Chapter 9 : Underwear
"Ax bangunlah!"pinta Megan, memegang sudut pinggul pria itu.
"Megan! Ikuti aku atau-"
"Atau apa?"pekik Megan menatap lekat sudut mata Markus tajam. Seketika, pria itu mengepal tangannya, melirik ke arah bodyguard yang sejak tadi ia biarkan berdiri di tiap sudut.
"Markus! Apa yang kau lakukan! Berengsek! Lepaskan aku!"pekik Megan lebih lantang, saat dua lengannya di tarik paksa oleh dua pria boga berbadan tegap.
"Bawa dia ke mobil!"perintah Markus tidak peduli, seraya memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.
"Berengsek!"umpat Axel, pria itu bangkit dan mencoba melawan. Ia tidak akan tinggal diam, sementara Megan di bawa begitu saja. Gadis itu meronta-ronta, berusaha keras untuk meloloskan diri.
Tap!!
Empat orang bodyguard lainnya, termasuk Taylor menghadang Axel. Membuat pria itu berhenti melangkah dalam sekejap.
"Aku peringati kau! berhenti menyentuh milikku!"ucap Markus tegas.
"Milikmu?"tanya Axel penasaran, sambil mengerutkan kening nya rapat.
"Megan Milikku!"ucap Markus sambil mengulum bibirnya. Memerhatikan tampilan kacau Axel. Pria itu masih berpikir keras, tidak mampu menemukan jawaban dari setiap baris kalimat dingin Markus.
"Apa maksud mu?"tanya Axel. Markus menghela napas, ia menggerakkan kepalanya sedikit, memberi kode pada bodyguard nya untuk segera bergerak menjauh. Ia yakin, Megan membuat kekacauan di dalam mobil mewah nya.
Markus berputar, melangkah meninggalkan Axel bersama para bodyguard nya. Pria itu terdiam, serah mengepal tangannya kuat-kuat.
"Aku tidak akan membiarkan mu membawa Megan!"batin Axel, tepat lima langkah Markus, Axel menyusul dengan kepalan tangannya yang semakin kuat. Ia mendekat, dan langsung menarik kerah pakaian Markus dari belakang.
Braakkk!!
Pukulan Axel mengenai sudut pipi Markus saat pria itu sedikit berputar. "Sir!"pekik salah satu bodyguard menjauhkan Axel dari Markus. Pria itu sedikit oleng, namun, masih menunjukkan sikap dinginnya.
"Aku tidak akan membiarkan kau membawa Megan!"ucap Axel garang mencoba maju meskipun tubuhnya tertahan para bodyguard sialan tersebut.
Markus mengulum bibir, ia tersenyum kecil lantas membuang ludahnya asal. Mulutnya penuh darah. Sekian detik kemudian, Markus kembali maju dan membalas Axel. Pria itu menghantam perut Axel dengan sangat kuat.
"Arrrhh!!! Fuck!"ucap Axel merintih sakit.
Tubuhnya di jatuhkan ke tanah, dan dengan cepat Axel memeluk tubuhnya. Mencoba meredakan rasa sakit yang luar biasa senak.
"Sir ...."tegur Taylor sambil menelan ludahnya. Ia berdiri di depan Markus, berharap pria itu menghentikan pukulannya.
"Hapus semua CCTV parkiran!"perintah Markus tanpa melirik sedikitpun ke arah Taylor. Wanita itu mengangguk pelan, lantas, melihat Markus kembali bergerak menuju mobil nya.
"Sir, maaf. Megan berontak jadi terpaksa aku-"
"Keluar!"potong Markus memerhatikan Megan yang tampak pingsan di dalam mobil nya. Gadis itu di bius.
"Baik sir,"balas pria tersebut tegas dan menjauhi mobil. Mempersilakan Markus untuk duduk di sisi Megan. Pria itu mendekat, meletakkan kepala Megan di pngkuannya.
"Kembali ke mansion ku!"perintah Markus terdengar dingin. Ia menghela napas, melirik ke arah Taylor. Wanita itu harus mengurus Axel. Hingga beberapa menit kemudian, mobil yang di tumpangi Markus dan dua Van berisi bodyguard bergerak menjauh.
"Harusnya semua ini tidak terjadi, Megan!"batin Markus seraya mengusap lembut sudut wajah gadis itu, tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun.
___________________
Enam jam kemudian....
Markus menumpangi sudut kepalanya dengan ujung jari, menaikkan ujung kaki kirinya ke lutut. Menatap Megan lekat.
"Sir..."tegur Taylor membuat pria itu sedikit melirik ke arah nya.
"Adikmu di sini, dia ingin-"
"Hello Brother...."potong Andrea membuat sudut mata Markus langsung menajam. Ia menelan ludah, melirik ke arah Megan yang masih tertidur pulas di bawah pengaruh bius.
"Wow!! Kau menawan gadis lagi di mansion ini?"tanya Andrea saat ia melepas kacamata hitamnya.
"Bukan urusan mu! Keluar dari sini!"perintah Markus, melangkah pelan hingga langkah kakinya tiba di hadapan Andrea.
"Tenanglah. Aku hanya ingin bicara,"jelas Andrea tersenyum simpul.
"Keluar!"perintah Markus tegas. Ia bergerak, sengaja menabrak sudut bahu Andrea hingga pria itu sedikit bergeser.
"Good Girl,"ucap Andrea seraya bersiul kuat. Sungguh, Markus sangat ingin menikam jantung pria itu saat ini. Andrea mengedipkan mata pada Taylor, lantas, ikut memutar tubuhnya untuk melangkah mengikuti Markus.
"Kenapa kau tidak pernah melihat ku di penjara?"tanya Andrea berdiri sejajar dengan Markus.
"Aku sibuk!"
"Sibuk meniduri gadis itu? Atau-"
"Asal kau tahu, aku lebih suka kau membusuk di dalam penjara!"potong Markus membuat Andrea terdiam.
"Sepertinya kau sangat membenciku, karena Lanna lebih memilih ku dari pada kau, brother!"
Tap!!
Markus menangkap kerah Andrea, mendekatkan jarak pandangan mereka lebih lekat, hingga kedua bola mata dengan warna berbeda itu tampak seakan menyatu. "Jangan pernah menyebutkan nama wanita murahan itu lagi di hadapanku!"pinta Markus.
"Okay! Setelah enam tahun, sepertinya kau punya pengganti. Siapa namanya?"tanya Andrea membuat Markus semakin kuat mencengkeram.
"Jangan coba-coba mengusiknya, atau aku akan meledakkan kepalamu dengan rudal NLAW!"ucap Markus memandang serius, ia tidak berkedip sedikipun.
"Kau terlalu serius. Aku ke sini bukan untuk mencari keributan. Aku ingin kita berbaikan meskipun tidak ada hubungan darah di antara kita,"ucap Andrea melepas tangan Markus dari lehernya yang mulai tercekik.
"Jangan pernah bermimpi!"balas Markus. Andrea mengeluh kasar, melirik ke arah Taylor yang bergerak ke arahnya.
"Sir..."ucap Taylor mencoba mendekati Markus. Ia ingin membicarakan sesuatu pada pria itu.
"Megan mengamuk dan dia memukulku,"bisik Taylor membuat napas Markus mendadak berat.
"Aha! Sepertinya kau sedang punya urusan dengan gadis cantik itu. Baiklah, aku pulang. Nanti, kenalkan aku dengannya. Okay!"ucap Andrea kembali memasang kacamata nya. Lantas, bergerak keluar begitu saja.
Secepat kilat Markus ikut berputar, melangkah cepat menuju kamarnya. Ia harus hati-hati, takut jika Megan langsung menyerang nya. Gadis itu pasti sedang menunggu.
Ceklek!
"Enyahlah kau kera tua sialan!!"
Brakk!!
Megan melempar buku tebal ke arah Markus, dengan cepat pria itu menghindar dan malah mengenai Taylor. "Oh my God, kepalaku!"ucap Taylor pusing. Ada tiga burung berputar di kepalanya. Sial, ia jatuh ke lantai dan langsung pingsan di tempat.
_______________________
"Bagaimana keadaannya?"tanya Megan khawatir. Menatap dokter wanita dengan raut wajah tegas baru saja selesai memberikan penanganan untuk Taylor. Megan merasa bersalah.
"It's okay. Bekas nya akan hilang beberapa hari lagi! Aku akan memberikan salep untuknya!"
"Jadi dia akan kemana-mana dengan cetakan buku itu?"tanya Megan menatap huruf A tercetak jelas di kening Taylor, merah bahkan nyaris membiru. Ah wanita itu masih belum sadar.
"Yah! Kau harus minta maaf an merawatnya,"ucap dokter wanita tersebut. Membuat Megan merasa cukup bersalah. Ia melirik ke arah Markus, pria itu terlihat santai, duduk di sofa sambil menyesap segelas sampanye.
"Baiklah, aku harus pulang. Semoga Taylor segera sembuh,"ucap dokter tersebut.
"Berapa biayanya?"tanya Megan.
"Markus akan membayar nya. Jadi tenang lah sweetheart!"ucap dokter itu sambil mengusap sudut wajah Megan.
"Ah aku punya hadiah untukmu,"dokter tersebut membuka tas nya kembali, menarik sesuatu yang tampak tersusun rapi dan memberikan pada Megan. Gadis itu mengerutkan kening, tidak paham.
"Apa ini?"tanya Megan penasaran. Memerhatikan plastik hitam dengan tulisan "Love".
"Kondom!"jawab Markus dari sudut ruangan.
"Kau masih terlalu muda untuk hamil, berisiko. Nikmati masa mudamu!"ucap Dokter tersebut, kembali melirik ke arah Markus. Ia tampak memperingati.
Megan melempar plastik itu ke atas ranjang, menatap geli dan melirik dokter tersebut tersenyum lantas, bergerak keluar dari kamar.
"Kau mau kemana?"tanya Markus, saat Megan ikut melangkah mengikuti sang dokter.
"Pulang!"balas Megan datar.
"Pulang? Kau tidak ingat apa yang di katakan dokter tadi?"tanya Markus membuat kening Megan berkerut.
"Kau harus minta maaf dan merawat Taylor,"ucap Markus tegas.
"Aku tidak mau! Kau punya puluhan bodyguard dan pelayan di rumah ini, kenapa harus aku yang-"
"Kau yang membuatnya pingsan!"potong Markus membuat Megan menelan ludah. Markus tersenyum kecil, ia melangkah mendekati ranjang dan meraih pengaman yang di berikan dokter tadi.
"Atau kau ingin mencoba ini denganku, sebelum Taylor bangun?"tanya Markus asal, membuat Megan mengepal kedu tangannya.
"Dasar sinting!"balas Megan. Ia melangkah ke arah pintu. Tidak peduli dengan perintah dokter barusan.
"Megan! Aku harap kau tidak menemui mantan pacarmu itu lagi!"ucap Markus membuat Megan memutar tubuhnya kembali.
"Mantan pacar?"
"Yah! Kau dengan pria bodoh itu sudah putus!"ucap Markus membuka plastik pengaman tersebut dan menunjukkannya pada Megan.
"Dengar! Aku dan Axel akan segera menikah. Kau tidak berhak-"
"Megan ayolah, aku ingin mencobanya. Pengaman ini mahal,"ucap Markus terdengar gila. Megan menelan ludah, ia tersenyum tipis tampak kembali melangkah mendekat.
"Kau ingin mencoba nya?"tanya Megan. Melepas satu kancing pakaiannya.
"Akan lebih baik jika kau menurut!"ucap Markus.
"Menuruti mu?"tanya Megan, melangkah semakin dekat hingga jarak mereka sangat mudah di perhitungkan.
"Bagaimana kalau kita ke kamarku!"tawar Markus, sambil mengusap sudut wajah Megan.
"Kenapa tidak di sini? Aku tidak sabar, ingin mencoba pengaman mahal ini!"
Markus menelan ludah, menatap aneh pada tingkah Megan. Namun, ia mendadak panas saat salah satu jemari Megan menyentuh perutnya. Gadis itu membuka ikatan pinggang nya.
"Megan!"
"Tenanglah. Kau ingin aku menurut kan?"tanya Megan, sambil melempar senyuman kecil. Ia mendekat, mencoba menjangkau bibir Markus. Sungguh, pria itu di buat penasaran, saat jari lentik Megan mulai masuk ke dalam celananya.
"Dasar berengsek! Akan ku buat kau impotent!"pekik Megan sambil menarik underware milik Markus sangat kuat.
"Megan! Fuck! Megan!"teriak Markus lantang, ia kesakitan. Miliknya seakan terjepit kuat, Gadis itu semakin kuat menarik underwear nya. Megan geram.
"Enak? Nah! Begitu rasanya saat kau memperkosaku berengsek! Akan ku tarik ini sampai anak kera itu putus!"
"Megan hentikan!"pinta Markus dengan suaranya yang masih merintih keras. Ia ingin mati, merasakan kesakitan yang semakin bertambah.
"Berani nya kau mengaturku! Kau pikir kau tampan? Hah!! Dengar! Kau itu hanya menang bulu! Tidak lebih!"pekik Megan sangat keras, menarik underwear Markus lebih keras. Hingga terpaksa pria itu mendorong nya kuat, hingga cengkeraman Megan terlepas. Gadis itu mundur, membuat Markus menarik napas sebanyak mungkin. Ia berkeringat.
"Sial!"umpat Markus memegang miliknya erat. Megan tersenyum tipis, melirik ke arah Taylor sejenak, lantas, segera melangkah untuk meninggalkan mansion milik Markus secepat kilat. Megan harus menjelaskam semuanya pada Axel.
___________________
