Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3 Hari Pertama Sopir Pribadi

Arya pun buru-buru segera berjingkat masuk ke kamarnya karena tak ingin ketahuan oleh mbak Tini apalagi oleh pak Dirman yang berbadan kekar itu. Jantungnya masih berdegup kencang karena baru kali ini ia menyaksikan langsung orang yang bersetubuh. Selama ini Arya cuma melihat di HPnya lewat situs-situs dewasa yang sempat ia buka juga lewat cerita-cerita dewasa. Gaya pacarannya pun dengan mantan pacarnya dulu yaitu Sita di desanya itu cuma pernah saling pegang tangan dan belum pernah lebih dari itu. Karena di desa mereka sangat memegang erat adat ketimuran dan juga agama yang melarang melakukan persetubuhan bagi yang belum sah sebagai sepasang suami istri.

Saat Arya sedang menutup pintu kamarnya nampak olehnya mbak Tini sedang lewat di depan pintu kamarnya Arya, mengendap-ngendap keluar dari kamar pak Dirman, dilihatnya si mbak Tini itu sudah memakai kaso ketatnya lagi. Hanya saja masih terlihat keringat di sekujur tubuh montok mbak Tini itu. Sekilas Arya melihat cara berjalan mbak Tini yang agak mengengkang mungkin karena efek gempuran dahsyat dari tubuh besar dan rudal raksaksa milik pak Dirman tadi.

“Hemmm...ternyata mereka punya affair ya? Atau mereka suami istri? Tapi koq kamar mereka berbeda sih?” berbagai pertanyaan bergelayut di benak Arya malam itu.

Karena sudah mulai mengantuk lagi, akhirnya Arya kembali terlelap di tidurnya. Pagi harinya pukul 6 pagi kamar Arya ada mengetuk.

“Tok...tok...tok...mas Arya sudah bangun kah?” nampaknya itu suara mbak Tini lagi.

Arya pun terbangun dan melangkah ke pintu kamarnya.

“Ceklekkkk...iya mbak Tini, ada apakah?” ucap Arya sambil menguap namun tiba-tiba Arya terbelalak karena mbak Tini tidak memakai baju melainkan tubuh montoknya itu hanya ditutupi oleh handuk saja. Terlihat tubuh montok dan rambut basahnya yang sangat menggoda kelelakiannya Arya. Arya menelan salivanya sejenak menatap tubuh mbak Tini itu. Mbak Tini memang sengaja mendatangi kamar Arya dengan kondisi sehabis dari kamar mandi untuk menggoda Arya.

“Anu....saya cuma mengingatkan agar mas Arya jangan sampe terlambat mengantar bu Sonya!” dengan wajah tersenyum cantik dan menggoda.

“Owh...yayaya...terima kasih ya mbak atas peringatannya,” ucap Arya sambil melotot melihat lekuk tubuh mbak Tini yang montok paha mulus dan pundaknya terlihat nampak sehabis mandi karena tercium aroma wangi di penciuman Arya serta rambut basahnya itu.

“Oiya mbak Tini, pak Dirman sudah bangun juga kah?” tanya Arya untuk memancing info dari mbak Tini tentang pak Dirman itu.

“Owh, pak Dirman tadi subuh sudah ijin pulang kampung mas!”

“Pulang kampung? Kenapa mbak?” tanya Arya lagi makin kepo.

“Kan tiap bulan pak Dirman selalu ijin untuk menengok anak dan istrinya sekalian membawakan honor kerjanya untuk keluarganya mas!’ jelas mbak Tini.

Deggg.....

Jantung Arya berdegup kencang lagi karena kaget mendengar penuturan mbak Tini itu. Arya langsung bertanya dalam hati apakah mbak Tini ini istri kedua alias istri simpanan pak Dirman itu? Ataukah memang cuma jadi selingkuhan?

“Mas Arya koq bengong sih? Hayooo...mikir jorok ya?” tanya mbak Tini sambil tertawa kecil.

“Ehmm...gak koq mbak saya cuma tiba-tiba inget ortu saya di kampung, karena tadi mbak bilang tentang kata ‘pulang kampung’, saya jadinya rindu dengan ortu deh!” ucap Arya mengelak dan menutupi pertanyaan dalam hatinya tadi.

“Owwhhh...kirain mikir apa gituh, hehehe! Kalo gittu aku ke kamar dulu ya mas Arya!” ujar mbak Tini sambil mengedipkan satu matanya ke arah Arya.

“Wah perempuan ini agresif banget yah?” ujar Arya dalam hati. Pantes saja semalam bisa mengatur permainan ranjang dengan pak Dirman begitu lihainya.

Setelah mandi dan sarapan pagi sekitar pukul 8 pagi Arya telah siap menantikan bu Sonya menuju mobil hitam metaliknya itu. Dan benar saja pukul 8 tepat terlihat bu Sonya berjalan ke arah mobil yang didalamnya sudah ada Ara di depan setir mobil.

“Yuk langsung jalan aja!” ucap Sonya sambil menatap HPnya tanpa memandang ke arah Arya.

“Kita kemana bu?” tanya Arya sambil melihat ke arah bu Sonya itu yang masih sibuk dengan Hp nya.

“Kamu gak pernah liat HP ya?” ujar bu Sonya dengan nada tinggi.

Seketika Arya mengambil HP di saku celananya dan benar saja ternyata sejak pukul 7 tadi bu Sonya sudah kirim lokasi kantornya.

“Coba cek HP mu, kan saya sudah kirim lokasi kantorku ke HP mu tadi!” ucap bu Sonya dengan wajah gusar.

“Owh iya, maaf bu! Siap Bu kita segera meluncur!”

“Jangan banyak cingcong ayo jalan!” timpal bu Sonya dengan nada kasar.

Tanpa berkata-kata lagi Arya pun menjalankan mobil hitam itu menuju lokasi yang dimaksud. Setelah kurang lebih 30 menit akhirnya sampelah mereka di kantor bu Sonya. Terlihat gedung berlantai lima bertuliskan Sonya Fast yang nampaknya mewakili nama pemilik perusahaan itu. Sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang pengiriman barang. Kantor ini cukup besar dan merupakan kantor pusat khusus untuk manajemen saja. Sedangkan unit pengirimannya sudah tersebar di beberapa wilayah di Jabodetabek dan kesemuanya itu milik Sonya seorang diri. Ini membuktikan bahwa Sonya memang pebisnis yang handal sehingga berhasil membangun perusahaannya dengan unit atau kantor cabanag yang banyak serta memiliki banyak pegawai yang semuanya sangat tunduk dan patuh pada perintah dan arahannya.

“Tolong bawain laptop saya ya, ikuti saya aja!” kata Sonya sambil berjalan ke arah lift kantornya.

Baik bu!”ucap Arya sambil mengambil tas laptop bu Sonya yang tergeletak di bagian jok belakang.

Seorang satpam langsung menunduk menghormat ke arah Sonya saat sang bos datang menghampiri pintu depan kantor.

“Selamat pagi bu Sonya!” ucap pak Satpam sambil merunduk

“Pagi!” ucap Sonya tanpa senyum sambil melangkah cepat ke dalam kantor.

“Kita naik lift ke lantai 5!” ucap Sonya ke Arya. Arya pun hanya terus mengikuti kemana sang majikan melangkah.

“Tinggg....!” tibalah mereka berdua di lantai lima yaitu lantai paling atas di kantor itu yang merupakan ruangan pribadi Sonya dan di depannya ada ruang besar semacam ruang rapat.

Saat memasuki ruang kerjanya tiba-tiba Sonya disambut sang sekretaris yang cantik dan seksi blasteran Indonesia-Belanda.

“Good morning, mam Sonya!” ucap Cindy sambil tersenyum dan terlihat sangat cantik dengan hidung mancung dan rambut berwarna coklat pirangnya. Cindy memakai pakaian kemeja ketat dan rok pendek yang memperlihatkan kaki puith mulusnya yang berjenjang. Serta memakai sepatu berHak cukup tinggi. Mirip dengan penampilan Bu Sonya bedanya bu Sonya berwajah mirip artis india Kareena Kapoor sedangkan Cindy lebih terlihat Eropa karena memang ia keturunan Belanda dari sang Ayah. Sedangkan ibunya asli asal Bandung Jawa Barat.

“Morning, Cindy!” balas Sonya sambil mengarah ke meja kerjanya.

Arya sejenak tertegun melihat gedung kantor itu mulai dari lantai satu hingga lantai lima ini yang terlihat sangat mewah ditambah lagi kini ia melihat penampilan sang sekretaris yang terliat layaknya seorang model cantik.

“Who is he, mam? Tanya Cindy sambil menatap Arya dari bawah hingga ke wajah Arya seolah ingin menelanjangi Arya.

“He is a new my private driver! His name Arya!”

“Owh hello Arya, glad to meet you!” ujar Cindy sambil menjulurkan tangan kanannya untuk berjabat tangan.

Arya pun menyambut jabatan tangan Cindy itu, “Arya!”

“Cindy van Eiken! But you can call me just Cindy!” ucap Cindy sambil tersenyum sumringah menatap wajah ganteng Arya.

“Cindy, come here, I want to know from you about the problem from branch 4 and branch 7!” ucap Sonya dari meja kerja memanggil Cindy untuk membicarakan kantor unit cabang ke-4 dan ke-7 yang kabarnya sedang bermasalah.

Seketika Cindy melangkah ke arah meja kerja Sonya dan ia sempat menatap kembali Arya yang amsih berdiri mematung di depan pintu ruang kerja Sonya.

Sonya baru menyadari kalo Arya masih mematung di tempatnya, sehingga Sonya kembali berdiri dari meja kerjanya dan melangkah ke arah Arya berdiri.

“Kamu boleh pulang dulu atau jalan-jalan kemana aja yang kamu mau, karena hari ini saya gak akan kemana-mana selain berkantor disini. Ini saya kasih untuk kamu jajan!” ucap Sonya sambil menyerahkan sepuluh lembar ratusan ribu ke Arya.

Arya bengong disodorin duit segitu banyak hanya untuk ia jalan pagi itu.

“Wah banyak sekali bu?” Arya masih bingung menerima uang itu.

“Kamu gak mau?” bentak Sonya melotot yang nampak tersinggung dengan sikap bingung Arya itu.

“owh baik terima kasih bu!” ujar Arya sambil tanganya menerima uang 1 juta rupiah itu dari tangan Sonya.

Setelah Arya beranjak pergi dari lantai lima itu, Cindy berkata, “Arya itu lebih cocok jadi artis mam!”

“Hemmm...ya saya juga berpikiran sama. Tapi itu pilihan hidupnya!” timpal Sonya sambil kembali duduk di meja kerjanya.

“Hemmm...semoga aja dia kuat kerja sama mam Sonya, hihihi!” Cindy tau banget karena sopir pribadi sebelumnya tak ada yang tahan lama kerja dengan Sonya. Sonya pun cuma mendelik ke arah Cindy, namun karena Cindy ini andalan di perusahaannya maka Sonya tak menggubris ucapan sindiran Cindy itu.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel