Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Pulang Dengan Hampa

"Apa yang terjadi Azam? Sepertinya wajahmu begitu kusut?" tanya Profesor Daniel pada Azam.

"Lihatlah ada surat panggilan dari pengadilan untukku, Izma benar-benar telah menggugat cerai aku profesor," kata Azam dengan wajah yang murung.

"Hadapi semua kenyataan, ini sudah menjadi Takdirmu, kamu dulu sudah menyakiti hatinya, dan sekarang dia ingin terbebas darimu. Wajar saja kan. Sekarang kamu bersyukur saja, kamu bisa sehat dan pulang dari Rumah Sakit, dan terbebas dari kematian. Bukankah itu kebaikan Tuhan yang sangat kuat," kata Profesor Daniel sambil memberikan air putih kepada aja.

"Tuhan memang sangat berbaik hati memberikan aku usia yang panjang, bahkan kecelakaan separah itu aku masih dibiarkan untuk hidup dan bernapas, ketika kehidupanku seperti ini aku rasa Tuhan salah memberikan usia yang panjang untukku, seharusnya Tuhan mengambil saja usiaku, aku tidak pantas hidup seperti ini, aku tidak mau merasa sakit hati seperti ini. Aku masih mencintainya, aku masih menyayanginya, tidak bisa meninggalkan dia, apalagi berpisah dengan Izma," ungkep Azam dengan tangisan yang lirih, pria itu benar-benar merasa sakit hati karena Izma telah menggugat cerai dirinya

Tetapi apalah daya, dia kini bahkan tidak bisa berbuat apa pun, Izma sudah bulat dengan keputusannya. Rasa sakit hati yang Azam rasakan, tidak sebanding dengan apa yang Izma rasakan dahulu akibat penindasan yang dilakukan oleh Aliza kepadanya.

Azam sendiri menyadari, betapa Izma terluka karena dirinya, dan sekarang giliran dia menyesali perbuatannya.

"Kamu harus tenang, ini sudah jalan Takdir dari Tuhan untuk hidupmu, kamu harus semangat tidak boleh kamu memilih untuk mati, padahal sudah berbaik hati Tuhan memberikanmu umur yang panjang. Minta maaflah kepada Tuhan atas semua kata-katamu barusan," ucap Dokter Daniel kepada Azam.

"Aku sakit hati, jika harus hidup tanpa dia, melihat dia menjauhiku dan membenciku Dokter," kata Azam dengan mata yang menatap kearah dinding dengan tatapan mata yang kosong.

"Pelan-pelan kamu pasti akan melupakannya. Setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan," ungkap Dokter Daniel kepada Azam.

Tiba-tiba saja seorang anak berusia 5 tahun datang menghampiri Azam dan langsung memeluk Azam dengan senang.

"Abi Abii ... Namila lindu." Anak itu tersenyum memeluk abi-nya. Namira adalah anak angkat yang Azam adopsi dari Namira bayi. Sehingga kini Namira merasa bawa Azam adalah ayahnya, karena balita itu tinggal bersama Azam sejak bayi usia satu minggu.

"Anak Abi cantik sekali, sudah mandi belum. Sayang?" tanya Azam kepada Namira.

"Sudah dong Abi, Namila masih lindu pada Abi, boleh tidak bobo sama Abi nanti malam," kata Namira dengan manja.

"Namira Sayang. Abi mu sedang sakit,  kalau tidur bersama Abi, nanti kakimu akan kena ke perut Abi yang sakit," kata Dokter Daniel kepada balita cantik tersebut.

"Abi takit apa?" Anak itu berceloteh bertanya kepada Azam apa yang Azam keluhkan.

"Tidak apa-apa, Abi cuma sakit perut saja," ungkap Azam dengan merekahkan senyum yang manis kepada putrinya Namira.

"Abi namila mau Sekolah diantar Bibi, Abi cepat sembuh ya Cakit perutnya," kata Namira berpamitan kepada sang ayah dan Azam pun tersenyum manis tatkala Namira pergi bersama pengasuhnya.

"Lihatlah kamu masih punya anak perempuan, walaupun kamu sudah tidak memiliki Izma di sampingmu, ingat berpisah bukan berarti kalian harus mati," kata Dokter Daniel kepada Azam.

"Benarkah, aku harus tetap hidup, demi Namira?" Azam kembali meneteskan air matanya, pria itu merasakan kesakitan yang teramat dalam, kini dia mengingat kembali bahwa orang yang paling dia Sayang, yang kini telah menggugat cerai dirinya.

Selama ini ia mencari Izma ke mana-mana, tetapi pada saat Izma ditemukan, malah perceraian yang dia dapatkan. Suami Mana yang tidak merasa tersakiti tatkala melihat istri yang paling dicintai harus pergi meninggalkannya.

"Tapi rasanya sangat sakit Dokter. Entahlah apa yang harus aku lakukan untuk menghilangkan rasa sakit yang sangat menyiksa ini," kata Azam dengan tetesan air matanya.

"Aku tidak bisa memberi saran apapun, karena hatimulah yang akan menentukan, bagaimana caramu menyembuhkan diri, dan waktu yang akan menjawabnya," kata Dokter Daniel dengan senyumannya.

"Aku sangat mencintai Izma, aku masih mencintai dia. Bagaimana caraku melupakannya. Aku pun tidak tahu yang ada di hatiku hanyalah dia, mengenang saja sudah membuat aku bahagia. Tetapi mengingat bahwa kami akan segera bercerai semuanya terasa sangat hampa, hatiku seolah hancur. Aku tak mau hidup lagi kalau seperti ini," Azam benar-benar menangis dia tidak tahu bagaimana caranya untuk menahan semua air mata itu.

Terlalu sakit untuk dia tahan semua derita itu. Pria yang sudah 5 tahun

menanti kabar dari sang istri, mencari ke seluruh pelosok kini bahkan bisa bertemu tetapi sayangnya mereka harus berpisah kembali.

"Kamu harus segera melupakannya, tidak boleh kamu terus-terusan menjadi laki-laki cengeng seperti ini, aku baru pertama melihat laki-laki yang menangis seperti dirimu, berusaha tegar dan kuat demi anakmu, Namira," kata Dokter Daniel kepada Azam.

"Tidak semudah itu Profesor, semuanya teramat sakit, aku tidak sanggup untuk melanjutkan hidup ini, jika sesakit ini rasanya ditinggalkan." Azam kembali meneteskan air matanya, pria itu terlihat begitu rapuh menghadapi perceraian yang akan terjadi.

"Harus seperti apa lagi? Bahkan surat cerai akan segera datang, kamu mau menyetujui atau tidak menyetujui percaya suratnya sudah mulai di proses. Sekarang kamu tinggal memilih saja, berdo'a kepada Tuhan agar segera melupakan dia, dan mendapat mendapatkan wanita lain yang bisa kamu simpan di sisimu," kata Dokter Daniel sambil memberikan beberapa foto perempuan kepada Azan.

Sepertinya Profesor itu ingin mengenalkan Azam kepada salah satu mahasiswanya. Namun Azam seolah-olah tidak tertarik sama sekali dan mengabaikan foto-foto tersebut.

"Setidaknya lihatlah dulu. Lihatlah ada banyak wanita cantik di dunia ini bukan cuma Izma." Dokter Daniel kembali memperlihatkan beberapa foto gadis cantik.

"Tidak Dokter aku hanya ini Izma, aku ingin dia," lirih Azam dengan penuh Sembilu.

"Izma sudah pergi, dia tidak ingin bersamamu lagi, untuk apa terus mengharapkan orang yang tidak ingin tinggal di sisimu," tangkas Dokter Daniel dengan nada yang sedikit kencang.

"Aku pasti akan mendapatkannya lagi, aku pasti akan mendapatkan Izma, aku sangat mencintainya. Tolonglah aku, aku harus bagaimana?" Pria itu benar-benar terlihat frustasi, baru saja sembuh dari koma, terbangun dari kecelakaan dia marah mendapatkan musibah yang lebih banyak dan sebesar itu, bertemu dengan Izma dan segera ditinggalkan oleh wanita tersebut. Mungkin Takdir Azam saat ini. Azam harus membalas semua yang sudah diperbuat di masa lalu.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel