Pustaka
Bahasa Indonesia

Fall For You

16.0K · Ongoing
Lialuo
48
Bab
271
View
9.0
Rating

Ringkasan

Ariadne yang kehilangan cinta karena sang kekasih direbut adik perempuannya dipertemukan dengan Lucas. Perjalanan malah membuat mereka berada dalam pernikahan. Namun di saat cinta bersemi, rahasia terkuak membawa kehilangan hingga cinta kembali harus memilih antara dua pria. Cinta pula yang membuat salah seorang dari mereka pergi dari hidupnya. Haruskah Ariadne kembali merasakan kehilangan cinta?

RomansaPresdirBillionaireFlash MarriageLove after MarriageKawin KontrakCinta Pada Pandangan PertamaPernikahanSuspenseSalah Paham

Satu

'Aku tidak bisa memilih. Memilih orang terbaik untuk mengisi hatiku, tetapi kemudian ternyata aku salah. Orang itu sungguh tidak baik. Ia bahkan meninggalkan luka.'

Ariadne menutup lembar diary-nya. Air mata tampak menitik di wajah. Lembar demi lembar terisi setiap hari hingga buku kecil bersampul merah muda itu kini nyaris penuh. Ariadne Penelope Rasita adalah nama lengkap gadis berparas manis itu. Ia adalah gadis berdarah Perancis dan Bali. Sekilas tidak nampak darah orang asing pada dirinya karena ia memiliki kulit kuning langsat, mata berwarna hitam, rambut yang juga hitam bergelombang, serta hidung bangir dan bibir nan tipis. Semua itu begitu mirip dengan yang dimiliki orang Indonesia pada umumnya. Tentu saja dengan kecantikan yang berada di atas rata-rata. Ariadne menghela napas sejenak dan keluar dari kamar. Ia kemudian melangkah pelan sambil merapatkan jaket biru yang dikenakan. Deru angin tampak memainkan rambutnya yang dibiarkan tergerai, sedang suara mesin kapal yang memecah ombak juga terdengar cukup keras. Benar, saat ini Ariadne tengah berada pada sebuah kapal. Kapal mewah tersebut adalah kapal pesiar. Ini adalah hari pertama ia berada di kapal tersebut. Perjalanan itu adalah untuk meredakan segala emosi dan kesedihan yang bergolak dalam dirinya. Ariadne duduk terpekur pada salah satu bangku. Ingatan dia melayang pada beberapa hari sebelum ia memutuskan untuk pergi.

***

"Kak, aku telah lama menyukai Allen. Kenapa sih Kakak tidak mau berikan dia padaku?" tanya Safira dengan rengek manjanya. Safira adalah adik tiri Ariadne. Setelah ibu Ariadne meninggal, Tuan Hans -ayah Ariadne- kemudian menikah lagi dengan Nyonya Renata. Beliau kemudian otomatis menjadi ibu tiri Ariadne. Nyonya Renata inilah yang kemudian mengandung dan melahirkan Safira. Setelah itu semua herubah. Ariadne yang semula tidak mempermasalahkan pernikahan lagi sang ayah kemudian menyadari bahwa itu adalah kesalahan besar dari keputusan yang diambil. Namun semua telah terlambat karena bagaimanapun Nyonya Renata dan Safira telah menjadi bagian dari keluarganya.

"Kenapa meminta padaku?" tukas Ariadne tanpa menoleh.

"Kau juga tahu perasaan bukanlah sesuatu yang bisa dipaksakan."

Namun Safira terus saja merengek. Ariadne tidak mengerti lagi. Ia mencoba memberi penjelasan pada Safira, tetapi gadis keras kepala itu tidak mau mendengar dan pergi dari kamar Ariadne tersebut. Ariadne sendiri tidak ingin mengalah. Tidak untuk kali ini, karena ia juga mencintai Allen. Dirinya dan pria itu malah memiliki perasaan yang sama. Jadi tidak mungkin ia untuk melepaskan pria itu.

"Kenapa sih kau begitu keras kepala?" tanya Nyonya Renata.

"Aku tahu kau tidak menyukai kami, tapi apa kau tidak merasa iba sedikit saja pada adikmu?"

Waktu itu adalah saat makan malam. Makanan telah dihidangkan pada meja makan berukuran persegi yang berukuran besar di depan mereka oleh para pelayan. Namun Safira tidak ikut bergabung bersama mereka, padahal Tuan Hans selalu mewajibkan mereka sekeluarga untuk makan bersama. Gadis tersebut kini sedang mengurung diri di dalam kamarnya. Ia menolak untuk makan.

"Aku juga merasa iba, tapi ini semua bukan salahku. Jika memang Allen tidak mencintai Safira, bukankah itu akan percuma saja?" jawab Ariadne. Ia tahu dirinya kini mungkin egois, tetapi ia juga tidak ingin kehilangan pria yang dicintai.

"Lihatlah, Pa, dia bahkan begitu keras kepala. Apa dia tidak memikirkan Safira? Safira memang saudara tirinya. Pantas saja dia tidak sayang padanya," tukas Nyonya Renata pada Tuan Hans.

"Ari," tegur sang ayah sambil melihat pada putri sulungnya itu. Sebenarnya ia hanya ingin makan dengan tenang. Namun semua malah jadi riuh dan ia nyaris kehilangan nafsu makannya.

"Maaf, Ayah, untuk kali ini, aku tidak akan menurut. Aku dan Allen saling mencintai. Aku tidak akan melepaskan perasaanku padanya sekalipun itu demi Safira atau siapa pun," tegas Ariadne. Ia kemudian bergegas bangkit berdiri dan berlalu pergi dari sana. Samar terdengar olehnya, Nyonya Renata masih membicarakan dia. Berkata bahwa ia adalah anak yang keras kepala dan egois. Tidak mau mengalah pada adiknya sendiri.

'Aku tidak egois,' ucap Ariadne dalam hati.

'Siapa yang sebenarnya egois dalam hal ini? Bukankah itu sudah jelas?'

***

Hari berganti malam dan ketenangan di rumah berarsitektur klasik tersebut memecah di tengah malam. Jeritan terdengar dari dalam sang nona bungsu penghuni rumah. Beberapa jam mengurung diri, Safira malah ternyata mencoba mengakhiri hidup.

Suara sirene ambulans memecah keheningan yang lengang pada jalanan kota paris. Tidak lama, ambulans berhenti pada sebuah bangunan berdinding putih yang tidak lain adalah rumah sakit pada pusat kota tersebut.

Beberapa orang petugas medis, Tuan Hans, Nyonya Renata, serta Ariadne berlari sambil mendorong brankar menuju ruang ICU. Seorang perawat kemudian melarang Ariadne dan keluarganya untuk masuk. Dokter akan berusaha menyelamatkan nyawa Safira, tetapi pihak keluarga harus menunggu di luar.

"Apa kau sudah puas?" tanya Nyonya Renata pada Ariadne. Mata wanita itu tampak merah karena telah terus menangis. Bahkan saat menggertak Ariadne, air mata masih juga bercucur deras.

"Kau puas dengan yang kaulakukan? Jika bisa kau mungkin berharap Safira untuk meninggal."

"Aku tidak mengharapkannya," sahut Ariadne. Perlakuan apa pun yang ia terima, dirinya tetap saja menganggap Nyonya Renata dan Safira sebagai keluarga.

"Aku juga berharap Safira baik-baik saja."

"Kau itu hanya pembohong. Jika kau memang berharap Safira baik-baik saja, kau pasti akan melepaskan Allen untuk Safira. Safira sangat mencintai Allen, tapi kau bahkan tidak bersedia mengalah," tandas wanita paruh baya tersebut. Ariadne kembali menggeleng. Ia mencoba menjelaskan bahwa perasaan yang bertepuk sebelah tangan percuma saja. Namun Nyonya Renata tentu tidak mau mendengar.

Saat dokter keluar untuk memanggil mereka, segera ketiganya bergegas masuk. Namun Renata menjadi histeris. Sambil berteriak, ia mengusir Ariadne. Ariadne segera keluar. Tidak lama, Tuan Hans menyusul putrinya itu.

"Kau adalah putri Ayah, tapi Safira juga adalah putri Ayah. Ayah sama-sama menyayangi kalian. Ayah tidak ingin melihatmu sedih, tapi juga tidak ingin melihat Safira terluka, jadi Ayah mohon padamu, bisakah kau untuk mengabulkan permintaan Safira?"

Ariadne tentu ingin menolak. Baginya, cinta adalah segalanya. Hanya karena keegoisan dari Safira, mengapa ia yang harus melepas cinta yang ia miliki? Namun sorot mata ayahnya tampak begitu memohon. Ariadne juga tahu jika terus bersikeras, lelaki bertubuh kurus yang berdiri di dekatnya itu pasti berada dalam posisi sulit. Meski begitu, Ariadne masih tidak bisa memutuskan.

"Ari!" Suara yang memanggil namanya tersebut begitu akrab dan selalu sanggup menghangatkan hati Ariadne. Menimbulkan gelenyar-gelenyar bahagia yang begitu ingin ia nikmati untuk selamanya. Gadis itu kemudian menoleh dan melihat Allen berdiri tidak jauh darinya.