Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Part 8

Shaka yang kesal melihat wajah Dasta pun menarik rambutnya, menjambak kuat-kuat seakan ingin merontokkan rambut Dasta dari akarnya. Dasta meringis kesakitan dan berusaha melepaskan tangan Shaka.

"Sa-sakit..., Bang Shaka, ada apa denganmu?" rintih Dasta merasakan perih pada kulit kepalanya.

"Itu semua karenamu!" tegas Shaka melepaskan kasar rambut Dasta yang tadi di jambaknya.

Kembali Dasta terjerembab di lantai, mata Dasta menatap lantai marmer kamarnya yang berwarna putih bersih itu. Masih tak habis pikir dengan yang barusan ia alami, Shaka membentak dirinya dan juga menjambak rambutnya kuat.

Kenapa? Kenapa semua seperti ini?

"Ini semua salahmu Dasta!" peringat Shaka menggeram marah.

Dasta mengernyit heran dengan ucapan Shaka, semua karena kesalahannya? Dasta membalikkan badannya menghadap Shaka kembali yang menatapnya garang.

"Maksud bang Shaka apa? Kenapa Abang bilang ini semua salahku?" tanyanya polos.

"Ya, karena kaulah aku menderita!"

Dasta tersentak kaget, apa yang sudah ia lakukan sehingga membuat Shaka menderita?

"Apa kau pikir selama ini sikapku yang manis padamu itu karena aku mencintaimu?" sambung Shaka membuat wajah Dasta pias.

Entah kenapa Dasta sangat takut mendengar sesuatu yang buruk dan menyakitkan, ia takut kata-kata Shaka berikutnya membuat dirinya mati rasa. Meskipun sedikit takut tapi Dasta tetap mendongakkan wajahnya menatap wajah sang suaminya yang kini tak lagi menampilkan wajah lembut. Shaka yang kini tampak sangat berbeda dari biasanya.

"Kenapa menatapku seperti itu? Apa kau membenciku?" tanya Shaka garang, Dasta menggelengkan kepalanya.

"Jujur saja, aku sudah muak denganmu. Aku sudah tak tahan lagi untuk menahan lebih lama lagi sandiwara ini."

Deg.

Mata Dasta berkaca-kaca, Hati Dasta mencelos mendengar kata sandiwara. Jangan bilang...?

"Aku lelah setiap hari harus berpura-pura bersikap menjadi Shaka yang manis pada semua orang. Aku juga sangat muak bersikap seolah aku mencintaimu, padahal kenyataannya aku sangat jijik padamu. Kau seperti hama pengganggu bagiku, yang terus dan terus membuat hari-hariku berantakan."

Tessss.

Dua bulir air mata yang sedari tadi di tahan Dasta akhirnya meluncur turun juga, rangkaian kata yang menjadi kalimat menyakitkan itu keluar dari mulut Shaka.

Sakit! Kenapa selama ini Shaka tega mempermainkannya? Kenapa harus Dasta? Apa salah Dasta padanya?

"Sekarang kaulah yang harus menanggung semua derita ini, kau harus merasakannya!"

Perlahan tubuh Shaka mendekati Dasta yang punggungnya bersender di kaki ranjang. Shaka ikut berjongkok di depan Dasta, satu tangannya terulur menyentuh dagu Dasta.

"Kau tahu? Mama, papa, Rasty. Sangat menyayangimu." kata Shaka mengelus-elus lembut dagu Dasta dengan jempolnya.

Dasta panik, ada rasa takut kembali melingkupi Dasta jikalau bisa saja Shaka menyakitinya lagi

"Mama begitu sangat terobsesi ingin menjadikanmu menantu di keluarga ini. Beliau begitu gigih dan sangat berusaha keras hingga menyodorkan diriku untuk di jodohkan denganmu." elusan jempol Shaka berubah menjadi sedikit kasar.

Nafas Dasta mulai tak beraturan akibat rasa was-was, matanya masih mengawasi setiap pergerakan Shaka.

"Karena ambisinya yang begitu ingin kau menjadi istriku, begitu pun semua orang di keluargaku. Tak ada satu pun dari mereka yang terima saat aku berusaha menolak usulan perjodohan itu, intinya tetap aku harus menerimanya. Hhh, lucu sekali bukan?" kekeh Shaka namun matanya berkaca-kaca.

Dasta bingung dengan segala perubahan reaksi yang di tunjukkan Shaka. Apakah pria ini mengalami gangguan jiwa?

"Tak ada yang mau mengerti diriku, tidak ada satu pun orang yang mau mendengarkan aku, jika aku MENCINTAI WANITA LAIN!" tegas Shaka menekankan tiga suku kata itu.

Kedua bola mata Dasta melebar, tubuhnya terasa kaku dan mati rasa.

"Karena kau!" Shaka mencengkeram kuat dagu Dasta.

"Aku tetap harus menikahimu, dan inilah saatnya. Aku sudah mengabulkan keinginan semua orang, jadi sekarang saatnya kau yang harus menerima semua segala kesakitan yang ku rasakan." Dasta meringis sakit namun tak ada suara yang keluar dari mulutnya.

"Aku bersumpah akan membuat dirimu menderita selamanya bersamaku, tak akan ku biarkan kau bahagia."

"Sebenarnya menikahimu ada sedikit untungnya bagiku, karena dengan begitu kau akan bisa menjadi topeng untukku. Seperti tameng yang akan melindungiku dari apapun, di mata seluruh dunia kau adalah istriku, tapi bagiku kau hanyalah hama penganggu. Kau akan ku jadikan sebagai alat untuk tujuanku sendiri." Shaka melepaskan cengkraman tangannya dari dagu Dasta.

Keduanya saling menatap lekat, Shaka dengan tatapan membenci dan marah sedangkan Dasta tatapan mengiba. Berharap bahwa semua yang di alaminya sekarang ini adalah mimpi, setitik harapan Dasta jika ia terbangun besok pagi semuanya sudah kembali seperti semula.

Tapi, apakah Dasta akan bisa tidur nyenyak malam ini? Karena sepertinya siksaan yang di janjikan Shaka untuknya akan di mulai dari malam ini.

Tbc...

Siksaan Dasta sudah di mulai!!!

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel