Resmi
"Izma Sayang, bisakah kamu tarik kembali gugatan cerai ini, aku tidak mau kita bercerai," kata Azam sambil sang istri dengan tatapan mata yang Sendu.
"Azam, keputusanku sudah bulat," jawab Izma lalu segera masuk ke ruang persidangan.
Azam tidak tahu lagi harus bagaimana, untuk membujuk istrinya agar membatalkan perceraian mereka. Tapi nyatanya Izma sama sekali tidak mau membatalkan gugatan perceraian itu. Wanita itu sudah bulat dengan pemikirannya. Pergi dari Azam adalah tujuan utamanya sekarang.
"Izma. Kamu harus kuat, aku selalu ada di sampingmu," kata Ibra sambil mencoba membuat Izma tenang.
"Aku tidak bisa setenang itu. Aku cemas, hari ini aku akan segera bercerai dengannya, tapi kenapa aku merasa enggan untuk berpisah. Ibra aku harus bagaimana?" tanya Izma kepada sang sahabat.
"Sudah sejauh ini mana mungkin kamu membatalkannya. Terserah ya mau di lanjutkan atau tidak. Lagian kalian sudah terpisah lama walaupun kalian mau rujuk juga akan sangat canggung," kata Ibra sambil menatapi wanitanya dengan dengan harapan bahwa Izma tidak goyah dengan pemikirannya.
"5 tahun kami berpisah, tapi saat aku jumpa kenapa rasanya aku merindukan dia kembali. Tuhan apa yang harus aku lakukan sekarang, tetapi kita sudah berada di ruang persidangan, tidak mungkin aku mundur dan kembali padanya," kata Izma di dasar hatinya, wanita itu menundukkan wajahnya menghela napas dengan berat, dia benar-benar bingung dengan perasaannya saat ini.
Akhirnya beberapa saat kemudian seluruh anggota sidang sudah berkumpul dan Izma bersanding di samping Azam, mereka berdua benar-benar merasakan kegalauan yang teramat dalam.
"Izma Sayang. Aku harap kamu tidak melanjutkan gugatan cerai ini, karena aku sangat mencintai kamu, dan masih mencintai kamu. Pak Hakim saya tidak mau menceraikan istri saya karena saya masih mencintainya," tutur Azam di pengadilan saat itu.
"Tapi menimbang adanya bukti-bukti bahwa anda sudah melanggar hukum dengan berpoligami dan juga berselingkuh dari istri anda, maka saya akan mengabulkan gugatan cerai ini,"
Tok tok tok.
Palu pun sudah diketok dan ternyata kini Azam dan Izma resmi bercerai.
"Akhirnya apa yang aku inginkan selama ini terwujud sudah, aku sudah bercerai dengan pria itu, dari awal pernikahan bukankah ini aku inginkan, menyelesaikan kuliah dan bercerai dengannya, tapi kenapa rasanya hatiku sakit ketika aku mendengar bahwa memang kami sudah resmi bercerai. Ya Tuhan berikan aku kekuatan untuk menjalani semua cobaan dalam hidupku ini dengan mudah, dan tanpa harus menoleh ke belakang,"lirih Izma di dasar hatinya. wanita itu meneteskan air mata tatkala mendengar hasil persidangan bahwa gugatan cerainya dikabulkan.
Di sisi lain, Azam pun meneteskan air matanya. Rasa sesak ini sudah hingga menusuk ke dalam paru-parunya. Kerongkongannya terasa kering hatinya seolah tertusuk ratusan pedang dan darahnya seolah diperas dengan seketika sampai habis. Rasa sakit yang dirasakan di ke sekujur tubuhnya tidak sebanding dengan rasa sakit yang ada di dasar hatinya. Perih memang sangat perih, ketika kini bahkan dia sudah resmi bercerai dengan sang istri yang sangat dia cintai.
Napas berat dan panjang dilontarkan, tidak tahu apalagi yang harus dilakukan saat ini. Mungkin hanya berdo'a kepada Tuhan agar suatu saat perasaan sakit ini akan segera menghilang.
"Izma, Aku tidak menyangka bahwa kita akan berpisah, Padahal aku masih sangat mencintaimu," kata Azam sambil menatap dengan Tatapan yang penuh cinta dan kesedihan.
"Jangan berkata cinta kepadaku, dari dulu kamu memang selalu berkata seperti itu kepadaku, cinta kepadanya dan kepadaku, aku hanya takut kamu akan menikah dengan istri ketiga kamu, setelah aku memaafkanmu. Karena itu tidak ada lagi kata maaf untuk kamu, dan kita memang harus berpisah seperti ini. Ini adalah jalan terbaik untuk kita berdua setelah ini aku harap kita bisa profesional untuk mengurus semua masalah Rumah Sakit," kata Izma kepada Azam, lalu Izma pun pergi meninggalkan Azam.
Azam masih terdiam di ruangan sidang tersebut, merasakan rasa sakit hati yang teramat dalam, ditinggalkan oleh sang istri, yang sangat disayangi merupakan sebuah kehancuran hatinya yang paling buruk.
"Rasanya sakit sekali, aku tidak tahan dengan rasa sakit ini. Tuhan tolonglah aku tolong hilangkan rasa sakit ini diriku, aku seorang laki-laki aku tidak bisa terus menerus merasakan dorongan untuk menangis, sungguh memalukan kamu Azam," lirih Azam di dasar hatinya sambil menatap punggung Izma yang kini semakin menghilang dari pandangannya.
Azam masih duduk di ruang persidangan dengan mata yang basah. Sesuatu terjadi dan dia merasakan rasa sakit yang teramat dalam.
"Ayo Pak kita keluar. Maafkan saya karena tidak berhasil pada saat persidangan tadi, terlalu banyak barang bukti yang diserahkan dari pihak perempuan yang memberatkan anda," kata pengacara Azam dengan rasa sesal yang mendalam.
"Tidak apa-apa pak Ihsan. Terima kasih anda sudah berusaha walaupun memang hasilnya tidak sesuai dengan yang kita harapkan, mungkin ini adalah takdirku untuk berpisah dengannya, tetapi jika kami berjodoh aku yakin kami bisa bersama suatu saat nanti," kata Azam sambil beranjak dari tempat duduknya mencoba berjalan perlahan ke arah pintu keluar ruang persidangan.
"Mengapa, silakan anda Jalan terlebih dahulu," kata pengacara tersebut sambil menorehkan senyum yang dipaksakan. Karena rasa sesal dia tidak bisa memenangkan persidangan.
Azam berjalan menuju ke arah mobilnya. Dia melamun sepanjang perjalanan dia memejamkan matanya merasakan bahwa ini sangat sakit bercerai dari istri yang sangat dicintai sangat memilukan.
"Ayah mungkin Azam telah melukai putrimu. Maafkan Azam Ayah. Azam sadar banyak perbuatan Azam yang membuat Izma terluka dan Azam malah percaya Aliza terus menerus, sekarang jangan Aliza atau Izma tidak bisa Azam miliki lagi, Aliza sudah mendapatkan ganjarannya karena sudah berbuat jahat kepada Izma, dan Azam pun mendapatkan ganjaranku dengan berpisah dengan Izma seperti ini, sungguh membuat hatiku hancur lebur melebihi apa pun. Azam aku harap Azam masih berjodoh dengannya dan kami dipertemukan kembali dalam ikatan suci menikah tetapi apakah khayalanku ini terlalu tinggi?" lirih Azam sambil menatap sebuah foto yang ada di dompetnya yaitu foto dari Dokter Nuriel, Ayah angkatnya yang notabene adalah ayah kandung dari Izma.
Pria itu benar-benar seperti orang yang kebingungan, dia sepertinya sangat depresi dengan keadaan ini, tidak ada semangat hidup. Padahal harusnya dia lebih bisa tegar. Karena dia bukan seorang perempuan yang terluka menderita karena perceraian.
"Kenapa rasanya sangat sakit, kenapa? Padahal aku sudah berusaha untuk menghilangkan rasa ini, kenapa rasanya melapaskan itu begitu sulit, setelah resmi bercerai, Izma aku masih sangat mencintaimu," lirih Azam di dalam hatinya, sambil menatap foto Izma di dalam layar ponselnya.
