

Bab 1
Hari ini hujan deras mengguyur kampung halamanku, meskipun seharusnya bulan ini belum memasuki musim hujan. Badanku sudah basah kuyup di atas motor yang sedang dikendarai oleh Papa. Angin dingin menembus kulitku, membuat tubuhku menggigil.
"Pah, masih jauh nggak? Aku udah basah kuyup nih, badan aku juga menggigil," tanyaku sambil menggeliat sedikit untuk mengurangi rasa dingin.
"Sabar, bro! Sebentar lagi kita sampai," balas Papa sambil terkekeh kecil. "Tau hujan begini, tadi Papa mending bawa mobil aja buat jemput kamu," lanjutnya, terdengar sedikit kesal dengan dirinya sendiri. Papa lalu menambah kecepatan motor, mencoba mempercepat perjalanan kami.
Aku dan Papa memang memiliki hubungan yang unik. Lebih seperti kakak beradik daripada ayah dan anak. Kami sering bermain game bersama, bercanda meniru gaya petinju, bahkan karaoke bareng di rumah. Ada kalanya Papa menemani aku tidur jika aku merasa kesepian. Dulu, sikapnya itu sering kuanggap kekanak-kanakan, tapi setelah merantau jauh, aku sadar bahwa Papa adalah sosok ayah yang hebat. Kehadirannya selalu membuat suasana menjadi lebih ceria.
Hujan mulai reda ketika kami tiba di halaman rumah. Udara segar khas pedesaan langsung menyambut kami, jauh berbeda dari hiruk-pikuk kota. Suara burung peliharaan Papa menambah kedamaian suasana. Rumah kami terletak di kawasan yang masih jarang penduduk. Jarak antara satu rumah dengan rumah lainnya cukup renggang.
Lalu aku masuk dan disambut oleh seorang wanita cantik yaitu mamahku, sebagai gambaran mamahku tinggi badannya 160cm dengan payudara yang cukup besar mungkin D-cup, kulitnya kuning langsat, untuk wanita seusianya mamah bisa dibilang masih sangat menarik ditambah dengan wajahnya yang cantik natural dan rambut yang panjang lurus.
"Ya ampun, Papa... Kan Mama sudah bilang jemput Dika pakai mobil aja. Lihat tuh, kalian basah kuyup semua," ujarnya sambil menggeleng pelan.
"Iya, maaf," sahut Papa.
"Dika, cepat mandi dulu, ya. Mama buatin teh hangat, sekalian kita makan malam. Barang-barangmu biar Mama yang bereskan," kata Mama lembut.
"Baik, Ma," jawabku singkat sambil berjalan menuju kamar mandi.
Setelah mandi dan berganti pakaian, aku langsung menuju ruang makan. Aroma sup buntut kesukaanku memenuhi ruangan, membuatku merasa lebih hangat.
"Ayo, Dik. Mama sudah siapkan makanan favoritmu," ujar Mama, membuyarkan lamunanku.
"Iya, Ma. Makasih," jawabku sambil duduk di meja makan.
"Gimana perjalananmu, Dik? Pasti capek, ya, ditambah hujan-hujanan tadi," katanya.
"Lumayan capek, Ma. Badan juga agak meriang nih, mungkin karena kehujanan tadi," jawabku jujur.
"Tuh, kan. Jadinya kamu sakit, deh," Mama mengomel ringan. "Habis makan nanti Mama kerokin, ya, biar badannya enak."
"Ah, nggak usah repot-repot, Ma," sahutku.
"Nggak apa-apa, Sayang. Mama nggak mau kamu sampai sakit," balasnya lembut. Aku hanya bisa tersenyum, merasa hangat oleh perhatian Mama.
Setelah makan, Mama kembali mengingatkan. "Ayo, Dik, ke kamar. Mama kerokin dulu."
"Iya, Ma," jawabku pasrah.
Di kamar, Mama menyiapkan minyak kayu putih dan koin. "Dika, buka bajumu dan tiduran, ya," katanya.
Aku mengangkat kaosku dan berbaring di kasur. Udara dingin terasa menusuk punggungku sebelum Mama mengusap minyak kayu putih.
"Badannya bagus, loh, Nak. Pasti jadi idaman banyak wanita di kota," kata Mama sambil tersenyum, mencoba mencairkan suasana.
Aku tertawa kecil. "Ah, Mama bisa aja," balasku. Rasanya suasana rumah ini selalu memberikan kenyamanan yang sulit dijelaskan, terutama di tengah kesederhanaannya.
Serrrr.... darah ku mendidih ke ubun-ubun ketika tangan lentiknya yang lembut itu menyentuh punggung ku membuat si junior di celana langsung otomatis bangun.
"Hehe.. Mamah bisa aja.."
"Kamu sudah punya pacar belum nak..?"
"Be.. Belum mah, dika belum kepikiran buat pacaran."
Mamah pun tersenyum mendengar jawabanku.
"Aku mau nyari pacar yang kaya Mamah, Cantik dan pintar," ucapku tanpa sadar... Duhhh mampus gua kelepasan ngomong ucapku dalam hati.
"Anak mamah sudah besar ya sudah bisa gombal...!" timpalnya, lalu kerokannya disudahi dan menyuruh ku membalikkan badan. "Nak balik badannya, sekalian depannya mamah kerokin.
Mamah tersenyum ketika aku membalikkan badanku dan berkata. "Waduh anak mamah udah dewasa ya sekarang si junior nya udah bisa bangun begini." ucapnya sambil meremas gemas kelamin ku yang memang sudah berdiri sedari tadi.
"Eh.. ehh.. mah sakit tau.. maaf ya mah kalau aku ngga sopan, habis tangan Mamah lembut banget bikin aku terangsang," ucapku memelas.
"Udah mulai nakal ya, udah sana istirahat mamah udah selesai kerokin kamu." Ucapnya tersenyum sambil menjewer kuping ku.
"Aduh... Sakit tau mah!!"
"Siapa suruh nakal wleee rasain, nih mamah sentil sekalian junior nya nakal, soalnya berani berdiri didepan mamah." ucap manahku sambil menyentil pelan junior ku.
"Mah jangan disentil dong nanti aku ngga bisa ngasih mamah cucu loh kalau junior ku cidera hahaha...." Ucapku sambil tertawa.
"Siapa suruh nakal wleee rasain tuh hahaha..."
"Tanggung jawab mah gara-gara mamah nih junior ku bangun kalau udah bangun gini susah tidurnya." ucap ku spontan, mampus nih mulut ngga bisa di rem banget kalau mamah ngelapor ke papa bisa diusir, ucapku dalam hati.
Tanpa disangka mamah berkata, "Yaudah sini mamah kocokin habis itu janji ya langsung tidur."
Lalu dia menurunkan boxer ku dan keluar lah rudal ku yang sudah tegang maksimal. "Dikaa!! Junior nya gede banget,"ucapnya sambil menaik turunkan tangannya di rudal ku.
"Ehh.. enak mah, masa sih mah perasaan biasa aja.."
"Biasa gimana? Ini gede banget untuk anak seukuran kamu bahkan punya kamu jauh lebih besar dibandingkan punya papa."
Dan mamah langsung melahap rudal ku memasukkan nya kedalam mulutnya yang mungil dan menaik turunkan mulutnya serta memainkan lidahnya.
Aku refleks menjambak rambut mamah dan lebih Klaim membenamkan kepalanya lebih kedalam.
"Mah enak banget ahhh... !!!"
Mamah hanya diam dan lanjut mengoral punyaku.
10 menit kemudian kepala rudalku berdenyut. "Mah... aku mau keluar..."
Mamah tak menghiraukan ucapan ku malah dia semakin cepat menaik turunkan mulutnya, dan Crooottttt... Tumpahlah lahar panas ku sederas mungkin sebanyak 7 kali kedalam mulutnya dan menelan nya habis.
"Eehhhhh... Enak banget mahh..!!" ucapku dengan nada lemas.
Mamah masih membersihkan kepala rudalku dengan menjilati nya dan menaikan kembali boxer ku.
"Tuh juniornya udah bobo lagi ya anak mamah yang nakal sekarang giliran kamu yang bobo," ucapnya sambil mencium keningku.
"Makasih ya mah,maafin aku ya mah karena sudah kurang ajar sama mamah."
"Ngga apa-apa sayang, rahasiakan ini ya jangan kasih tau siapapun," ucapnya sambil melangkah keluar dan mengedipkan sebelah matanya.
Aku hanya tersenyum, dan karena memang kelelahan akupun langsung tertidur pulas malam itu dalam senyum kebahagiaan.
~ ~ ~
Keesokan harinya papa bekerja seperti biasa, aku yang bermalas-malasan masih rebahan dikamar membaca novel online ber-genre dewasa di hp ku, ceritanya membuat otakku traveling dan mengingat kembali kejadian semalam bersama mama, iseng-iseng ku intip mama yang sedang memasak didapur, aku agak sedikit kecewa karena sekarang ia mengenakan daster lengan pendek bahan tebal berbeda dari semalam, akupun kembali ke kamarku.
"Dikaa.. bangun nak.. udah siang, ayo bangun sarapan," kata mama sambil mengetuk pintu.
Aku keluar memakai kaos oblong dan celana boxer, sepertinya mama melihat dibagian selakanganku terlihat ada yang menonjol, aku yang tadinya malu sama mama sekarang mulai berani.
Selesai makan, mama merapikan kamar tidurnya serta kamarku, dan menyuruhku membereskan meja makan dan mencuci piring, lantas ia pergi mandi untuk membersihkan keringat dan menghilangkan bau ditubuhnya.
"Dik... Dikaaa...!!" teriak mama didalam kamar mandi.
"Kenapa maa..?" jawabku meletakkan piring di raknya.
"Tolong ambilkan handuk di lemari kamar mama nak, mama lupa tadi.."
Tanpa ragu aku masuk ke kamar mama dan mengambil handuknya, menghantarkan ke depan kamar mandi untuk kuberikan pada mama. Biasanya orang mandi kalo minta handuk hanya membuka sedikit pintu kamar mandi, tetapi mamaku nggak, dia membuka lebar pintunya, membuatku melihat jelas tubuhnya yang basah, rambutnya masih berwarna hitam dan putih busa shampo.
"Makasih ya nak,.. kamu nggak mau mandi sekalian? sini mama mandiin," goda mama seperti berbicara dengan anak kecil.
Disuguhi pemandangan indah itu aku langsung konak, tanpa berpikir panjang aku langsung mengiyakan ajakan mama, membuka semua pakaian yang melekat ditubuhku dan masuk.
Mama tersenyum padaku, ia melihat ke arah penisku yang sudah tegang, kemudian mengguyurku dengan air yang hangat dari shower. Aku hanya diam, masih belum tahu harus bereaksi dan berbuat apa.
"Ternyata emang anak nakal kamu ya dik..sudah berdiri tegak gini," ucap mama sambil jongkok di depanku lalu membaluri batang penisku dengan sabun.
"Mama boleh nggak mainin ini kamu, seperti semalam?" ia menatapku dengan mata penuh gairah.
Entah mengapa aku mengangguk dan hanya menyaksikan mama mempermainkan batang itu.
"Emmghh."
Desahku pelan bercampur suara percikan air shower yang dibiarkan menyala ketika mama mulai mengocok batang penisku yang licin. Sensasi yang luar biasa nikmat menjalar ke seluruh tubuhku, beda sekali dengan yang kurasakan saat onani.
Beberapa menit mama mengocok penisku, kini ia membasuhnya dengan air dan Aaahh.. mama melahap ujung penisku, mengemutnya serta perlahan memasukkan seluruh batangku seperti sedang menyantap ice cream, Sruuullpp.. Sruuullpp.. bunyinya, ujung penis yang menabrak dinding tenggorokan mama membuatku tak tahan lagi, rasanya ingin menyemburkan air mani, aku tidak kuat lagi.
"Aaaaagrhhh..." desah panjangku klimax. Tumpah sudah cairan putih kental di dalam mulut mamaku.
"Ellppp.. mmm.. mmmhh, glekk.. ahhh," mama menelan semuanya.
"Maaf ya mah..dika udah nggak tahan". kataku lemas.
"Emmm.. eemmh.. yummy, kenapa minta maaf sayang, kan mama yang nakalin kamu," sahut mama sambil menjilati bagian bibirnya kemudian berdiri dan memelukku.
"Gimana rasanya sayang..? kamu suka?" bisik mama di telingaku.
"Su.. suka mah.." jawabku sedikit gugup.
"Lain kali, jangan onani sendiri ya sayang.. nggak baik, kan ada mama disini." lanjut mama mendekap erat tubuhku.
