Pustaka
Bahasa Indonesia

Fate Apocalypse

15.0K · Ongoing
Moody Moody
22
Bab
72
View
9.0
Rating

Ringkasan

Menceritakan tragedi yang terjadi pada musim dingin, ketika semua orang menganggap kejadian mengerikan itu dengan sebutan kiamat dunia. Situasi yang semakin buruk mulai membuat banyak orang dilanda ketakutan. Teror genosida semakin banyak terjadi dan memakan banyak jiwa. Seorang detektif muda bernama Julian yang baru saja memulai misinya bersama dengan temannya bernama Jasper, seketika penasaran dengan misteri ini. Mereka berdua mulai terlibat dengan kekacauan ini dan berusaha mencari tahu apa yang menyebabkan semua ini terjadi dan memakan banyak korban jiwa. Dalam misinya, tragedi berdarah pun terjadi. Seolah ini memperlihatkan semua mimpi buruk umat manusia. Akankah mereka berdua bisa selamat dari malapetaka?

MetropolitanThrillerSuspenseactionpembunuhanmiliter

Bab 1

Malam hari tepatnya di suatu wilayah di dekat laut timur. Seseorang terlihat baru saja memasuki sebuah tempat yang berada tidak jauh dari pemukiman warga. Orang itu kemudian melihat sekeliling dan tidak lama setelahnya langsung duduk dan kemudian memesan kopi pada barista yang ada tepat dihadapannya itu. Orang ini kemudian terlihat kesulitan begitu dirinya membaca salah satu pesan yang masuk ke ponselnya itu. Tanpa perlu menunggu waktu lama, akhirnya pesanannya itu selesai dan seketika dirinya berusaha melupakan apa yang sebelumnya dilihat olehnya itu. Tidak terasa dirinya memang sudah banyak sekali pikiran yang menggangunya dan kemudian orang ini mulai sedikit penasaran lagi dan kemudian membuka kembali pesan yang tadi. Jauh dari apa yang dipikirkannya itu, sejenak dirinya merasa teringat dengan seseorang yang belum lama ini datang ke tempat ini dan kemudian menanyakan sesuatu. Dirinya kemudian sambil mengingat lagi, dan ternyata benar kalau orang yang mengirimkannya pesan barusan itu tidak lain adalah Julian. Anak itu sekarang berada di wilayah ini dan seketika orang ini langsung tersenyum lebar seakan dirinya sangat senang sekali. Tidak lama kemudian, barista yang tidak lain adalah temannya ini mengatakan sesuatu kepada orang ini dan seketika membuat orang ini terlihat tersenyum cerah. Mereka berdua berbincang untuk beberapa lama dan setelah itu orang ini merasa kepikiran lagi akan sesuatu. Sementara itu, saat ini tepat di tempat yang berbeda terlihat Julian sedang sibuk merapikan semua barangnya dan seketika dirinya melihat salah satu tumpukan buku-buku yang sudah lama sekali disimpan olehnya itu. Kemudian Julian merapikannya lagi. Setelah itu, dirinya mulai merasa lelah karena dari tadi terus merapikan barang-barang miliknya yang berantakan ini hingga rapi. Beberapa menit kemudian, dirinya mulai merasa bising dengan suara orang-orang yang berada tepat disamping rumah ini. Orang-orang itu tidak lain adalah tetangga sebelah yang selalu saja mengadakan pesta bahkan di tengah malam seperti ini. Julian kemudian pergi dari kamarnya ini dan bertemu dengan pamannya yang sedang duduk sambil menonton acara berita.

“Kau kesal karena mereka selalu saja berisik?” tanya paman kepada Julian.

“Ah, itu benar. karena itulah kupikir kau sebaiknya pindah saja.”

“Kenapa kau malah pindah? Padahal kau sendiri baru pindah ke wilayah ini beberapa minggu yang lalu.”

“Itu karena aku tidak punya pilihan lain selain tinggal disini. Maksudku demi keperluanku. Hanya itu saja.”

“Lalu, apa yang akan kau lakukan?”

“Entahlah. Kupikir tidak ada banyak hal yang bisa kulakukan, karena itu aku hanya bisa berdiam diri saja dan mengamati semua orang.”

“Kau ini memang benar-benar. kalau ada yang kau butuhkan katakana saja.”

“Baiklah. Untuk saat ini masih belum ada yang kubutuhkan paman.”

“Ya. Kau bisa mengatakannya nanti.”

“Tapi, kenapa orang-orang di wilayah ini terlihat aneh?”

“Aneh apanya? Tidak ada yang aneh disini.”

“Sesekali aku menyaksikan kegiatan mereka yang memang tidak masuk akal. Apa mereka selalu saja seperti itu? melakukan sesuatu yang bahkan sulit sekali untuk dimengerti orang lain.”

“Semua orang punya kendali atas kehidupan mereka dan itu berbeda-beda dari orang yang satu dengan orang yang lainnya. Kurasa kau harus membiasakan diri melihat banyak sekali perbedaan.”

“Ah, begitu rupanya. Kurasa yang paman katakan barusan itu ada benarnya. masih banyak hal yang harus kulihat.”

Suasana malam yang sangat ramai. Beberapa orang mungkin merasa senang karena tidak mengerikan. Selain itu, mereka juga tampak berbahagia. Suasana yang berbeda dengan yang selalu dilihat oleh Julian sebelumnya. Dirinya yang bahkan pertama kalinya datang ke wilayah ini dan kemudian menemukan banyak sekali perbedaan, membuat dirinya merasa asing. Setelah itu, Julian kembali ke dalam kamarnya dan saat ini dirinya membuka lapotopnya itu dan sedang mencari sesuatu. Ada beberapa alasan kenapa mereka selalu saja mengirim dirinya ke suatu tempat yang bahkan tidak tahu, kali ini Julian sudah yakin akan tinggal di tempat ini untuk beberapa waktu karena dirinya percaya kalau disini tidaklah buruk. Seperti yang dikatakan oleh pamannya itu. Sementara sekarang ini, tepatnya di sebuah kedai kopi yang tadi. Orang itu rupanya masih berada di tempat ini dan sekarang terlihat sedang berbincang dengan orang lain. Keduanya sampai terlihat sangat senang dan kemudian orang ini melayangkan canda tawa. Setelah itu, orang yang diajaknya berbicara itu kemudian beranjak dari tempatnya duduk dan kemudian pergi. Setelah itu, orang ini kembali sendirian melihat barista yang dari tadi terus menyajikan minuman. Ada banyak sekali pelanggan hari ini dan itu sedikit membuatnya merasa kerepotan. Setelah itu, dirinya mulai menanggapi pertanyaan orang ini terus menerus.

“Kurasa memang benar. ada beberapa hal yang selama ini cukup mengerikan. Banyak diantara orang-orang terus membahasnya. Akhir-akhir ini aku sering mendengar kabar yang tidak menyenangkan. Apakah ini sebuah pertanda?” ucap orang ini kepada bartender itu.

“Kurasa anda terlalu menyimpulkannya secara liar.”

“Apa maksudmu? Secara liar apanya?”

“Tidak semua yang dikatakan oleh orang-orang yang mengetahui kabar itu kalau semua informasinya benar. bukankah ada banyak yang berbohong dan menyebarkan kabar yang sama sekali tidak masuk diakal?”

“Ternyata kau juga sampai berpikir ke arah sana rupanya. Itu menarik sekali.”

“Menarik darimananya tuan?”

“Kau membahas kedalam situasi yang saat ini terjadi bukankah itu benar?”

“Ah, sebenarnya itu tidak bisa dikatakan salah juga. Aku hanya sedikit mengaitkannya saja.”

“Ya. Memang itulah yang benar.”

“Apa?”

“Aku berusaha keras untuk tidak telalu memikirkan sesuatu yang tidak penting. Namun, nyatanya semua itu malah kulakukan dan sekarang aku sedikit menyesalinya.”

“Kenapa menyesal?”

“Karena itu hanya membuat rambutku rontok saja. Tidak lucu kalau mengalami kebotakan hanya karena banyak sekali yang kupikirkan. Itu sudah jelas membuatku tidak percaya diri.”

“Ah, ternyata anda bisa mengalami hal semacam itu juga rupanya. Kupikir tidak ada hal semacam itu dalam hidup anda. Semuanya selalu saja sejalan lurus.”

“Mana mungkin.”

“Ngomong-ngomong, apa anda sudah bertemu dengan Julian?”

“Ah, masih belum sepertinya anak itu sedang sibuk untuk saat ini.”

Mereka berdua masih terus berbincang. Sekarang ini terasa berbeda dengan yang sebelumnya ada dipikiran orang ini. Setelah keduanya selesai berbicara, tidak lama kemudian seorang pria muda yang terlihat sangat rapi itu memasuki tempat ini dan setelah itu duduk tepat disamping orang itu dan kemudian memesan minuman. Sekilas pria muda itu terlihat seperti orang yang dikenalinya itu dan ketika diperhatikan lagi ternyata bukan. Kali ini, orang itu tidak lagi berbincang membicarakan sesuatu dan malah fokus dengan ponsel yang digenggamnya itu. Seketika pria muda ini terlihat melirik ke arah pak tua itu dan kemudian mengatakan sesuatu.

“Sepertinya anda sangat familiar dengan wilayah ini, apa itu benar?”

“Ah, kau orang baru rupanya. Ada yang perlu kubantu? Kalau ada katakana saja. Aku bisa membantumu kapanpun untuk orang yang baru saja pindah ke tempat kami.”

“Baiklah. Kedengarannya saya sedikit terbantu. Tapi, apa anda akan memberitahuku semua yang ada di wilayah ini?”

“Apa?”

“Maksudku suasana kota ini. aku belum pernah kemari dan kupikir tidak ada yang kutahu sama sekali. Meski membuka halaman internet dan mencari informasi, rasanya itu berbeda. Bukankah biasanya juga seperti itu?”

“Ah, kalau soal itu tentu saja. Akan kuberitahu semuanya. Jangan khawatir.”

Barista tersebut seketika menguping pembicaraan mereka ini dan tidak lama setelah itu dirinya terlihat sedikit mencurigai sesuatu. Namun dirinya kembali mengerjakan pekerjaannya itu. Mereka berdua saling berbicang satu sama lain saat ini. Di tempat yang berbeda, sekarang Julian merasa sedikit bosan karena dari tadi dirinya hanya terus melihat halaman internet dan berharap bisa menemukan sesuatu demi mengerjakan tugasnya itu dan ternyata tidak ada apa pun. Tidak lama kemudian dirinya mulai memeriksa ponselnya dan ternyata tidak ada pesan saja sekali. Sesekali dirinya merasa sedih karena memang kehidupan yang saat ini terjadi sungguh menyebalkan sekali. Pikiran Julian sesaat mulai kacau. Beberapa menit kemudian ponselnya berbunyi dan ternyata temannya bernama Jasper itu menghubunginya.

“Halo? Julian.”

“Ada apa kau menelponku?”

“Wah, kau masih saja tidak berubah. Ngomong-ngomong, kudengar kau juga keterima di tempat itu. bagaimana kau bisa?”

“Apanya yang bagaimana? Kau meremehkan kecerdasanku?”

“Bukan begitu. Hanya saja, ada beberapa orang yang memberitahuku kalau divisi yang sekarang ini aku tempati itu cukup sulit untuk orang baru seperti kita. Dan kau berhasil. Itu luar biasa.”

“Jadi kau menelponku hanya untuk mengejekku begini?”

“Bukan begitu astaga. Dengar, aku juga baru saja diterima di tempat kerja yang sama dan kau tahu apa artinya ini?”

“Tidak.”

“Hey, kau itu bodoh atau gimana?”

“Kau yang bodoh.”

“Itu artinya kita akan bertemu kembali kawan.”

“Sialan. Kuharap tidak pernah lagi bertemu denganmu.”

“Wah, kau jahat sekali sobat. Ngomong-ngomong, sekarang kau sudah pindah ke wilayah itu?”

“Ya. Baru beberapa minggu. Belum lama. Kau sendiri?”

“Ah, ternyata seperti itu. masih harus siap-siap. Kebetulan sekali ada tugas mendadak sialan memang. Jadi aku harus menundanya dulu.”

“Kau menunda apa?”

“Pindahan. Pindahannya kutunda dulu.”

“Oh iya, apa kau mendengar kabar yang lain?”

“Kabar apanya? Maksudmu teman yang lain?”

“Ya. Sejenis itu.”

“Tidak. Sepertinya sudah lama sekali aku menjadi orang yang kurang peduli dengan urusan orang lain.”

Mereka berdua masih terus berbicang melalui panggilan telepon. Setelah selesai, saat itu juga Julian mematikan panggilannya dan kini dirinya membaringkan badannya di tempat tidur sambil menghela nafas panjang. Ada kemungkinan yang menurutnya cukup meragukan. Seseorang terkadang selalu tidak sadar dengan apa yang dihadapinya itu. Sekarang Julian semakin merasakan tekanan yang membuat dirinya seolah berada dalam lautan yang gelap dan mengerikan. Tidak lama setelahnya, dirinya mulai mencoba untuk tenang dan tidak mengingat hal-hal yang buruk. Sementara itu, sekarang ini tepat di suatu wilayah lain terlihat sekelompok orang sedang bertemu dan mereka seolah sedang melakukan pertemuan. Mereka kemudian membahas sesuatu.

“Sudah saatnya rencana ini kita lakukan,” ucap salah satu orang diantara mereka. sambil tersenyum menyerigai.