Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Part 8

"Pergi kamu dari sini!!! Jangan pernah kembali lagi!!!" Trivia tak tahan dengan emosinya, dia mengusir Jennifer dari rumah sakit.

Jennifer hanya terdiam melihat amarah kedua orang tuanya itu, dia berbalik dan meninggalkan tempat itu, sedangkan Sean hanya menatapnya tajam di dalam mobil, dia bisa saja mati hari ini karena tindakannya yang ceroboh.

"Bagaimana jika dia mati?" Tanya Sean, tatapannya tajam, penuh amarah dan rahasia.

"Mati berarti kalah, dia sudah mulai permainan ini, jika dia pintar sedikit dia pasti akan melepaskan sepatu sebelum benar-benar melukainya, bagi Scarlett harga diri, kehormatan serta kebanggaan jauh lebih berharga ketimbang hidup, putuskan sendiri apa yang aku ucapkan, tak usah berkomentar karena aku tidak meminta". Tegas Jennifer.

Sean hanya terdiam seolah setuju, jika dia berbicara dia pasti akan kalah dari wanita cerewet satu ini, dia pernah melihat Jennifer di Oxford, sayangnya mereka berbeda jurusan dan jenjang studi. Sean tak mengerti jika Jennifer adalah adiknya Scarlett.

Pertemuan mereka hanya singkat, hanya tatapan mata selama beberapa detik namun berkali-kali seolah memiliki makna tersendiri, sampai Sean menikahi Jennifer untuk alasan yang belum jelas, apakah Sean pernah terluka oleh cinta? Sehingga dia menjomblo sampai usianya hampir 27 tahun kini?

Apapun rasa sakit yang ada di hatinya adalah rasa sakit yang cukup abadi, jika ada yang mencoba menghancurkannya, dia akan leleh, namun volume airnya akan bertambah, mudah saja, samakan dengan kutub selatan.

Sean selalu menangis lirih, dengan beberapa botol wine, kadang liquor, kadang bir biasa, namun dia tak pernah menyadari satu hal bahwa dia harus melanjutkan hidup dan memberikan yang lain untuk masuk dalam hatinya. Setiap kali melihat Jennifer selalu menyiksanya, mungkin saja dengan Jennifer dia bisa merubah keputusan untuk tidak menjomblo, eh mencinta.

"Aku jemput kamu besok jam 8". Ucapnya meninggalkan wanita itu sendirian di rumah yang mewah, besar namun penuh dengan kesepian.

"fancy solidity is a loneliness". Gumam Jennifer melihat fasilitas-fasilitas mewah di rumah itu.

Terdapat kolam renang indoor tepat di belakang kamarnya, samping kiri dengan tembok kaca yang luarnya terdapat pohon-pohon dan tanaman yang indah. Jennifer berenang untuk menenangkan diri sedikit.

Definisi kesendirian adalah ketika tidak ada siapapun yang bersama dengan dirinya, kecuali dirinya dan pikirannya. Jennifer tak pernah berpikir akan berakhir seperti ini. Dia selalu berpikir menikahi Kevin, bersama Kevin, bermain dan bernyanyi lagu bersama. Travelling, memiliki anak-anak yang lucu atau menyempatkan waktu luang berdua di rumah.

Dia memang tak peduli, untuk apa kembali jika hanya pahit yang akan dia dapatkan, lebih baik menderita di neraka ketimbang merasakan rasanya pahitnya kenyataan. Lagipula, besok Sean akan menjemputnya, liburan ke Bali, tempat yang cukup terkenal.

Sayang sekali, sebelum pergi, Jennifer mengalami demam tinggi yang membuat Sean khawatir tak karuan, dia segera memanggil dr. Alice untuk segera datang ke rumah Jennifer.

"Demamnya sangat tinggi, sebaiknya nyonya Jennifer istirahat, saya sudah memberikan resep kepada asisten pribadi nyoya Jennifer, jika dia tak membaik bawa saja ke rumah sakit, saya akan berada disana".

"terima kasih dr. alice."

Sean masih merasa khawatir kepada Jennifer, mengapa dia tiba-tiba demam tanpa sebab bahkan tidak ada pergantian cuaca, Jennifer juga bukan wanita dengan riwayat penyakit berat, seharusnya Sean tak terlalu khawatir, namun karena dia merasakan hal yang berbeda dari sebelumnya, rasa yang tak pernah ia rasakan kepada seseorang sebelumnya.

Sean menatap Jennifer dengan tajam, dia seolah tak akan mengampuni wanita itu ketika Jennifer membuka matanya, perasaannya yang khawatir membuat dia ingin mengunyah Jennifer saat ini juga, tanpa sengaja tangannya yang agak besar, tebal dan dingin membelai rambut Jennifer, dia menyentuh kening Jennifer, memastikan demamnya turun. Tanpa sadar Sean tertidur di samping Jennifer, dia tak tahan menahan rasa kantuknya karena semalaman bergadang memikirkan keadaan wanita itu, wanita yang masih dia cintai, entah mengapa dia memikirkan seseorang yang bahkan sudah menjadi milik orang lain kini.

Semalaman memikirkan tatapan mata itu, cara dia berbicara, kecantikkannya yang mempesona dan badannya yang ramping, pernah membuat hatinya yang rapuh seperti kaca itu jatuh dalam pelukannya, one night stand, it was, namun Sean ingin hal itu abadi, sayang sekali, entah mengapa wanita itu jatuh cinta pada laki-laki lain yang jauh di bawah Sean, itu adalah kenyataan pahit sebelum akhirnya dia memutuskan untuk move on, belajar di Oxford mencari apa yang ingin dia cari. Sampai akhirnya dia kembali dengan hati yang sama. Memang bukan sebuah keberuntungan bagi Sean.

Sean terbangun mendengar suara Jennifer yang merasakan kesakitan, dia mengerang karena demamnya masih tinggi, Sean yang melihat wajah Jennifer memerah tak berkeringat sama sekali, Sean semakin khawatir karena Jennifer tak membuka matanya, dia hanya mengerang kesakitan.

"Jennifer, kamu kenapa? Astaga, badan kamu panas sekali". Sean menyentuh tubuh Jennifer dan merasakan bahwa panasnya semakin meninggi.

Sean menggendong Jennifer yang masih memakai baju tidur berwarna merah muda, sedang mengerang kesakitan karena suhu tubuhnya semakin memanas. Mungkin saja Jennifer sedang stress atau kedinginan karena menyempatkan semalaman berenang di kolam dan memikirkan tentang kehidupannya yang sepi, tanpa cinta namun dengan kesedihan hati yang cukup mendalam, hal itu sangat melukai batinnya.

Semua sudah siap, Sean sudah menelpon dr. Alice dan memesan kamar VVIP untuk istrinya, sampai di rumah sakit dia menggendong Jennifer erat di pelukannya, nafasnya kini terengah-engah setelah menidurkan Jennifer di ranjang rumah sakit. Dia kesal kini melihat situasi yang tampak berantakan, dia ingin sekali mengunyah wajah Jennifer karena geram, tapi, melihat Jennifer tampak lemah dan putus asa dia tak dapat mengatakan apa-apa, pikirnya ini terjadi dia yang menyebabkan, dia menyiksa wanita yang tak bersalah, seharusnya dia tidak melakukannya.

"dia akan baik-baik saja, kami sudah memberi obat dan infus, kami akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui apakah demamnya mengindikasikan penyakit lain". ucap dr. Alice yang di dengarkan sangat serius oleh Sean. Kini Sean justru semakin khawatir karena Jennifer belum membaik juga.

"lakukan apa saja dokter, saya ingin istri saya segera sembuh karena kami menunda bulan madu kami karena dia sedang sakit". ucap Sean seolah sedih, padahal hatinya memang khawatir namun dia terlalu gengsi untuk menyadari bahwa dia sedih akan keadaan Jennifer.

Dr. Alice hanya menggukkan kepalanya menandakan bahwa dia akan melakukan yang terbaik, dia meninggalkan Sean yang kini memasuki ruangan Jennifer yang masih menutup matanya, setidaknya demamnya agak sedikit menurun kini, Sean tak bisa melepaskan pandangannya dari Jennifer, dia ingin menggegam tangannya, menciumnnya seolah kekasih sejati, tertidur di samping Jennifer, namun dia tak mau, dia tertidur di sofa sampai pagi.

"Kita akan pulang, kamu tadi tidur nyenyak banget jadi, aku gak bangunin kamu" ucap Jennifer yang melihat Sean mengusap matanya karena baru saja terbangun dari tidurnya, Jennifer sudah terlihat rapi sudah mandi dan tentu saja sudah wangi, aroma parfum lavender dari tubuhnya, Sean tak akan salah mengira. Jennifer berbau parfum yang sama saat bertemu Sean di perumahan itu.

"jam berapa ini?" tanya Sean mencoba melebarkan matanya dan melihat ke arah jarum jam.

"jam 10 pagi, tadi aku sudah tes, besok tinggal ambil hasilnya, yuk pulang, resepnya juga sudah di tebus". Sean masih terlihat kebingungan dengan ucapan Jennifer, dia tak pernah bangun se terlambat ini sebelumnya.

"ya udah aku anter kamu pulang, nanti aku temenin kamu sampai kamu benar-benar pulih" ucap Sean yang mendekatkan tubuhnya ke arah Jennifer, matanya menatap tajam seolah Jennifer tak boleh menolak permintaan Sean.

Apapun yang di inginkan oleh Sean adalah hal yang superior untuk Jennifer, bahkan hal itu tertulis dalam kontrak pernikahan mereka. Dan Jennifer hanya menjadi penurut, melakukan apa yang Sean mau, menjadi istri sah yang hanya ada dalam peran namun tak berguna jika Sean tak mau Jennifer ada di sampingnya, jika Sean menceraikan Jennifer maka, apa yang Sean berika kepada Jennifer juga akan kembali kepadanya secara utuh, dan itu adalah aturan dalam kontrak mereka.

Sebelum masuk ke lobi Jennifer melihat Scarlett dalam keadaan kritis, Sean tak memperhatikan hal itu karena dia sedang mengecek jadwal kerjanya. Jennifer mengikuti arah kemana Scarlett di bawa dan menggandeng Sean yang bersikeras menolak ajakannya. Jennifer terkejut menemukan Scarlett di suatu ruangan yang rumit.

To be continued......

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel