dengan Damian terakhir tahun lalu mereka bertemu saat pernikahannya di Singapura.

“Gue udah pesenin kopi buat lo.”

“Thank’s.”

Tidak lama kemudian, barista datang membawa dua cangkir kopi untuk mereka. Arya memilih duduk di kursi ia melipat tangannya di dada, sedangkan Damian mengambil cangkir itu dan menyesapnya secara perlahan.

“Tumben banget lo mau ketemu gue?” Tanya Damian.

“Yah, pengen ngobrol aja,” ucap Arya, ia kembali menyesap kopinya.

“Ngobrol apa? Cerita aja gue,” ucap Damian.

Arya menatap Damian cukup serius, ia lalu tersenyum kepada sahabatnya itu.

“Gue dijodohkan dengan wanita bernama Larasati.”

Damian mengerutkan dahi, “Siapa Larasati?”

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel