Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4 Niat Membunuh Menyebar

"Kakak Kedua, aku mohon. Dia itu keponakanmu. Aku mohon."

"Keponakan apanya, anak haram itu tidak ada hubungannya denganku! Lain kali jangan telepon lagi!"

Tut, tut, tut....

Melihat panggilan telepon yang ditutup, Shen Xue menggertakkan giginya, matanya berkaca-kaca, tetapi dia tahu bahwa dia harus kuat.

Dia menarik napas dalam-dalam lalu menelepon lagi.

Namun, lima menit kemudian, dia berlutut di lantai dengan tatapan kosong. Rohnya seolah ditarik dari tubuhnya.

Dia menelepon beberapa saudara, tetapi mereka tidak bersedia membantu selain memakinya.

Mereka jelas memiliki kemampuan untuk membantu, tetapi mereka tidak mau.

Ketika mereka menipunya untuk menyerahkan warisan harta keluarga, semua janji mereka hanyalah buaian saja.

Jika masalah hari ini tidak terjadi, dia tidak akan peduli, karena dia melepaskan haknya untuk mewarisi harta keluarga saat itu agar putrinya dapat pergi hidup-hidup.

Tapi sekarang....

"Kenapa? Bagaimana kalian bisa begitu kejam?!" Suara Shen Xue keluar dari sela-sela giginya. Dia masih mengatupkan giginya dengan mata berkaca-kaca. Dia melihat nama di ponsel yang membuatnya merasa jijik sambil meremasnya dengan erat.

'Apa aku harus meneleponnya? Aku harus telepon. Aku ingin menyelamatkan putriku!'

Pada saat ini, seseorang muncul dari belokan. Dia melihat Shen Xue yang putus asa, kemudian berjongkok.

"Ada aku. Percayalah padaku," bisiknya.

Shen Xue mengangkat kepalanya dan melihat wajah yang dia rindukan dan benci selama lebih dari lima tahun. Wajah itu masih semuda dulu. Dia seakan tidak berubah dalam lima tahun terakhir.

Ketika melihat mata Yang Yi, Shen Xue yang selalu kuat akhirnya menunjukkan kelemahannya. Air matanya menetes tak tertahankan.

Namun, dia mengulurkan tangannya untuk menutup mulutnya agar tidak mengeluarkan suara tangisan.

Melihat wanita yang sangat dia cintai menangis tersedu-sedu, Yang Yi bagaikan tersambar petir.

Wanita ini masih sekuat dulu.

Mereka bertemu enam tahun lalu.

Enam tahun lalu, Yang Yi dikepung oleh musuh. Setelah mati-matian membunuh lebih dari 300 orang, dia terluka parah dan jatuh ke sungai.

Setelah bangun dan tiba di kota ini, dia tahu bahwa musuh masih mencarinya. Dia pun hidup menyamarkan diri untuk menyembuhkan diri.

Pada saat itulah dia bertemu dengan Shen Xue muda.

Shen Xue lembut dan cantik, tetapi berani dan berapi-api.

Biarpun dia menolak berkali-kali, wanita itu masih bersikeras, kemudian ia mengatakan bahwa itu adalah cinta pada pandangan pertama.

Yang Yi telah kesepian, menderita dan tidak pernah merasakan kehangatan seperti itu sejak kecil sehingga dia perlahan-lahan tenggelam.

Setelah mereka bersama, mereka hidup tenang untuk beberapa waktu.

Tetapi musuh Yang Yi akhirnya menemukannya, jadi dia harus pergi malam itu.

Ketika dia pergi, dia menyiksa musuhnya, kemudian tahu bahwa keluarga Shen Xue yang mengkhianatinya. Dia pun merasa bimbang.

Setelah pergi, dia tidak kembali lagi.

Melihat Shen Xue lebih pilih menutup mulutnya daripada menunjukkan sisi lemahnya saat ini, Yang Yi tahu bahwa wanita ini membencinya.

Dia tidak tahu harus berbuat apa. Dia tidak pandai mengungkapkan perasaannya. Saat ini dia memiliki keinginan untuk menghancurkan dunia.

Setelah itu, Shen Xue menarik napas dalam-dalam sebelum berdiri sambil menopang pada dinding lalu berkata dengan nada dingin, "Aku tidak akan memercayaimu lagi. Aku akan mencari cara untuk masalah uang."

Setelah selesai berbicara, dia berbalik dan turun dari tangga.

Yang Yi pun berdiri. Kemarahan yang terpendam dalam hatinya tidak bisa dilampiaskan sehingga tubuhnya sedikit bergetar.

Mendengar sesuatu, Yang Yi berbalik dan menemukan sebuah pintu di kejauhan didorong terbuka.

Lima orang dari Istana Raja Dewa berjalan keluar. Yang Yi berjalan mendekat dalam beberapa langkah, kemudian berkata dengan cemas, "Bagaimana?"

Setelah  melihat Yang Yi, kelima orang itu berlutut. Ekspresi Yang Yi pun berubah.

Salah satu dari mereka berkata dengan sungguh-sungguh, "Raja Dewa, tumor di hati Putri bukan terbentuk secara alami!"

Bom!

Dalam sekejap, lima orang yang berlutut itu merasakan aura membunuh yang sangat menakutkan.

Ubin di bawah kaki Yang Yi retak inci demi inci, kemudian menyebar ke segala arah.

"Bagus, sangat bagus!"

Bukan terbentuk secara alami, berarti perbuatan manusia!

Yang Yi menggertakkan giginya, niat membunuhnya terpancarkan.

Wajah lima orang yang berlutut di lantai memucat dan tubuh mereka gemetar karena diselimuti oleh niat membunuh.

Namun, saat ini, tekanan di atas kepala mereka tiba-tiba menghilang.

Yang Yi memejamkan mata untuk menenangkan pikiran membunuhnya, lalu membuka matanya dan berkata dengan sungguh-sungguh, "Berdiri."

Kelima orang itu berdiri bersamaan. Meskipun wajah mereka pucat, niat membunuh mereka juga terpancarkan.

Istana Raja Dewa itu milik Raja Dewa. sekarang Putri mengalami penganiayaan seperti itu, mereka merasakan hal yang sama karena setia. Saat ini, mereka pun ingin sekali menyiksa orang yang menganiaya Putri.

Sedangkan Yang Yi sangat tenang saat ini, "Secara rinci, apa lagi yang terlihat?"

Seseorang berkata, "Dilihat dari operasinya seharusnya dalam waktu dua tahun dan tumor di hati Putri seharusnya dipicu oleh obat. Aku curiga seseorang menggunakan Putri untuk eksperimen."

Saat berbicara, orang ini gemetaran, tangannya terkepal erat. Yang lain melakukan hal yang sama. Semuanya menekan amarah mereka.

Yang Yi yang sudah tenang, memejamkan matanya lagi ketika dia mendengar hal tersebut.

Dia berkata dengan suara gemetar, "Jika transplantasi hati dilakukan sesegera mungkin, apa pengaruhnya untuk kehidupan putriku selanjutnya?"

 Tanpa ragu-ragu, mereka berlima berkata serempak, "Tidak berpengaruh."

Huft.... 

Yang Yi akhirnya mendengar kabar baik. Dia mengangguk kecil.

Membuka matanya lagi, dia berbalik untuk melihat kelima orang itu seraya berkata dengan serius, "Bawa anakku ke Pangkalan No. 9 dan mulai lakukan pencocokan hati. Tolong rawat dia."

Setelah berbicara, dia membungkuk kecil.

Kelima orang itu tampak ngeri, lalu berlutut dengan satu lutut lagi sambil berkata serempak, "Kami milik Istana Raja Dewa dan rela mati untuk Raja Dewa!"

"Pergilah." Yang Yi mengibaskan tangannya.

"Baik," sahut kelima orang itu lalu berdiri. Seseorang mulai menghubungi, yang lain kembali ke ruang konsultasi untuk mempersiapkan pemindahan.

Sedangkan Yang Yi, dia melihat sekilas Tiantian yang tengah tidur melalui kaca, lalu menggertakkan giginya dan pergi.

Selanjutnya, dia harus menemukan hati yang cocok dalam seminggu, tetapi sebelum itu, dia harus membuat perhitungan.

Setelah keluar dan turun ke lantai bawah, Yang Yi menghentikan taksi.

Di TK Zhong Jing No.8. Setelah Yang Yi turun dari taksi, dia melihat tidak ada apa pun di luar gerbang taman kanak-kanak. Baik pejalan kaki maupun mobil.

Dia berjalan ke depan dengan tatapan dingin. Pada saat ini, lima orang berpakaian hitam dan bertopeng muncul dari bayangan pagar, dari pepohonan yang rimbun, dari pintu masuk tangga. Mereka hanya melihat Yang Yi sekilas, lalu menghilang lagi.

The Shadow, pengawal rahasia Istana Raja Dewa.

Mereka sangat hebat.

Yang Yi tidak menyuruh The Shadow turun tangan. Mereka hanya bertanggung jawab untuk menyingkirkan penghalang-penghalang.

Hari ini dia bukan Raja Dewa. Dia tidak ingin melakukan pembantaian.

Hari ini dia hanya seorang ayah yang ingin meminta keadilan untuk putrinya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel