Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 1

HAPPY READING

***

Moira mengangkat gelas bertangkai tinggi, lalu kemudian ia meminumnya beberapa teguk. Air matanya kini jatuh tidak tertahankan. Ini merupakan patah terhebat yang pernah ia rasakan seumur hidupnya. Sudah dua hari ini ia menelan bergelas-gelas Apple Martin, ia berharap bahwa minuman ini mampu menghilangkan ingatannya dan semua masalah yang ia hadapi lenyap.

Namun yang terjadi ia dalam keadaan mabuk berat dan berakhir di ranjang. Ia tahu kalau asistennya Leon masih tetap mengawasinya. Walau sudah meneguk apple martin banyak ia mengalami hangeover, lalu masalah hidup tidak menghilang sama sekali, malah semakin bertambah.

Satu persatu masalah bertambah, di mana sekretaris Leon mengatakan kalau Leon sudah berada di Amsterdam menjemput mantan kekasihnya. Sedangkan dirinya di sini segala persiapan sudah sempurna berkahir gagal.

Moira menatap layar persegi, ia melihat foto lamaran ia dan Leon. Di sana mereka sama-sama tersenyum memamerkan cincin di hadapan kamera. Ia kembali terisak, ketika ia teringat Leon mengatakan, “Mantan saya hamil, dan saya harus bertanggung jawab atas kehamilannya.” Lalu pria itu pergi meninggalkannya begitu saja. Ia semakin terisak melihat bartender kembali menyajikan apple martin kedua. Bartender itu melihatnya, sepertinya sedang tahu apa yang ia rasakan. Hatinya kembali sesak mengingat pernikahannya yang gagal.

“Moira!”

Moira menoleh ke belakang, ia memandang Damian di sana, dia tidak sendiri melainkan bersama drivernya pak Joko. Pak Joko driver yang sering mengantar pak Damian ke manapun dia pergi, Pak Joko merupakan karyawan terlama yang pernah kerja dengan pak Damian, dia sangat loyal dan setia.

Moira tidak tahu kenapa pak Damian berada di sini. Ia menatap iris mata tajam pak Damian, ia lalu menangis sesugukan, hingga ia tidak tahu bagaimana menjelaskan bagaimana suasana hatinya. Hatinya sangat hancur, ia semakin terisak ketika Damian menyentuh punggungnya, ia menangis semakin jadi.

“Kamu kenapa?” Tanya Damian, ia menatap wajah sedih Moira, air mata wanita itu jatuh di pipinya, matanya sembab dan tangisnya semakin jadi.

Damian sebenarnya tidak tahu apa yang telah terjadi pada Moira, ia tahu kalau Moira sedang mabuk berat. Ia memandang Moira menelungkupkan kepalanya di meja, ia mendengar lagi isak tangis Moira semakin jadi.

Damian memilih duduk di kursi tepatnya di samping Moira, ia melihat beberpa gelas apple martin sudah diteguk oleh Moira. Damian memesan beer kepada bartender satu, ia menatap Moira yang masih terisak.

“Sudah lama dia di sini?” Tanya Damian kepada bartender itu.

“Tidak terlalu lama, setengah jam yang lalu,” ucapnya.

Damian melihat bartender menyajikan beer pesanannya, ia kembali memandang Moira yang masih menangis,

“Cerita ke saya, ada apa sebenarnya?” Tanya Damian iba.

Moira mengangkat kepalanya, ia memandang Damian, “Pak Damian kenapa ada di sini?” Isak Moira, ia mengusap air mata dengan punggung tangannya.

“Kamu tadi yang hubungi saya sambil nangis-nangis, kamu bilang kamu ada Fable. Istri saya suruh samper kamu, takutnya kamu terjadi apa-apa. Jelaskan apa yang terjadi?” Tanya Damian, ia memandang iba kepada Moira, ia teringat bahwa Moira salah satu karyawannya yang paling cekatan, apapun yang ia perintahkan selalu berjalan dengan baik, termasuk mengurusin pernikahannya dengan Sorca yang tidak direstui.

Harusnya bulan ini menjadi hari bahagia Moira, karena Minggu depan Moira dan kekasihnya akan melangsungkan pesta pernikahan. Mendekati hari H, justru wanita itu menangis tersedu-seperti ini. Ia tidak tahu permasalahan apa yang telah terjadi pada Moira, wanita itu meneguk apple martin nya lagi.

“Cerita ke saya ada apa?” Tanya Leon penasaran.

Moira mengusap tangisnya dengan tangan, ia menahan isak tangisnya, “Leon membatalkan pernikahan, kita tidak jadi menikah,” isak Moira.

“Saya batal menikah.”

“Dia meninggalkan saya layaknya sampah tidak berguna demi mantan kekasihnya!”

“Apa yang dilakukan Leon itu membuat saya sakit!”

“Apa salah saya!”

“Saya tidak mau pernikahan saya batal, karena Minggu depan acara sudah di mulai! Bagaimana mungkin dibatalkan sementara undangan sudah di sebar,” isak Moira tersedu-sedu.

Moira kembali meraih gelasnya dan meneguk isinya hingga habis tidak tersisa. Moira lalu tertawa samar-samar terdengar lebih keras dari pada suara music.

“Oh God, dia malah tertawa,” desis Damian, ia tahu kalau Moira sedang mabuk berat.

Beberapa detik kemudian tubuh Moira ambruk di meja, Damian menepuk bahu Moira namun Moira tidak sadarkan diri. Moira sudah tertidur, ia memandang pria yang tidak jauh dari Moira, ia tahu kalau pria itu yang mengawasi Moira sedari tadi.

“Kamu yang jagain Moira?” Tanya Damian kepada pria itu.

Pria itu mengangguk, “Iya, pak. Saya ditugaskan untuk menjaga ibu Moira.”

“Panggil security, minta kursi roda buat bawa Moira ke mobil.”

“Baik pak,” ucapnya, lalu meninggalkan kursinya mencari security.

Beberapa menit kemudian security datang membawa kursi roda, Damian membopong tubuh Moira ke kursi, lalu di dorong oleh pria itu. Mereka masuk ke dalam lift menuju basement. Damian mengikuti langkah itu hingga ke mobil, setelahnya membawa tubuh Moira masuk ke dalam mobil.

“Kamu hati-hati di jalan,” ucap Damian kepada driver itu.

“Baik pak.”

“Kamu langsung bawa pulang ke apartemen?”

“Iya, pak. Nanti ada sekretaris pak Leon nunggu di lobby apartemen ibu Moira. Tadi pak Leon telfon saya, untuk jagain ibu.”

Damian mengangguk paham, ia tahu kalau calon suami Moira masih tetap mengawasi Moira, itu artinya dia masih peduli dengan Moira. Ia tidak tahu pasti ada alasan kenapa Leon pergi meninggalkannya.

“Kunci apartemen ibu Moira ada?” Tanya Damian.

“Ada pak, kemarin pak Leon titip ke sekretaris pak Leon.”

“Pak Leon nya di mana?”

“Sedang flight ke Amsterdam.”

“Okay. Aman ya berarti ibu Moira sampai rumah.”

“Iya, pak aman. Saya selalu memberi laporan keadaan ibu Moira kepada pak Leon. Kemana pun ibu Moira pergi tetap di awasi, tapi tidak bisa saya cegah apa yang dilakukan ibu Moira.”

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel