Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3. Pasrah

Ke empatnya menikmati makanan di meja makan siang itu dengan bahagia, Rafandra benar benar baru menyadari bahwa keluarganya adalah segala-galanya, ia pernah merasa tidak enak hati pada sang mama karena terus menanyakan perjodohan ketika menghubunginya, namun itu karena sang mama ingin di cereweti Rafandra, dan ingin sang putera terus bawel seperti biasanya.

"Sayang..." Ucap sang mama yang menyela di sela sela makan Andra.

Andra adalah panggilan sayang mama, papa serta sang adik padanya.

"Iya ma...Andra mau kok mama pertemukan sama anak gadis puteri teman mama itu...beneran...Andra tidak akan menolak...sekarang mari kita makan dulu ya...kita bahas nanti saja, Andra benar benar menikmati makanan ini mah..." Ucap Andra dengan biasanya, tidak lupa senyumnya tersungging di kedua ujung bibirnya, membuat mama yang tadi terbengong kini menoleh kearah suami dan puterinya.

"Mama cuma mau bilang...kalau kamu mau lauk lagi...mama ambilkan sayang...mama menawarkan makanan, bukan pasangan!" Ucap sang mama seketika yang membuat ketiganya melongo menatap ke arah mama.

"Kan Andra terlalu lama jomblo mah...makanya Andra pikir mama mau menawarkan jodoh..." Ucap Andra dengan seriusnya, karena sang mama memang terlalu sering menawarinya untuk kencan dengan anak anak rekan bisnis atau pun sahabat sang mama.

Lalu tawa ke empatnya pun pecah seketika, di meja makan malah menjadi ajang canda bagi keluarga Erlangga tersebut.

Dengan hati berdenyut terenyuh, Andra menatap mama, papa serta sang adik yang tertawa lepas disana, tawa yang selama bertahun tahun tidak di lihatnya, tawa yang membuat hatinya benar benar sakit karenanya.

"Kenapa aku bisa sebodoh ini? kenapa tidak dari dulu aku membuat mereka semua tertawa gembira! ini yang aku mau, aku ingin semua senang, tidak canggung saat bersamaku." Ucap Andra dengan senyumanya, dan segera menghabiskan makanannya di atas piring depan meja makan.

"Akh...Kenyang nya...memang masakan manapun tidak ada yang bisa mengalahkan masakan mama!" Ucap Andra sembari memeluk mamanya di sela sela jalan menuju ke teras samping rumahnya, dimana disana sangat sejuk, apa lagi saat siang hari yang begitu terik.

"Kakak! Itu kan mama aku!" Ucap Risa sembari ikut memeluk sang mama, namun di halangi oleh Andra, hingga keduanya seakan berebut sang mama.

"Itu...kamu bagiannya papa...ikut ikutan terus." Ucap Andra yang mendapat cubitan dari sang adik.

"Astaga mah...nih lihat nih...tangan Andra di cubit anak mama yang nakal itu!" Ucap andra sembari menyingsing kemeja lengan panjang yang dikenakanya , dan memperlihatkan lengan tanganya yang kena cubit sang adik.

Dan mama hanya tertawa menyaksikan kedua anaknya yang kelewat manja tengah merebutkanya, hingga mama lupa bahwa Andra punya luka yang mungkin belum sembuh sepenuhnya.

Cukup lama ke empatnya berkumpul di teras, bercanda tertawa, ngobrol panjang lebar yang sudah lama tidak semua lakukan, semenjak Rafandra memilih untuk pergi dari rumah, namun kabar baiknya, Andra kian sukses setelah memutuskan untuk hidup mandiri.

"Sayang...bagaimana kabarnya? sudah ada kah pengganti Sasa?" Tanya mama yang berusaha ngobrol dari hati ke hati. Setelah Risa dan suaminya pergi kedalam meninggalkan mereka berdua saja.

Sasa adalah istri kedua yang Andra nikahi, setelah setengah tahun ia menduda, namun ternyata hanya kurun waktu empat bulan saja berumah tangga, barulah Sasa keluar sifat aslinya, akhirnya Andra pun menceraikanya pula.

"Sasa sudah mau nikah lagi mah...minggu depan, Andra masih nggak ingin mikir wanita, Andra seakan kapok ma untuk menjalin hubungan lagi, Andra sudah pasrah mah, Andra lelah..." Ucap Andra dengan wajah yang benar benar terlihat lesu kala mengucapkan kata katanya.

"Tapi sayang...apakah tidak ada yang mau sama kamu?" Tanya mama yang membuat Andra tertawa, dan membuat sang mama makin menyipitkan matanya dan menyatukan kedua alisnya tanda ia penasaran.

"Mama, mama...! mama nggak lihat putera mama ini ganteng ya? masih muda lagi...mana bisa wanita menolak Andra? ya pasti tidak lah! banyak wanita yang mengejar ngejar Andra mah...bahkan ibu kantin pula itu. Tapi, Andra masih nggak bisa asal asalan dengan pilihan Andra, Andra tidak bisa main main lagi! apa kata orang saat menilai Andra mah? duda cerai dua kali! dua kali mah! Andra gagal jadi pemimpin rumah tangga! gagal jadi suami mah...dan Andra nggak ingin gagal lagi." Ucap Andra yang mama nya dengar sangat memilukan.

"Sayang...bisakah kali ini mama yang pilihkan untuk kamu? mama malah tidak tega melihat kamu seperti ini nak! profesi kamu seorang Dokter kandungan Andra! mama pikir kamu..." Ucap mama yang tertahan karena Andra sudah menyelanya dengan perkataan.

"Mama pikir Andra tidak akan tahan gitu? mama, mama...Andra menjunjung tinggi pekerjaan Andra mah...tidak mungkin tidak tahan dengan semua itu! Andra melihat semuanya hanya tuntutan pekerjaan mah...dan hati Andra tidak bisa bergetar dengan semua itu, mama tenang saja!" Ucap Andra dengan senyuman di bibirnya.

"Mama tidak mau bilang begitu! mama cuma mau bilang, kalau...mungkinkah kamu masih belum bisa melupakan Rena?" Ucap mama yang membuat Andra melotot menatap sang mama dengan kagetnya, ternyata mama masih ingat nama istri pertamanya, istri yang telah tega menduakanya dengan rekan sesama Dokter di Rumah sakit tempat Andra bekerja, dan ia pun termasuk teman baik Andra, namun itu dulu...tidak untuk sekarang.

"Mah...kenapa Andra masih memikirkan istri orang? Rena sudah bahagia dengan teman Andra mah...mau bagaimana lagi, malah Andra dengar...Rena sudah mengandung anak kedua mah...ya...dia bahagia dengan pilihanya, Andra mau bagaimana lagi, Andra tidak bisa bahagiain dia. Atau...begini saja mah...mama atur saja deh Andra dengan siapa saja, tapi ingat! putra mama ini ganteng lo...milihnya juga yang cakep...jangan yang asal asalan! tidak mungkin Andra mau!" Ucap Andra dengan seriusnya.

Dan saat itu pula, sang mama segera meraih lengan sang putera lalu memeluknya, menepuk nepuk pundaknya dengan tepukan ringan yang menenangkan. Hingga, tanpa sadar kemeja yang Andra pakai basah oleh air mata mama yang menetes disana. Andra paham bahwa kehidupannya sungguh sungguh menyedihkan, mungkin saat itu mamanya pun sedang iba padanya, tapi sungguh ia tidak ingin orang yang Andra sayang mengasihaninya, Andra ingin sebaliknya, karena Andra memang baik baik saja saat itu.

"Ya...ya...mama! bocor apa banjir ini mah?" Ucap Andra dengan candanya, yang langsung mendapat tabokan dari tangan sang mama yang masih memeluknya.

"Puteraku...mama akan menemukan seseorang yang akan betah berada di sisimu, menyayangimu, menjagamu dan hartamu, menjadikanmu raja di dalam hatinya, didalam rumahnya, dan mama akan pastikan yang terbaik untumu. Mama janji sayang...mama akan menemukanya segera! sabar ya...kesedihanmu,kesepianmu, kesendirianmu ini pasti akan terbayar dengan bahagia kelak." Ucap dalam hati mama yang masih menangis dipelukan Andra.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel