10 Aku Ragu kalau Jenderal Mengenalmu
Vanda nampak berbicara dengan beberapa orang. Kemudian dia kembali dan berkata, "Tuh, kan. Ada penjagaan ketat dan undangan sudah habis. Diambil oleh orang-orang terkenal di seluruh Kota Auburn ini. Tidak ada sisa lagi."
Vanda mencibir ke arah Daniel. Kamu tidak akan mungkin mendapatkan undangan."
"Mudah-mudahan aku bisa mendapatkannya, Ma. Semoga aku bisa," kata Daniel percaya diri.
"Huh! Mana bisa!"
"Sudahlah, ma. Ayo kita ke atas." Frans sudah berjalan duluan menuju ke arah lift.
Ternyata Lift di basement ini untuk menuju ke arah atas, sedang antri dengan banyak pengunjung yang antusias untuk mengikuti acara pertemuan dengan Jenderal Besar Raven itu.
Daniel hanya bisa tertawa dalam hati karena saat ini, dia harus antri berdesakan dengan banyak orang cuma untuk bertemu dengan dirinya sendiri. Daniel antri bersama Wilona, sementara Frans dan
"Kenapa kakak senyum-senyum?" tanya Wilona.
"Eh, aku ... aku senang karena aku bisa bersamamu."
"Betulkah? Aku juga senang, kak. Aku senang bersama, kakak. Kakak adalah orang yang aku rindukan sejak lama. Saat aku dijodohkan dengan Richard, aku impikan dua orang yang akan menolongku. Dan akhirnya slah satunya datang saat kakak datang menolongku dari Richard."
"Salah satunya? Yang satunya lagi siapa?"
"Orang yang sebentar lagi akan kita temui." Wilona mengembangkan senyumnya. Pipinya merona.
"Maksud kamu, Jenderal Raven itu?"
"Iya. Aku menyukai Jenderal Raven itu karena keperkasaan dan kepahlawanannya." Mata Wilona menerawang seakan dia sedang membayangkan orang yang dia kagumi itu.
Melihat sikap Wilona ini dan mendengar kata-kata Wilona ini, hati Daniel agak sakit. Hatinya agak sakit karena ternyata, gadis yang dia pikirkan selama ini, ternyata malah menyukai orang lain. Tapi, di lain pihak, sakit itu agak terobati karena ternyata, orang yang disukai Wilona itu, adalah Daniel sendiri dalam perwujudan lain.
Saat ini, tiba-tiba seorang pria yang didampingi 3 orang pengawalnya nampak mendekati Frans dan Vanda. "Bapak Frans, Ibu Vanda, apa kabar?"
"Baik, Gary," kata Vanda dan Frans hampir bersamaan.
"Apa kabar, Wilona? Kemarin aku ada dalam pernikahanmu sebelum pernikahan itu dibatalkan."
"Hmmm. Iya, Gary."
"Tapi, aku senang karena kamu tidak jadi menikah. Itu berarti, aku memiliki kesempatan." Gary sengaja menatap ke arah Daniel. Dia ingat akan Daniel yang sudah membawa Wilona pergi dari pernikahan dengan Richard.
Karena itu, Gary sengaja menatap sinis ke arah Daniel. Rasa-rasanya, dia ingin menelan Daniel bulat-bulat.
Daniel balas menatap Gary dengan penuh ketenangan. Walaupun tenang, tapi, ada tatapan tajam memancar keluar dari pandangan mata Daniel, tatapan tajam penuh wibawa yang pada akhirnya membuat Gary menunduk.
Kemudian Gary mengalihkan pandangannya pada Frans dan Norma. "Apakah kalian sudah memiliki undangan?"
"Sudah, Gary, kami sudah memiliki undangan Gary. Memang kenapa?" tanya balik Vanda.
"Kalau belum ada, bia aku yang mencarikan untuk kalian dan Wilona. Soalnya, aku berteman baik dengan Jenderal Besar Raven, karena itu, aku bisa mendapatkan undangan walaupun mendadak." Gary ingin menunjukkan betapa pentingnya dirinya. dia ingin membuat kesan bagus, khususnya pada Wilona yang mulai dia sukai sejak santer terdengar kabar kalau Wilona akan menikah dengan Richard.
Karena itu, saat acara pernikahan Richard dan Wilona tidak berlanjut karena Wilona dibawa pergi Daniel, Gary langsung mencari kesempatan untuk mendekati Wilona.
"Hahaha." Daniel tidak bisa menahan tawanya mendengar bualan Gary itu. Karena dia bahkan tidak pernah bertemu dengan Gary ini, tapi, dengan beraninya, Gary mengaku-ngaku sebagai teman baik Jenderal Besar Raven. Tentu saja ini menggelikan bagi Daniel.
"Kenapa kamu tertawa, hah!" Gary melotot kepada Daniel.
"Karena yang aku tahu, tidak sembarangan ada orang sipil yang berteman baik dengan Jenderal Besar Raven. Jadi, aku bahkan ragu kalau Jenderal Besar Raven mengenalmu."
Mendengar itu, Vanda berkata, "kamu jangan sembarang bicara, Daniel. Gary ini adaah pengusaha showroom mewah yang sangat sukses. Jadi, dia pasti berteman dengan Jenderal Besar Raven."
"Ya. Aku bisa buktikan kalau aku teman baiknya Jenderal Besar Raven. Di ruang pertemuan nanti, akan aku perlihatkan," kata Gary sambil menatap geram ke arah Daniel.
"Aku masih tidak percaya," dengus Daniel.
Gary sudah maju dengan tangan terkepal. Dia ingin memukul Daniel. tapi, dia tidak jadi melakukannya saat teringat kehebatan Daniel yang semalam berhasil mengatasi dan melumpuhkan 11 orang security dengan sangat hebat dan sangat cepat.
Daniel yang sudah siap menyambut pukulan Gary, hanya bisa menunggu dengan tenang. "Kapan pun kamu mau, bro. Kapan pun kamu mau."
Gary memilih untuk mendemonstrasikan kehebatannya yang lain. Dia nampak mendekati beberapa petugas militer yang berjaga di sekitar Lift. Dia nampak berbisik, setelah itu, para petugas militer itu, memberikan kesempatan kepada Vanda, Frans dan Wilona untuk memotong antrian dan langsung berada tepat di depan pintu lift.
Wilona menarik tangan Daniel untuk ikut maju bersamanya. Tapi, seorang anggota militer sudah menghadang Daniel.
"Kamu tidak masuk hitungan!" kata anggota militer itu dengan kasar sambil dengan telapak tangannya, menahan dada Daniel.
"Hahaha. sekarang, siapa yang tertawa paling keras, bung. Hahaha." Gary tertawa terpingkal-pingkal sambil menunjuk-nunjuk Daniel.
Thomas yang melihat jenderal besar kebanggaannya dihadang oleh seorang prajurit berpangkat rendah, langsung maju untuk mencengkram leher Gary, tapi, Daniel sudah memberi isyarat agar Thomas tidak melakukan itu.
Thomas terpaksa mundur. Daniel memberi isyarat kepada Juno untuk diam-diam menghubungi atasan dari para prajurit sombong yang berani kurang ajar pada Daniel itu.
Juno denagn handphone-nya langsung berusaha menghubungi atasan dari para parajurit ini.
Karena daniel dihadang, maka, Frans, Vanda dan Wilona yang disertai oleh Gary sudah masuk lift begitu lift terbuka. Wilona masih mencari-cari Daniel, tapi, tangan Wilona sudah ditarik oleh Vanda, sehingga Wilona sudah masuk dalam lift hampir bersamaan dengan masuknya Gary.
Sebenarnya bisa saja Daniel mengamuk pada saat ini karena beberapa prajurit sombog yang kerjasama dengan Gary itu, tapi, Daniel putuskan untuk tidak melakukannya.
Daniel hanya menyuruh Juno untuk memakai alat canggihnya guna memantau terus CCTV dalam lift dimana Wilona berada dan juga CCTV di luar lift di lantai 7. Dia takut Wilona dibawa kabur.
Begitu ift yang membawa Wilona, Vanda, Frans dan Gary tertutup, bertepatan dengan prajurit di bawah sini mendapatkan instruksi dari atasan mereka untuk mempersilakan Thomas masuk.
Thomas yang memiliki pangkat jauh lebih tinggi dari para prajurit itu, langsung diijinkan masuk, Instruksi untuk mendahulukan Thomas itu, diberikan atasan para prajurit ini, tanpa menyinggung tentang Daniel.
Itupun sudah membuat para prajurit minta maaf dan bersikap hormat pada Daniel dan kawan-kawannya. Sesudah itu, para prajurit langsung memberikan kesempatan pada Daniel, Thomas dan Juno untuk memotong antrian dan langsung masu dalam lift.
Begitu keluar dari lift, Daniel melihat sebuah pemandangan yang membuatnya meradang.
