Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 1 Rafandra Erlangga

Bab 1 Rafandra Erlangga

Hiruk pikuk oarang berlalu lalang dikantin siang itu terlihat kian memanas ketika waktu jam makan siang untuk para medis di Rumah sakit Medika berlangsung. Namun, barulah terlihat Dokter tampan dengan langkah gontainya yang baru tiba di meja paling ujung dengan sepiring makanan dan buah di tanganya, tak lupa sebotol air mineral yang ia bawa serta.

Ya. Dia adalah Dokter Rafandra Erlangga, spesialis kandungan yang sudah lumayan lama bekerja di Rumah sakit tersebut, selain disana, ia pun membuka praktek di Kliniknya sendiri, Klinik bersalin Rafandra miliknya yang sudah ia dirikan sejak tiga tahun lalu, dan sudah lumayan banyak pasien disana, ia dibantu rekan sesama Dokter kandungan untuk mengelolanya, karena memang hanya menerima pasien khusus kandungan, dan tetek bengeknya seputar kandungan.

Dokter Natasya Abiyasa, adalah dokter spesialis kandungan, ia sudah memendam perasaan pada Dokter Rafandra semenjak ia bekerja di Rumah sakit tempatnya bekerja kini dan turut serta membantu Dokter Rafandra di Klinik bersalin miliknya. Apa lagi ia mengetahui sang Dokter pujaan hatinya adalah seorang duda.

"Kok baru kelihatan Dok?" Tanya Herman pada Dokter atasanya, Herman adalah perawat yang berada dibawah komando Rafandra.

"Biasa...ngumpet dulu, nungguin itu maklampir pergi dulu, baru bebas datang kemari." Ucap Rafandra dengan ucapan lesu dan lirikan matanya saja, sembari tanganya menyuap perlahan makanan yang ada di atas piring depan nya.

Maklampir yang Rafandra maksud adalah ibu kantin yang sudah separuh baya, namun ia begitu kecentilan pada Dokter Rafandra, karena memang ia seorang janda pula, ia tidak pernah menyerah untuk gencar mengejar Dokter Rafandra agar mau menerimanya.

"Salah sendiri, Dokter ganteng sih...kalau aku jadi cewek juga aku ikutan ngejar." Ucap canda Herman dengan senyum cekikik yang khas miliknya.

"Sekali lagi kamu ngomong kayak gitu! nih aku tambahin kuah tuh nasi kamu! ngomong suka bener." Ucap Rafandra yang berusaha ikut mengimbangi lelucon yang Herman lontarkan.

"Oh ya Her, aku cuti tiga hari ya...kamu jaga sama Dokter Natasya, ingat...kamu jangan kecentilan." Ucap Rafandra dengan tinjuan yang ringan di lengan Herman.

Memang sangat keliahatan, bahwa Dokter Natasya menyukai Dokter Rafandra, namun Rafandra belum berniat membuka hatinya, setelah dua kali gagal dalam rumah tangganya, untuk urusan jodoh, ia benar benar seakan akan sudah menyerah dan lelah.

"Iya Dok tahu, tahu...Kalau pun aku centilin,Dokter Natasya juga tak mungkin melirikku kok." Ucap balik Herman yang mendapat anggukan beberapa kali dari Rafandra.

"Dokter tumben cuti sampai tiga hari, mau ngapain? Mau kemana? Mau jemput calon nya ya?" Ucap Herman yang penasaran di buatnya.

"Mau ngunjungin papa sama mama Her...Semenjak aku cerai dua tahun lalu, aku belum mengunjungi mereka, habisnya mereka sibuk jodohin aku terus, katanya sudah pengen nimang cucu." Ucap Rafandra dengan seriusnya, itu lah sebab nya Rafandra jarang pulang ke rumah dan memilih membeli apartemen sendiri di Kota dekat dengan Klinik bersalin miliknya.

"Oh gitu ya Dok, baiklah...saya akan bekerja sepenuh hati dan perasaan." Ucap Herman namun sudah tidak di gubris oleh Rafandra, ia segera menyudahi makan nya dan meninggalkan piring makanannya disana dan meninggalkan Herman sendirian karena ibu kantin sudah tiba, terdengar dari suaranya yang menggelegar mengalahkan spiker obat kudis yang beredar dijalanan dengan menggunakan mobil bak terbuka.

"Enaknya jadi pak Dokter, bisa dekat sama ibu kantin, pasti dapat jatah dagingnya banyak, eh malah kabur kaburan." Ucap Herman yang masih menikmati makanan di piringnya.

Rafandra pun masuk kedalam ruanganya, menutup kembali pintu yang baru di bukanya, mengambil kursinya dan duduk menyandarkan punggungnya disana, kepalanya menengadah menatap langit langit ruang kantornya.

"Takada motivasi hidup. Yang lain pada giat kerja, gila gilaan untuk biaya anak dan istrinya, akh! Aku untuk siapa dong? Wanita semuanya sama! Kalau tidak nikah demi uang, ya nikah demi belanja! sial sekali aku ini...dua kali nikah, berakhir sama." Ucap Rafandra dengan gerutunya.

Istri pertamanya adalah kekasih yang sudah ia pacari sejak kuliah, dan bahkan hingga detik ini ia masih menyimpan rasa padanya, namun kenyataanya ia memilih berselingkuh dengan teman dekatnya karena merasa nyaman dan keluhnya di dengar saat curhat dengan lelaki brengsek yang kini menjadi suaminya.

"Sial!" Ucapnya lagi.

Hingga terdengar suara ketokan dari pintu luar ruanganya beberapa kali.

"Masuk..." Ucap Rafandra sembari menegapkan duduknya, ia pikir yang tengah mengetok pintu tadi adalah pasien yang akan memeriksakan kandunganya, karena memang di bagiannya lah yang terlihat paling ramai pengunjung, bahkan ada pula anak sekolahan yang hanya mampir untuk sekedar berfoto denganya.

"Dok, ada undangan untuk anda." Ucap seseorang dengan mengulurkan tanganya dan memberikan satu undangan pernikahan untuknya.

Rafandra pun mengucapkan terimakasih pada orang tersebut, lalu menerima undangnya, mengamatinya sembari membolak balikan undangan tersebut.

"Sasa dan Rando." Ucap Rafandra menggumam sembari membaca tulisan yang ada di kertas undangan yang ia baca.

Sasa adalah mantan istri keduanya yang mata duitan, dan sekarang menikah duluan, mendahuluinya.

"Sial! si Sasa nikah duluan!" Ucap Rafandra dengan kesalnya, bukan kesal karena marah, melainkan kesal karena keduluan mendapat pasangan dari mantan istrinya itu.

"Pasti dia sedang mengejekku kan? Karena aku belum dapat penggantinya! tidak bisa di biarkan! aku tidak akan datang ke acaranya! enak aja! tapi...kalau tidak datang nanti aku malah kelihatan kalah!" Ucap Rafandra menggerutu.

"Tidak mungkin kan aku mengajak Natasya? Akh jangan! Tidak mungkin! Nanti dia terluka kalau tahu aku hanya mempermainkan perasaanya saja!" Ucap Rafandra dengan hati yang benar benar bimbang.

"Akh...masih seminggu, Biarlah...pikir kan saja sambil berjalannya waktu!" Ucap Rafandra lagi dalam hatinya.

Lalu memasukan kertas undangan tersebut kedalam laci meja di depanya.

Siang itu pun berlalu begitu cepat, hingga sore harinya Rafandra mulai mengemas semua pakaian yang akan ia bawa ke rumah mama papanya. Mengemasnya kedalam tas besar yang muat puluhan potong pakaian, namun tidak sebesar koper pada umumnya.

hari berganti, dan waktupun berlalu, pagi itu, Rafandra sudah siap siap akan melakukan perjalanan ke rumah keluarganya, ia sengaja tanpa supir dan memilih menyetir sendiri ke rumah mama papanya, meski perjalanan panjang hingga tiga jam itu pun sangat melelahkan bagi Rafandra, namun sepertinya ia sudah terbiasa, hampir satu bulan sekali dulu ia datang ke rumah mama papanya, namun setelah bercerai, ia baru datang hari itu.

Hingga mobil yang di kendarainya masuk ke sebuah halaman luas dari pekarangan rumah megah di Desa tempat tinggal mama papa nya.

"Aish...kenapa aku merasa seperti seorang tahanan yang kabur?" Ucap Rafandra dalam hatinya, ia merasa begitu gelisah meski baru menurunkan kedua kakinya dari dalam mobil yang baru ia hentikan tepat di depan rumah megah tersebut.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel