Bab 14
Sabtu pagi Stella pergi ke lapangan olahraga untuk jogging bersama Lenna sahabatnya.
"Loe serius akan menemukan pria di sini?" tanya Lenna yang berjalan di samping Stella.
"Yakin, menurut pengamatan gue. Banyak cewek atau cowok yang cari gebetan di tempat seperti ini saat lari pagi."
"Pengamatan apa pengalaman?" tanya Lenna.
"Entahlah," jawabnya dengan santai seraya merenggangkan kedua tangannya dengan mata yang berpencar ke setiap penjuru mencari sosok pria yang diinginkannya.
"Banyak kan anak muda yang nongkrong di sini seraya olahraga, mereka tuh kalau gak buat janji ketemuan sama cowok ya sambil ngecengin cowok-cowok di sini," ucap Stella.
"Sotoy," seru Lena.
"Seenggaknya lari satu keliling aja Stell, ngapain kita daritadi Cuma jalan dan diem begini gerak-gerakin tangan. Seenggaknya nyelam sambil minum air gitu, jadi sehatnya dapat, cowoknya juga."
"Bahasa loe, ya udah."
Mereka berdua lari bersama seraya mengobrol dan menunjuk pria yang menurut mereka oke.
"Tunggu!" seru Stella menghentikan larinya seraya mengatur nafasnya.
"Cape," keluh Lenna ikut berhenti dan mengatur nafasnya.
"Jalan aja deh, lelah gue."
"Huuh, keliatan banget kita jarang olahraga," kekeh Lenna. "Ngomong-ngomong gimana? udah nemu yang menurut loe sempurna?"
"Belum ada, gitu-gitu aja."
"Masih cakepan laki loe pan," kekeh Lenna. "Lagian ngapain nyari lagi sih, udah di kasih yang sempurna juga sama Tuhan. Pak Adrian itu selain cakep, tampan, tajir, dokter juga dosen. Apa yang kurang darinya, coba? Loe kagak bersyukur banget dah."
"Dia itu nyebelin, mesum, seenaknya, pokoknya banyak banget kekurangannya dan gue gak mau sama dia."
"Yakin? awas kemakan omongan sendiri, mulutmu harimaumu lho." Lenna tertawa melihat wajah Stella yang cemberut kesal.
"Eh, cowok itu oke kayaknya." Stella menunjuk seseorang memakai jaket putih dan celana tranning sedang jogging di depannya. "Postur tubuhnya oke tuh walau dari belakang."
"Dia mengingatkan gue sama seseorang," gumam Lenna.
"Ah pasti dia cakep, ayo kita susul dia." Tanpa perduli dengan Lenna, Stella langsung saja berlari.
"Eh tunggu!" teriak Lenna mengikuti Stella.
'Keluarkan jurus rayuanmu, Stell.' batin Stella berusaha menyusul pria itu.
Stella berlari sedikit menyamai pria itu dan berpura-pura keseleo. "Aduh!"
Tubuh Stella oleng dan hampir saja menyentuh tanah kalau saja sepasang tangan kekar tak menahannya, hingga Stella jatuh ke dalam pelukannya. 'Berhasil,' batin Stella perlahan membuka matanya.
"OMG!" pekiknya hingga matanya melotot sempurna saat melihat wajah pria di depannya itu yang tampak datar saja.
"Ternyata selain cerewet, kau juga sangat ceroboh," ucapnya.
Lenna sampai di antara mereka, dan Stella langsung mendorong dada pria itu dan berdiri tegak.
"Pak Adrian?" pekik Lenna melihat pria yang tadi di tunjuk Stella, dan seketika Lenna tertawa melihat wajah merah Stella.
"Ada apa?" tanya Adrian tampak kebingungan.
"Tidak apa-apa, Pak." kekehnya.
"Kaki kamu tidak apa-apa?" tanya Adrian saat melihat Stella berdiri tegak tanpa kesakitan.
"Tidak! ayo Lennong kita pergi." Stella menarik pergelangan tangan Lenna dan berlalu pergi meninggalkan Adrian.
"Hahaha bibir gue masih basah sama ucapan gue sebelumnya. Loe kagak usah gengsi, ngaku aja kalau suka sama pak Adrian. Nyari cowok aja harus yang mirip pak Adrian, liat dari belakangnya saja udah demen, apalagi liat dari depan, iyakan!" goda Lenna.
"Diamlah Lennong! loe tau, tadi itu kesalahan teknis. Mata gue kelilipan!" seru Stella melipat kedua tangannya di dada. "Lagian tuh orang udah mirip demit deh, dimana-mana ada."
Lenna masih saja terkikik melihat wajah bete Stella. "Harusnya loe terima apa adanya suami loe, toh dia juga termasuk tipe pria idaman loe kan," godanya.
"Idih amit-amit tujuh turunan! Berhenti tertawa Lennong! Tadi itu beneran kesalahan, gue gak inget ciri-ciri manusia TMII itu, makanya gue gak bisa ngenalin itu dia."
"Boong banget," kekehnya.
"Gue balik!" seru Stella dengan kesal berjalan cepat meninggalkan Lenna.
"Gak jadi nih nyari cowoknya? Tadi udah dapet malah di lepas," kekeh Lenna.
"BODO!" Lenna semakin terkekeh sambil terus berjalan mengikuti Stella.
***
"Pintar juga caramu untuk menggaet seorang pria," seru Adrian memasuki dapur dimana Stella tengah meneguk minuman.
"Aku tadi benar-benar kesandung," kilah Stella.
"Benarkah? di sana kan jalanannya datar tak berkerikil apalagi berbatu, kok bisa yah. Kesandung tetapi jatuhnya ke samping bukan ke depan? Apa bukan faktor kesengajaan itu?" seru Adrian menggulum senyumannya.
"Terserah apa katamu, yang jelas aku tidak sedang mencoba merayu apalagi kepada orang sepertimu!" Dengan kesal, Stella berlalu pergi meninggalkan Adrian yang tersenyum kecil melihat tingkah Stella.
***
