Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 7 Hal yang Ditakutkan Roy

"Ga papa. Nikah siri dulu, tapi janji ya bakal nikahin aku secara resmi,"

"Pasti sayang. Terus gimana kedua orang tuamu. Kamu sudah kasih kabar ke mereka," tanya Roy sambil mengenggam erat tangan Heni.

Seketika Heni terlihat gugup, ia mengalihkan pandangan kearah lain.

"Emm. Nanti aku telpon mereka. Mas tau sendiri kan ayah dan ibu aku orang sibuk semua. Mereka masih di luar negeri," ucap Heni dengan wajah sedikit pias.

"Kamu sakit? Kok muka kamu pucet gitu sayang." Roy menatap wajah Heni lamat-lamat.

"Engga. Aku mungkin kangen kamu, Mas." Heni tersenyum genit.

Melihat Heni memberi kode, Roy pun sangat gemas ingin segera menerkamnya. Tanpa basa basi Roy segera menutup dan mengunci pintu utama. Ia segera menggendong heni menuju ke kamarnya.

Heni di baringkan dengan hati-hati di kasur empuk ukuran king size, kamar yang luas dilengkapi lemari pakaian, meja rias serta kamar mandi didalam membuat Heni berdecak kagum.

"Kamu kenapa, sayang? Maaf ya mungkin kamarnya tak seluas kamar mu dirumah." Ucap Roy sambil mengelus kepala Heni lembut.

"Ga papa, mas." Ucap Heni.

"Sayang, mas kangen." Bisik Roy ditelinga Heni mesra.

Heni hanya tersipu malu-malu mendengar ucapan Roy, ia tau apa maksud ucapan Roy, Heni pun menginginkan hal sama.

Roy mulai memeluk mesra Heni, ia membalikkan badan Heni kehadapannya. Tangan Roy mulai lincah menjelajahi setiap lekuk tubuh heni. Heni sesekali mengeliat geli karena tingkah Roy. Membuat Roy lebih bersemangat menjalankan aksinya.

"Sayang, terimakasih yah," ucap Roy sambil memeluk Heni dari belakang setelah mereka melakukan pergumulan yang melelahkan.

"Kamu puas?" Tanya Heni mengegam erat tangan kekar Roy yang melingkar ditubuh polosnya dibalik selimut.

"Puas banget! Service kamu paling sempurna. Ga kaya sari." Roy mengecup berkali-kali pucuk kepala Heni.

"Mas, juga." Heni memuji Roy.

"Lagi, yuk." Ucap Roy, tanpa menunggu persetujuan Heni. Roy melakukan hal itu lagi. Mereka bergumul untuk kedua kalinya, seolah tak pernah bosan melakukan hal itu.

Tok .tok. tok

Ketukan keras dipintu membuat sepasang manusia yang sedang di mabuk asmara saling pandang.

"Siapa mas?" Ucap Heni dengan wajah panik.

"Mas, ga tau." Ucap Roy dengan wajah terlihat panik juga.

Tok. tok. tok.

Lagi pintu di ketuk dengan keras, Roy pun segera keluar dari selimut dan memunguti pakaian yang telah berserakan di lantai kemudian segera memakainya.

"Kamu sini aja, sayang." Ucap Roy pada Heni yang masih berbaring dikasur.

"Cepat kembali." Ucap Heni dengan seulas senyum manis.

"Pasti." Roy pun melangkah menuju pintu dengan perasaan penasaran.

"Siapa yang datang. Ganggu aja." Roni mendecak kesal sambil berjalan keluar kamar

Tok. tok. tok.

"Sari!"

"Roy!"

Degh.

Suara itu, seketika tubuh Roy bergetar hebat mendengar suara yang tak asing di telinganya. Roy segera membalikkan tubuhnya, tapi terlambat.

"Roy, buka pintunya!" Teriak seseorang dari luar yang sedang mengintip di balik jendela.

Tubuh Roy semakin bergetar, keringat dingin mulai mengaliri tubuhnya. Jantungnya berdegup kencang, dengan langkah dipaksa Roy mendekati daun pintu.

Ia membuka daun pintu dengan rasa yang tak karuan. "Aduh! Mati aku" gumam Roy lirih sambil akhirnya pintu di buka.

"Lama bener buka pintunya." Ucap seseorang dibalik pintu dengan senyum sumringah.

Roy menelan Saliva dengan susah payah melihat dua orang berdiri di hadapannya. Roy pun tersenyum dipaksa, wajahnya berubah pucat pasi. Ada ketakutan luar biasa memenuhi rongga dadanya.

"Ayah. Ibu ..."

Roy sangat gugup melihat kedua orangtuanya sudah berdiri dihadapan.

"Mana Sari?" tanya Lasmi, Ibu kandung Roy itu langsung masuk, tanpa basa-basi dengan berjalan menyingkirkan tubuh sang anak yang menghalangi pintu.

Karto, Ayah Roy pun mengekor yang istri masuk kedalam. Roy masih terpaku menetralisir jantung yang berdetak kencang.

"Sari!" teriak Bu Lasmi memanggil menantu kesayangannya itu.

Seketika Roy pun sadar bahwa dikamar ada Heni. Ia segera lari masuk kedalam menyusul kedua orang tuanya, takut jika ketahuan.

"Ayah, Ibu datang kok ga kabarin Roy? Kan Roy bisa jemput." Roy mencoba mengalihkan pandangan kedua orangtuanya itu.

"Mana mantu dan cucu-cucu ibu," wanita paruh baya itu melotot menatap sang anak.

Roy tampak gelagapan di tatap oleh ibunya seperti itu.

"Ibu ini maksa dari kemaren mau kesini katanya perasaannya ga enak. Pengen ketemu mantu sama cucu." Ayah Roy ikut bersuara.

Roy menggaruk tengkuknya yang tak gatal, sambil berpikir mencari alasan kepergian Sari.

"Hemm, Sari sama anak-anak lagi pergi kerumah Karin, Bu," ucap Roy gugup.

"Nginap?" Tanya Bu Lasmi

"Iy-iya, Bu?"

"Tak biasanya Sari seperti itu. Kenapa? Kalian bertengkar?" ucap Bu Lasmi sambil menelisik Roy mencari sebuah kejujuran.

"Engga, Bu. Karin ada acara," ucap Roy berbohong.

"Ya sudah! Kapan mereka balik?" Tanya Bu Lasmi.

"Seminggu lagi." Ucap Roy penuh keyakinan.

"Kita pulang aja, Bu. Nanti kita kesini lagi." Ajak pak Karto pada istrinya.

Mendengar ucapan sang ayah, Roy merasa sedikit lega.

"Nanti, yah. Ibu masih capek! Apa ayah ga capek nyetir?" Ibu pun duduk di sofa empuk.

Sang suami menggangguk dan mengikuti sang istri duduk di sebelahnya.

Roy berusaha tetap tenang dihadapan kedua orangtuanya, sebenarnya hatinya sangat gelisah, ia takut jika Heni tiba-tiba keluar dari kamarnya.

"Kamu mau kemana, Roy? tanya sang ibu. Ketika ia melihat Roy beranjak dari tempat duduknya. Menyadari sang anak yang terlihat gelisah, ayah dan ibunya sedikit curiga.

"Bi-bikin minum, Bu." Roy mengusap keringat yang membanjiri dahinya.

"Kamu kenapa wajahnya pucat?" tanya sang Ayah melihat wajah anaknya terlihat agak pucat.

"Ga papa yah. Roy bikin minum dulu ya kebelakang," ucap Roy sambil beranjak.

"Ga usah. Kamu duduk sini aja temenin ayah dan ibu. Lagian kami ga haus." Bu Lasmi segera menarik lengan anaknya dan mendudukkannya kembali.

"Kamu kenapa keliatan gelisah gitu? Ada yang kamu tutupin dari kami?" Bu Lasmi memicingkan mata menatap wajah Roy.

Jantung Roy semakin berdebar kencang mendapat pertanyaan dari ibunya.

"Roy ga enak badan aja Bu," ucap Roy berbohong.

"Yo wes, kita pulang aja yok, pak! Biar Roy istirahat," ucap sang ibu sambil menggandeng tangan suaminya beranjak dari tempat duduk.

'huh' Roy bernafas lega mendengar ibu dan ayahnya akan pulang.

"Mas. Ada siapa? Kok kamu lama."

Seketika jantung Roy terasa berhenti berdetak mendengar teriakan Heni dari dalam kamar. Roy terpaku melirik kearah ibu dan ayahnya.

Mendengar ada suara seorang wanita berteriak membuat langkah ibu dan ayah Roy berhenti. Mereka saling tatapan, heran.

"Siapa itu?" tanya bu Lasmi menatap tajam kearah Roy.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel