Part 9
Gavin menyelimuti tubuh polos Tisha, tampak raut kelelahan dari wajahnya. ia kecup kening sang adik dengan sayang, setelah itu ia bangkit untuk membersihkan tubuhnya.
Kalian pasti berpikir jika mereka berdua sudah berhubungan intim bukan? tapi kenyataannya tidak!
Gavin memang melepaskan semua pakaian yang melekat di tubuh Tisha, ia cumbu semua tubuh adiknya habis-habisan. sangking bernafsunya membuat tubuh Tisha memiliki banyak tanda hasil perbuatan Gavin, terlebih di bagian leher dan dada, semua tak luput dari perhatian Gavin.
Dan untuk pertama kalinya Gavin menjadi pria brengsek sekaligus kakak yang tidak tau diri, karena dengan lancang dan gairahnya yang tersulut. ia melebarkan paha adiknya hingga terpampang lah milik adiknya yang indah, ia cumbu dengan semangat sampai Tisha menjerit nikmat mendapatkan orgasmenya, yang langsung Gavin hisap habis.
Setelahnya Tisha kelelahan dan tertidur, Gavin tersenyum melihatnya meskipun tidak sepenuhnya ia merasa terpuaskan. dan untuk itu ia melanjutkan permainannya di kamar mandi, bermain solo dengan tangan dan sabun.
Sambil terus bermain solo Gavin membayangkan seakan-akan jika dia tengah berhubungan intim dengan Tisha, betapa besar hasratnya untuk memasuki sang adik, namun akal sehatnya kembali menyadarkan dirinya pada kenyataan.
Suara erangan panjang menandakan jika Gavin telah sampai puncaknya, ia merasa lega bisa menuntaskannya.
Dengan cepat ia membersihkan tubuhnya, memakai pakaian yang tadi. lalu keluar menuju kamarnya dimana masih ada Sekar, Gavin melihat Sekar yang tidur meringkuk seperti janin dengan selimut yang menutupi tubuh polosnya.
"Kenapa kau belum pulang?" tanyanya ketus.
Tidak ada sahutan dari wanita itu, Gavin pun enggan untuk bertanya lagi, kembali ia melangkah keluar dari kamarnya dan memilih tidur di sofa ruang tamu. bukannya tidak ingin masuk ke kamar Tisha, tapi ia takut jika nanti lepas kendali lagi, bisa-bisa malam ini juga ia menjebol keperawanan sang adik.
∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆
Tisha bangun dan meraba tempat di sisi kasurnya, ia mengernyit karena tidak merasakan tubuh kakaknya di sampingnya.
Ia menurunkan selimut di tubuhnya, merasa aneh karena tubuhnya terasa ringan, ia meraba tubuhnya sendiri sampai ke bawah dan kaget, Tisha menyadari jika dirinya telanjang.
Ia memutar kembali ingatannya kenapa bisa telanjang, dan seketika pipinya bersemu merah malu. dia dan sang kakak begitu intim tadi malam, meski pun tidak bisa melihat tapi Tisha bisa merasakannya, dan itu sangat nikmat.
Ia menutup mulutnya tak percaya, apakah dirinya sudah gila melakukan tindakan terlarang bersama kakaknya?
Tak mau jika semakin berpikiran kotor, Tisha pun bangkit dari ranjang dengan perlahan tidak sadar dengan ketelanjangannya. meraba-raba saat berjalan menuju lemari, mencari-cari pakaiannya. setelah mendapatkan sepasang pakaian dalam dan luarnya, Tisha memakainya sesuai nalurinya, setelah selesai ia keluar dari kamarnya dengan masih meraba-raba dan berjalan tertatih karena kakinya yang terluka.
"Kakak...." panggilnya.
Gavin yang tidur di ruang tamu pun merasa terusik dengan panggilan Tisha, ia duduk di sofa dan menatap adiknya yang berjalan sambil memanggil-manggil namanya.
"Tisha, kakak disini!" ucapnya memberi tau keberadaannya.
Tisha mendengar suara Gavin dari arah sofa ruang tamu, dengan hati-hati ia berjalan menuju ke situ.
Gavin langsung menggapai tubuh sang adik begitu sampai di dekatnya, Tisha merasa senang sekali mendapatkan kembali perlakuan manis dari Gavin.
"Terima kasih untuk tadi malam sayang, rasamu begitu nikmat." Tisha meringis mendengar perkataan vulgar kakaknya.
"Kakak, apakah kita tidak berdosa melakukan hal seperti itu?" tanya Tisha malu ingin menyebutkan kata seintim itu.
"Apa kau menyesal?"
"Emmh, tidak kak, a-aku sangat menyukainya."
"Kalau begitu nikmati saja!" perintah gila dari Gavin.
"Kakak, apakah kita sudah melakukannya?"
"Melakukan apa?"
"Uhm... seperti yang di lakukan sepasang suami istri." ucap Tisha sangat pelan.
Gavin mencerna ucapan adiknya, dan seketika tertawa kencang.
"Kenapa ketawa kak?"
"Adik ku begitu polos dan lucu sekali, berhubungan intim maksudmu kan?" Tisha mengangguk menundukkan kepalanya.
Gavin terkekeh melihat tingkah laku adiknya. "tidak sayang, jika kita sudah melakukannya, pasti kamu akan merasakan sakit di bagian bawah organ intim kamu."
"Begitukah?" tanya Tisha masih penasaran plus bingung.
"Iya sayang."
"Pantesan aja dulu teman-teman sekolah Tisha, pernah bercerita kalau mereka udah pernah ngelakuin itu sama pacar mereka."
"Mereka bilang apa?"
"Mereka bilang awalnya sakit banget, tapi lama kelamaan enak kak." Gavin mendengarkan ucapan adiknya.
Tisha bergerak yang malah semakin merapatkan tubuhnya ke tubuh Gavin, Gavin meringis menahan hasrat seksualnya.
"Kakak mau bersiap dulu." ucapnya menjauhkan tubuh Tisha.
Cepat-cepat Gavin berdiri meninggalkan Tisha, sayup-sayup Tisha mendengar suara menangis seseorang.
Ia mencari sumber suara yang berasal dari kamar kakaknya, ia buka pintu kamar kakaknya, dan benar suara tangis itu berasal dari sini.
Tisha sebenarnya tau jika Sekar lah yang menangis, karena tadi malam tak sengaja ia memergoki suara percakapan kakaknya dengan seorang wanita, dari pendengarannya Tisha tau jika itu suara Sekar. dan itulah alasan yang membuat gelas yang ia pegang jatuh karena syoknya.
Namun Tisha pikir Sekar langsung pulang tadi malam, nyatanya tidak, itu berarti... apakah kakaknya dan Sekar sudah?
