Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2 : Hamil Apaan

Tanpa diduga, wajah Janus langsung merah padam. "Apa katamu?" dia bertanya dengan ekpresi menakutkan. “Kau jangan menahan aku dengan jebakan seperti ini!” tandasnya. Suaranya mulai gemetar. “Hamil apaan?”

“Kau tidak mungkin hamil, kau selalu minum obat itu, kan?”

Reaksi ini tak diduga oleh Fey sebelumnya. Jantung Fey langsung berdebar kencang karena kaget dan bercampur takut, tapi karena sudah terlanjur bicara dia memberanikan diri untuk mengulangi kata-katanya "Iya….Aku hamil."

Tanpa berpikir, Janus langsung membalas “Gugurkan!”

“Gugurkan janin itu!”serunya dengan suara yang keras. “Bukankah kita sudah sepakat, pernikahan ini hanya sementara dan tidak ada anak yang lahir.”

Fey sudah menduga kalau dia akan mendengar kata-kata yang tidak mengenakkan telinganya itu. Apa yang dikatakan Janus memang benar, hubungan mereka hanya sementara saja. Sikapnya itu juga sudah diperjelas dengan obat anti hamil yang selalu dia siapkan Janus untuknya.

Fey terdiam beberapa saat untuk menenangkan hatinya. Tapi …. kalau harus mengugurkan anak?

Sungguh perbuatan yang bejad. Hati Fey sakit memikirkan kenyataan ini tapi dia berusaha menyembunyikannya dengan tawanya "Ups.....!"

"Apa yang kau tertawakan?" Janus melihat ekpresinya yang aneh dengan jengkel.

"Tapi boong. Aku tidak hamil, kok. Aku bilang begitu agar kau tidak menceraikan aku." katanya dengan begitu santainya, tapi hatinya sakit.

"Aku tahu. Makanya aku juga bilang begitu. Lagian mana mungkin kau hamil, kau minum obat yang aku siapkan untukmu, kan?" katanya, masih dengan sikapnya yang santai.

Fey mengangguk. "Ya. Aku selalu minum pil yang kau berikan. Tadi itu cuma boong, kok.”

Dia terpaksa menarik ucapannya karena jika dia tidak menyangkalnya, anak itu mungkin akan dikeluarkan secara paksa oleh Janus. mana mungkin dia bisa menerimanya karena Fey tahu, cinta pria ini bukan untuknya.

Hubungan yang mereka jalani selama ini hanya sebatas mencari kepuasan biologis belaka. Janus yang sudah kecanduan film dewasa sejak masih SMP butuh pelampiasan agar otaknya tidak meledak.

Justru yang tidak bisa dipercaya, Fey mau melakukannya karena dia sudah tergila-gila denganya. Meskipun pernikahan itu hanya di bawah tangan, hanya mereka berdua saja yang tahu, tidak masalah baginya. Yang penting dia bisa hidup dengan Janus dan bisa merasakan bagaimana hangatnya pria ini ketika mereka di tempat tidur, itu sudah membuat Fey bahagia.

Janus tampak menghela napas lega. Dia tidak ingin Fey hamil karena anak itu akan menjadi penghalang baginya untuk bisa bersama Hawke.

"Ini yang terbaik untuk kita, Fey. Aku tidak ingin ada masalah antara aku dan Hawke. Lagi pula, jika kau benar-benar hamil, bagaimana dengan hidupmu di kemudian hari? Tidak ada yang boleh tahu kalau kita menikah di bawah tangan, siapapun itu. Jadi, Apa ada pria yang mau menikah dengan wanita yang punya anak tanpa status yang jelas? Aku ingin, setelah hubungan ini selesai, kau bisa mendapatkan pria yang benar-benar mencintai kamu,"

“Pria yang benar-benar mencintai kamu?”

Fey mengulang kalimat terakhir yang diucapkan Janus dalam hati. Hatinya merasa pahit.

Mana mungkin? Jika pun ada, Fey tidak akan bisa menerima begitu saja karena pria yang dia inginkan dalam hidupnya hanya satu, Janus seorang.

Fey memaksakan diri untuk tersenyum. “Kau tidak perlu khawatir. Setelah ini, aku akan baik-baik saja,"

Karena suasana hatinya membaik lagi. Dia memeluk Fey lebih erat. Tangannya memijat dada Fey yang lembut pada bagian ujungnya. Dia bertanya, “Apa yang akan kau lakukan setelah kita bercerai?"

Seperti anak kucing yang keenakan di elus-elus, Fey memejamkan matanya dan bersandar ke pelukannya. “Aku akan di sini. Aku mau cari kerja dan melanjutkan kuliah,”

Sama seperti Janus, Fey juga kuliah di jurusan hubungan internasional. Dia memilih kampus yang sama dan satu jurusan dengan Janus bukan karena dia minat di bidang itu tapi karena alasan yang sama, karena Fey selalu menjadi asisten Janus dalam menyelesaikan seluruh tugas kuliahnya.

Fey melakukan ini sejak mereka SD, sejak Fey diadopsi oleh keluarga Januar karena orang tua angkatnya yang merupakan adik kandung dari ayahnya Janus meninggal dunia.

Saat ini, Fey sudah menyelesaikan kuliahnya. Dia sudah sidang skripsi dan tinggal menunggu wisudah saja. Setelah menikah diam-diam dengan Janus, dia tidak diijinkan Janus bekerja di perusahaan keluarganya.

Janus tidak mau Fey terjun ke perusahaan keluarganya karena akan sulit baginya untuk bisa mengendalikan dirinya jika bertemu gadis ini.

Dia pikir, Fey yang polos dan punya otak yang cerdas dan pasti akan lebih berkembang darinya dan Janus tidak mau jika orang-orang di sekitarnya mengagumi Fey daripada dirinya. Dia juga tidak mau melihat ada pria yang menggoda Fey. Karena menurutnya, mainan kesayangannya hanya akan menjadi miliknya seorang. Orang boleh memilikinya jika dia sudah tidak membutuhkannya lagi.

Tapi sekarang dia akan memberikan kebebasan pada Fey. Jika dia mau bekerja di perusahaan keluarganya, dia tidak akan melarang. Jika Fey mencari kerja di luar, itu juga tidak menjadi masalah. Dia tidak perlu terlalu picik pada gadis ini karena sudah ada Hawke yang akan menggantikan posisinya.

“Baiklah, setelah ini, kau boleh membantu aku mengelola perusahaan karena Nenek sudah berkali-kali minta kau ikut andil mengurus perusahaan kita, kan? Atau aku akan merekomendasikan kamu di tempat yang kau sukai. Dengan kemampuan akademik yang kau miliki, kau tidak akan susah mendapatkan pekerjaan yang kau inginkan," katanya dengan suara yang sedikit dingin.

Fey tidak menyangka dia akan mengucapkan kata-kata itu dengan entengnya setelah apa yang dia lakukan selama ini. Fey jadi bingung. Dia tidak tahu apakah harus senang atau sedih berada dalam situasi yang seperti ini. Dia tersenyum dan berkata, “Aku belum tau akan melamar di mana? Yang jelas aku tidak akan bergabung denganmu. Tapi ini bukan masalah, aku bisa mengatasinya. Kau tidak perlu khawatir,"

"Tapi bagaimana jika Nenek bertanya? Alasan apa yang harus kita katakan jika dia bertanya kenapa kau mencari pekerjaan di tempat lain sedangkan kau sangat dibutuhkan di perusahaan?"

Ini juga yang paling menyusahkan Janus.

Sudah jelas Nenek tidak akan pernah menyetujui Fey bekerja di tempat lain karena perusahaan itu juga menjadi miliknya.

Keluarga Januar hanya memiliki dua anak saja. Jasfer, papa kandung Janus sebagai anak tertua dan Jewelia, mamanya Fey. Tapi karena Jewel dan suaminya tidak dikaruniai anak, dia mengadopsi Fey sejak kecil sebagai satu-satunya anak dalam keluarga mereka.

Fey tumbuh dengan kasih sayang yang berlimpah dari kedua orang tuanya. Sayangnya, ketika Fey berusia 8 tahun, orang tuanya meninggal. Fey Langsung di asuh oleh orang tua Janus dan mereka tinggal bersama. Jasfer dan istrinya sangat menyayangi Fey, sama seperti putra semata wayangnya.

"Aku yang akan menjelaskan ke nenek. Aku yakin, dia tidak akan keberatan, kok. Lagi pula, itu bukan hal yang penting karena siapalah aku dalam keluarga. Kau yang lebih berhak mewarisi semua karena aku bukan darah daging keluarga Januar,"

Janus merenung sebentar dan berkata, "Baiklah. Apapun pilihanmu, aku tidak masalah. Aku juga akan memberikan apa yang menjadi bagianmu meskipun kau tidak bekerja di perusahaan kita,"

“Uang lagi,” pikir Fey dengan senyum pahit.

“Apa dia tidak tahu, aku hanya menginginkan dirinya, bukan uangnya?”

Yang Fey inginkan Janus menjadi miliknya sampai maut memisahkan dan itu tidak pernah disadari olehnya. Hampir tiga tahun mereka terikat dalam satu janji suci, selama itu juga, Janus hanya akan datang padanya jika menginginkan tubuhnya.

"Baiklah, aku percaya padamu," ucapnya pelan.

Seakan malam ini akan menjadi malam terakhir bagi kebersamaan mereka, Fey harus memanfaatkan kesempatan ini untuk menikmati kebersamaan mereka. Fey mengangkat kepalanya dan mencium jakun Janus. Tindakannya itu adalah sebuah rayuan. Janus tidak pernah menolak sentuhan Fey yang selalu membuatnya tergoda.

Matanya menjadi berembun dan dia langsung berbalik. Menekan Fey ke tempat tidur sementara bibirnya membentuk senyuman nakal. "Kita akhiri dengan indah. Malam ini, aku akan membuatnya menjadi malam yang tak akan terlupakan untukmu."

Fey tak mau kalah. Dia mengulurkan tangannya yang ramping dan lembut dan mengaitkannya di leher Janus. Kakinya yang cantik dan ramping juga segera melingkar di pinggangnya yang berotot.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel