Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Deskripsi Tukang Donat

Suara sepatu terdengar menggema di rumah kecil itu,tatapnya mendapati box yang berisi donat buatan Bundanya. Gadis itu melebarkan senyum kemudian meraih box tersebut.

"Bunda aku berangkat ya! donatnya aku bawa dua box!"serunya dengan tangan yang kini tidak kosong lagi,ia melahap donat yang berada di dalam piring. Pagi yang cerah ini ia awali dengan makan yang manis. Setelah selesai ia merapikan rambutnya,takut berantakan.

"AKU BERANGKAT!"

Dalta berteriak begitu mendengar suara air yang mengalir didalam kamar mandi. Pasti Bunda sedang bersiap untuk bekerja. Dalta tak ada waktu untuk menunggu.

"IYA HATI-HATI!"sautan dari dalam kamar mandi membuat Dalta segera meraih dua box besar diatas meja.

"Assalamualaikum Bunda Sayang!"pamitnya. Kini melangkah menjauh.

"WAALAIKUMSALAM!"

Kakinya yang terbalut sepatu berwarna hitam itu segera berjalan keluar dari rumah, terlihat sudah Gean yang menunggu diatas motor berwarna merah.

Motor ninja yang Gean akui ia harus menabung selama 1tahun lamanya itu memang kesayangan lelaki yang kini memakai jaket bomber.

"Bawain satu kek!"kesal Dalta berharap. Gean peka kalau ia sedang kesusahan. Lelaki itu melirik lalu dengan ogah-ogahan Gean membantu, demi sang sahabat yang mencari rejeki. Malas sekali rasanya. Untung ia sayang kepada Dalta.

"Kalo elo bukan sahabat gue, males banget boncengin cewek bawa box gede gini,"ketus Gean seraya cemberut karena kini motornya terasa penuh sekali. Box besar itu berada tepat di dadanya. Gean kembali mendengus.

"Amal Ge, lo harusnya bersyukur motor lo ada manfaatnya buat oranglain!"nasihat Dalta disertai kekehan. Mereka pun segera berlalu menuju sekolah. Diperjalanan sesekali Gean tersenyum kepada orang-orang, berbeda dengan Dalta yang terkenal garang.

Kini, Dalta dan Gean berjalan menuju kelas IPS 3. Dalta dengan riangnya memasuki kelas.

"DONAT UDAH NYAMPE GUYS!"

Teriak Princess yang memang sangat menantikan Dalta karena perutnya keroncongan. Donat Dalta itu adalah sarapan anak Ips 3. Selain harganya murah,rasanya pun enak. Bunda Dalta dulu katanya pernah kursus jadi tidak diragukan lagi rasanya. Mereka juga memiliki niat lain untuk membantu Dalta. Karena,dengan uang itu ia membayar sekolah dan juga jajannya.

Dalta tertawa, menyimpan box itu yang langsung diserbu oleh siswa-siswi yang kelaparan. Sungguh,kehadiran Dalta begitu diharapkan.

Dalta,tukang donat.

"Dalta ini yang rasa keju berapa?"tanya Rehan. Cowok pendiam itu baru saja membeli donatnya,jadi ia tak tahu harganya.

"Goceng aja." Dalta selonjoran seraya memperhatikan teman-temannya yang mengerubungi box miliknya. Gean yang berada diambang pintu segera mencolek kepala gadis itu.

"Gue kekelas dulu ya,"pamitnya yang dibalas jempol oleh Dalta. Membiarkan sahabatnya itu pergi.

Gean segera berlalu, dan tergantikan oleh Princess yang siap membantunya berkeliling sekolah untuk menjual sisa donat yang ada.

"Ta, gue beli dua ya."

"Gue mau yang coklat sama blubberry-- eh sama keju juga."

"Dalta yang cantik gue mau satu tapi ngutang dulu oke? Duit gue gaada receh."

Nah kalo yang terakhir itu Raden, cowok ningrat yang katanya uang didompetnya tidak ada receh. Dalta mengangguk karena pada akhirnya Raden suka membayar 10 kali lipat.

Ya, maklum aja Raden ini orang paling tajir dikelas tapi paling banyak ngutang. Alesannya tak punya uang kecil. Susah sekali ya kehidupan orang kaya.

"Oke Aden, Incess bantuin gue yuk keliling,"ajak Dalta. Princess mengangguk, dengan mulut penuh dengan donat. kemudian senyum-senyum sendiri. "Lumayan bisa sekalian caper ke Kenzo."

Kenzo itu merupakan gebetan Princess yang telah ia sukai selama satu tahun lamanya. Dalta menggeleng sudah biasa dengan semua tingkah sahabatnya itu, kemudian segera melangkah keluar kelas.

"DOTA DOTA DOTA DONAT DALTA!"teriaknya.

"KALIAN HARUS BELI DONAT DALTA KALO GAMAU JADI MUSUH GUE!"kali ini Princess yang teriak, karena semua murid paling takut jika berurusan dengan Princess yang memiliki andil paling tinggi didunia perbullyan. Bukan bully yang gimana-gimana,hanya omongannya saja yang menyakitkan.

tak lama banyak murid yang mengumpul untuk membeli donat. Hal itu membuat Dalta dan Princess tersenyum senang. Apalagi Dalta,ia sangat terharu setiap harinya.

Dalta menegang saat matanya menatap Gara, Lelaki yang ia sukai selama bersekolah di SMA Dharma Bakti.

Dalta dengan segera menunduk, saat geng Gara melewatinya dan Princess. Sedangkan sang sahabat terpaku melihat Kenzo yang berada dibelakang Gara.

"Kenzo ganteng banget, kenapa dia nggak suka sama gue ya Ta?"puji Princess dengan mata fokus menatap Kenzo yang menjauh dari jangkauannya.

Dalta hanya tersenyum, dia pun juga menyukai ketua geng--Gara. Namun, tak ada satupun yang tahu tentang perasaannya.

"Beruntung banget kayanya kalo gue jadi pacar Kenzo, iya nggak Ta?"halunya.

Princess terus menyerocos, dengan Dalta yang sibuk mengitung kembalian dari murid yang membeli donatnya.

"Sekarang, langsung ke kantin aja atau mau ke ruang guru?"tanya Princess. Langkah terakhir adalah menitipkan donat di kantin.

Dalta menoleh,"Kantin aja kali ya."

Princess dengan segera membawa box yang sudah habis setengahnya itu.

"Eh, tadi Kenzo juga ke kantin ya?"tanyanya heboh.

Dan hanya dibalas anggukan oleh Dalta. Ia senang melihat Princess senang.

"Bisa caper lagi dong!"seru Princess yang hanya dibalas decakan malas oleh Dalta. Keduanya kini berjalan menuju kantin.

"Mba, Dalta titip donat ya,"ucapnya pada Mba Ayu selaku penjual makanan di salah satu stan. Mba Ayu tersenyum kemudian mengangguk.

"Moga laris ya Neng Dalta,"ucap mba Ayu dengan suara lembutnya.

Dalta ikut tersenyum, "Aamiin Mba, Dalta permisi ya,"pamitnya. Dalta pun melenggang pergi dari hadapan mba Ayu.

"Bentar Ta, gue mau beli minum dulu. Haus." Princess menahan tangan Dalta yang hendak beranjak, karena keduanya kini harus menuju ruang guru. Banyak guru yang sudah menunggu donat gadis itu.

"Oke, cepetan sana!"titah Dalta.

Princess segera berlari untuk membeli minum dan Dalta hanya berdiri sembari memainkan ujung kakinya. Tatapnya bertemu dengan Gara dan lelaki itu... tersenyum padanya.

Namun tak lama karena seorang lelaki tiba-tiba menyenggolnya.

"Lo bisa minggir?"tanya seseorang yang kini berada di sisinya. Dalta menatap lelaki itu dari atas sampai bawah, "nggak sih, soalnya jalan masih luas,"tolaknya.

Lelaki itu mendecih kemudian melenggang pergi, meninggalkan Dalta yang memberenggut.

"Ih apasih nggak jelas banget itu cowok!"kesalnya seraya membetulkan rambutnya. Kemudian menghitung donat yang ada.

"Emang dasarnya orang kaya jadi gitu, songong!"cebiknya.

Dalta terus menyerocos karena kesal, kemudian ia mengatur napasnya.

"Tenang Ta, abis ini lo bakal ketemu guru-guru yang borong jualan lo,"hiburnya pada diri sendiri. Tak lama Princess muncul dengan dua botol ditangannya.

"Nih buat lo,"tuturnya. Begitu sampai di hadapan Dalta.

Dalta tersenyum kemudian merangkul Princess dengan satu tangannya.

"Baik banget deh punya bestiee, pacaran yuk?"candanya.

"Najis bangke!"

Dalta tertawa melihat Princess kesal, tanpa sadar mereka telah sampai di ruang guru.

"Selamat pagi Bu,"sapa Dalta pada Bu Winda.

"Pagi juga Dalta, wah Ibu pesen donat gula tiga yaa,"titahnya. Dalta segera membuat gestur hormat. Kemudian memisahkan pesanan Bu Winda.

"Daltaaaa,"seru Pak Bayu. Pria paruh baya itu menepuk bahu Dalta.

"Bapak pesan donat coklat dua." Dalta mengangguk, "siap Pak Bayu yang baik hati."

Dalta segera memberikan pesanan Bu Winda dan Pak Bayu.

"Kembaliannya ambil aja ya Ta,semangat!"

Dalta tersenyum kemudian mengucapkan terima kasih. Setelahnya melayani guru-guru lain yang memesan.

***

"Sumpah ya! Lo harus tau ini Ta!" Dalta yang sedang menghitung semua uang yang telah terkumpul hanya berdeham.

"Ternyata desas-desus tentang Gara sama Cilla pacaran itu bener!"heboh Princess seraya memakan donat miliknya. Dalta mendongak, jujur saja ia merasa... entahlah. Tiba-tiba dirinya merasa tidak nyaman. Kemudian Dalta kembali berdeham.

"Ihhh Taa, lo kok tiba-tiba gini sih? nggak asik diajak ghibah!"kesal Princess membuat Dalta kembali menatapnya.

"Ya... gue emang harus respon kaya gimana? kaya apa?"lirihnya. Tak ada yang boleh tahu perasaannya.

Princess membenarkan duduknya yang semula menyerong menjadi tegak di hadapan Dalta.

"Gue rasa... hubungan mereka udah jauh deh,"ucapnya sedikit berbisik.

"Hushh! kalo ngomong jangan sembarangan Incess!"tegur Dalta karena ucapan Princess sudah kelewatan. Ia suka menghibah tapi Princess kali ini jatuhnya fitnah,jika ada yang mendengar bagaimana?

"Apanya yang sembarangan? gue liat mereka bareng ke hotel bokap gue kemarin, makanya gue bilang kalo desas-desus itu bener,"sewot Ptincess.

Princess melihat ke sekeliling, kemudian mendekatkan wajahnya. Ia kembali berbisik.

"Gue juga liat testpack... garis dua."

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel