Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 9

Kini tinggallah Johan dan El disana, El yang masih melambaikan tangannya sampai mobil itu hilang dari pandangannya barulah ia menurunkan tangannya.

"Jangan menyusahkan ku" ucap Johan melebarkan matanya, namun tidak berefek bagi El. Malah menganggapnya lucu.

Masuk kedalam rumah untuk bersiap karena akan pergi sesuai dengan apa yang disampaikannya kepada Erik, menghabiskan waktunya dengan berjalan-jalan adalah keinginannya jika Erik sedang sibuk diperusahaan keluarganya.

Selama perjalanan tidak ada yang berbicara dua-duanya sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Aku mau ketempat yang kemarin" ucap El namun tidak mengalihkan pandangannya kearah depan.

Terdengar decakan dari mulut Johan

"Kau sudah ratusan kali bahkan lebih kesana, kenapa tidak tempat yang lain saja. Aku saja bosan melewati tempat itu" ucap Johan yang masih fokus menatap jalanan.

El hanya tersenyum menatap jalanan, melihat mobil yang berlalu lalang, pikirannya pun ikut melayang, disatu hari yang membuatnya tidak pernah mau jauh-jauh dari tempat yang membuatnya merasa takjub.

"Kamu disini aja ya" ucap wanita muda itu kepada anak kecil bermata bulat itu yang terus saja menatapnya dengan tatapan polosnya.

"Mami mau kemana?" Tanyanya sembari menggaruk pipi gembulnya yang terasa gatal.

Wanita muda yang dipanggil mami itu tersenyum manis mengelus surai lembut sang anak

"Mami mau pergi dulu kesana" tunjuk nya kearah jalanan yang banyak mobil berlalu lalang. "Bentar aja, kamu mau es krim kan? nanti mami balik lagi bawain es krim lima sama kamu" sontak saja membuat mata bulat berbinar itu semakin terlihat indah saat wajah takjubnya terpasang mendengar es krim lima yang akan di berikan maminya kepadanya saat kembali nanti.

Menatap kearah yang semula ditunjuk wanita itu kemudian menatap maminya kembali "Kenapa kita enggak sama-sama aja kesananya?" Tanyanya dengan raut polosnya.

"Disana banyak mobil nanti mami kesusahan untuk lewat kalau bawa kamu, boleh ya?" Rayunya mengelus pipi tembem sang anak.

Tidak langsung menjawab gadis kecil itu berpikir terlebih dahulu, setelah beberapa menit barulah ia mengangguk dengan deretan gigi susu yang masih empat biji.

"Jangan lama-lama ya, mi" ucapnya tersenyum kearah wanita muda itu.

"Iya gak akan, mami bakal cepat-cepat balik trus bawain kamu es krim lima" ucapnya kemudian berbalik melangkah kearah jalanan yang ia tunjuk kepada sang anak.

Melihat tubuh sang mami semakin lama semakin menjauh, terbesit pikiran untuk mengikuti langkah sang mami, namun seperti ada yang menahan tubuhnya.

"Bear, mami bakal bawain aku es krim lima" ucapnya kepada boneka beruang yang terlalu besar dari tubuhnya.

Belum lama menunggu tiba-tiba tubuhnya diangkat oleh pria yang adalah Daddy-nya, mencium pipi gadis kecil itu dengan raut khawatir serta jejak air mata yang tertinggal diwajah tegas pria itu.

"Daddy udah pulang?" Tanya gadis kecil itu menatap raut wajah sang Daddy.

"Sudah sayang, Daddy sudah pulang" jawab sang Daddy dengan bibir bergetar seakan menahan Isak tangis yang akan keluar.

"Yeyeyey, Daddy pulang berarti aku bisa bermain bareng Daddy sama mami dong, yeyeyey. Bear hari ini Daddy cepat pulangnya" ucap gadis kecil itu memukul-mukul wajah sang Daddy dengan tangan kecil miliknya kelewat senang karena akhirnya Daddy cepat pulang dari biasanya.

"Mami udah pulang?" Tanyanya sembari melihat kearah jalanan yang ditunjuk sang mami yang akan pergi kesana, terlihat banyak orang yang satu- persatu mulai pergi dari kerumunan itu.

"Iya, mami udah pulang" jawab Daddy dengan senyum yang terpaksa ia pancarkan.

Sejak dari itu gadis kecil yang semakin hari bertumbuh dewasa menjadi gadis cantik yang sangat mempesona tidak pernah melihat kehadiran sang mami dirumahnya lagi, saat pulang dari taman terakhir kali pun hanya ada banyak orang yang sudah berkumpul dirumahnya dengan satu orang yang diletakkan ditengah-tengah.

Setalah usianya menginjak dua belas tahun barulah ia tau ternyata sang mami sudah meninggal, karena tertabrak mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi.

Namun janji yang masih saja diingat sampai usianya dua puluh tiga tahun tetap saja jelas diingatannya, masih berharap sang mami akan kembali membawakan lima es krim yang pernah dijanjikan kepadanya, bertahun-tahun ia selalu berkunjung ditempat itu tidak pernah bosan menatap kearah jalanan yang pernah ditunjuk kepadanya.

"Belikan aku es krim" ucap El setalah mendudukkan tubuhnya diatas rumput hijau taman itu dengan posisi yang sama seperti hari-hari kemarin ia mendatangi tempat itu, membuat Johan yang selalu saja menjadi temannya mengunjungi tempat itu sampai paham rasa dan berapa es krim yang diinginkan El.

Menatap punggung tegap yang semakin lama semakin menjauh itu membuat El menjiadi teringat punggung sang mami waktu dulu pergi ke arah yang sama seperti Johan, namun bedanya Johan kembali membawakan lima es krim yang sama yang dia inginkan bukan seperti maminya yang tidak pernah kembali sampai detik ini juga.

Jelas dia sangat merindukan sang mami, banyak hal yang ingin ia habiskan bersama, bercerita bagaimana kehidupannya dan kesulitannya. Namun sepertinya itu hanyalah angan yang tentu tidak akan pernah terjadi lagi, maminya telah pergi untuk selamanya ab tidak akan pernah kembali lagi.

"Saat usiaku enam tahun ditempat ini aku melihat banyak kerumunan orang diarah sana, dan menjadi akhir dari kebersamaan ku bersama mami" ucap El tanpa diminta, padahal setiap kali mereka ke sana Johan selalu bertanya mengapa El selalu melakukan hal yang sama berulangkali, seperti tidak bosan apalagi memandangi jalanan yang tidak pernah sepi meskipun tengah maalh sekalipun.

"Dia berjanji akan membawakan ku lima es krim saat kembali nanti" ucapnya tersenyum getir.

"Tapi sampai hari ini, dia tidak kembali" ucapnya diakhiri kekehan serta kepala yang menunduk kebawah, tidak membiarkan satupun orang yang melihatnya menangis.

Johan yang mendengarnya mengambil kesimpulan bahwa El selalu meminta ke sini adalah karena ingin menagih janji sang mami yang akan kembali membawakan lima es krim kepadanya.

Menatap kearah El yang sudah menundukkan kepadanya "Kau masih beruntung bisa melihat mami mu walau hanya sebentar, bagaimana denganku yang tidak sama sekali, bahkan ayahku saja aku tidak tau siapa dia apakah dia masih hidup atau sudah mati sama seperti ibuku ketika melahirkan ku ke dunia ini" ucap Johan menatap kearah depan, banyak sekali yang terjadi dihidupnya namun berusaha ia tutupi agar tidak ada satupun orang yang berbuat untuk mengasihaninya, cukuplah waktu dulu saat ia masih kecil, ia pikir kebaikan orang dengan sukarela kepadanya adalah semacam bentuk toleran kepada sesama manusia ternyata karena merasa kasihan dengan nasibnya yang begitu menyedihkan mulai dari situlah dia tak menginginkan ada orang yang mengasihaninya.

El menatap kearah Johan yang tersenyum kearah depan menunggu ucapan Johan yang selanjutnya "aku hidup dijalanan, kau tau? itu seperti dineraka tidak ada ketenangan. Hanya ada dua pilihan jika kau ingin perutmu tetap terisi maka mencuri lah karena disana tidak ada pengamen yang bertahan hidup dan jika tidak maka biarkanlah tubuhmu dimakan habis oleh anjing jalanan, itu sangat menyedihkan. Setiap harinya tubuhku dipukuli karena aku mencuri uang orang" menelan salivanya yang terasa sulit saat sekelebat bayangan dimana dirinya dirajam habis-habisan saat mencuri uang dari salah satu anak orang kaya yang lewat didepannya. Seperti mimpi buruk yang tidak pernah ia harapkan, tidak ada yang merasa kasihan kepadanya saat semua orang melemparinya dengan batu, hingga saat hujan tiba-tiba turun membasahi bumi barulah orang-orang itu berhenti melempari nya, dari situlah ia percaya ada kehidupan untuk kedua kalinya setelah penyiksaan. Karena sejak itu hidupnya mendapatkan keberuntungan karena diasuh oleh seorang pastor dirumahnya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel