Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2 Tujuh Hari Penembusan Kejahatan

Di atas panggung, Alex mengangkat kepalanya dan memandang Alvin dengan menghina, dia sangat menyukai perasaan menginjak-injak orang di bawah kakinya.

Namun, ekspresi Alvin tidak berubah sedikit pun.

Alex keliru dia mengira Alvin terlalu takut untuk berbicara, dan dia berkata dengan provokatif: "Maaf, aku terlalu blak-blakan, jika telah melukai harga dirimu yang rapuh, maka aku minta maaf."

"Sebenarnya, aku tahu kenapa kamu datang hari ini. Bukankah kamu hanya ingin menggunakan kematian Adikmu untuk memeras sejumlah uang dariku?"

"Aku telah banyak melihat orang yang sepertimu."

Alex mengangkat bahu dan berkata, "Namun, bukannya aku tidak ingin memberimu uang. Selama di depan umum kamu bersedia mengatakan tiga kali, "Alvan layak mati, aku akan memberikanmu... um...sepuluh juta, bagaimana?"

Penghinaan.

Menghina secara terang-terangan!

Terdengar gelak tawa dari bawah panggung, semua orang mencondongkan tubuh ke depan dan ke belakang dengan tertawa, bahkan ada yang menyemburkan minuman dari mulutnya.

Namun, dalam menghadapi penghinaan langsung seperti ini, Alvin tidak terlihat marah.

Tidak terlihat sukacita maupun kemarahan.

Entah itu berarti dia benar-benar orang yang tidak berguna, tidak berkomitmen dan tidak berani berbicara.

Atau, dia adalah sosok yang luar biasa, mengabaikan penghinaaan dunia dan tak tergoyahkan seperti gunung.

Alex tidak puas karena dia merasa diirnya tidak bisa memahami Alvin.

Setelah semua orang tertawa, Alvin berjalan menuju ke arah mikrofon.

"Sekarang giliranku yang berbicara."

Nada suaranya terdengar tenang serta rendah, ada rasa khidmat yang bukan amarah maupun gengsi, sehingga mereka yang tersenyum langsung menutup mulut dan menatapnya.

Alvin berkata: "Aku datang ke sini hari ini untuk menyampaikan satu hal kepada kalian. Dalam tujuh hari, masing-masing dari kalian harus berlutut di depan makam Adikku selama lima jam setiap hari untuk menembus kejahatan kalian."

Ah?

Semua orang di bawah panggung saling memandang, dan mereka tidak mengerti apa yang dimaksud Alvin.

"Apakah orang ini sudah gila? Hal bodoh apa yang dikatakannya."

"Menyuruh kita berlutut untuk pecundang itu? Apakah dia layak?"

"Tak tahan lagi aku ketawanya, lucu sekali, dari mana orang bodoh yang tidak ada didikan ini berasal?"

Alvin mengabaikan kritik dari orang-orang ini dan dia melanjutkan: "Dalam tujuh hari, siapa pun yang tidak melakukan apa yang aku katakan, akan ..."

Dia mengeluarkan sebuah buku kecil berwarna biru, "... Akan tercatat di daftar buku hitamku."

Puhhh……

Tiba-tiba, terdengar gelak tawa di tempat.

"Tercatat di daftar buku hitam? Aiyoo, aku sangat takut."

"Kenapa kamu tidak bilang untuk memblokir instagram dan WA kami? Hahahaha."

"Dasar bodoh, benar-benar kakak beradik yang bodoh."

Mengenai 'intimidasi' Alvin, tidak ada yang memedulikannya, mereka semua sedang menertawakan Alvin.

Tetapi jika ada orang yang memahami masa lalu Alvin dan memahami arti dari Dewa Perang Alvin, maka mereka tidak akan memperlakukannya seperti ini, ketika namamu tercatat di dalam daftar buku hitam Alvin, maka kamu boleh menyiapkan peti mati terlebih dahulu.

Alvin menyimpan buku kecil berwarna biru itu.

"Ingat, kalian hanya punya waktu tujuh hari."

Setelah selesai berbicara, dia turun dari panggung dan berjalan menuju ke arah pintu masuk aula.

"Berhenti, apakah aku sudah mengizinkanmu pergi?"

Alex berkata dengan ringan, dan beberapa penjaga keamanan segera memblokir pintu, tidak memberi kesempatan buat Alvin pergi.

Alex berkata dengan dingin, "Kamu pikir tempatku ini tempat apa, mau pergi sesuka hatiimu?"

"Tempatku, tidak semua orang bisa datang untuk membuang kentut dan langsung pergi."

"Alvin, melihat almarhum Adikmu telah membantuku mencapai titik puncak, aku akan memberimu kesempatan. Hari ini, selama kamu berlutut dan bersujud kepadaku, aku akan mengizinkanmu...em... untuk merangkak keluar dari pintu ini."

Patrick membawa sekelompok penjaga keamanan untuk maju dan mereka semua mengeluarkan tongkat listrik.

Dari tadi dia sudah tidak suka melihat Alvin, dan sekarang akhirnya dia bisa menghadapinya secara terbuka.

"Berlutut."

"Meminta maaf."

"Belajarlah seperti anjing untuk merangkak keluar!"

Karyawan Mirex Tech berteriak, dan mereka sangat tidak sabar ingin melihat penampilan Alvin.

Patrick menunjuk Alvin dengan tongkat listrik, "Cepat, apakah kamu sudah mendengarnya?"

Alvin tetap tenang seperti biasa.

Gangguan dari dunia luar sama sekali tidak mengganggunya, dan emosinya sepertinya tidak pernah terganggu.

Alex berkata dengan tidak sabar, "Sepertinya ada orang tidak mengerti apa yang dimaksud dengan yang lemah akan di tindas oleh yang kuat. Dia menolak untuk melakukannya, maka paksa dia untuk melakukannya!"

"Baik!"

Patrick memimpin para penjaga keamanan berjalan menuju ke arah Alvin.

Tiga meter.

Dua meter.

Satu meter!

Begitu mereka masuk dalam jarak satu meter dari sisi Alvin, mereka tidak bisa melihat gerakan Alvin, mereka hanya terdengar suara keras, dan dua penjaga keamanan langsung terbang keluar.

Terdengar suara pukulan, kedua satpam itu jatuh tersungkur ke lantai, kemudian muntah darah dan pingsan.

Ini……

Ruangan tiba-tiba menjadi sunyi.

"Apa yang terjadi barusan?"

"Aku tidak tahu, dalam sekejap mereka berdua terbang keluar dan pingsan."

"Apakah dia melakukan sihir?"

Patrick menelan ludah, dia merasakan ketakutan.

"Apakah dia adalah monster?"

"Kalian, maju bersama!"

Beberapa penjaga keamanan saling melirik, pada saat yang sama mereka bergegas maju bersama, dan mereka ingin memukul kepala Alvin dengan tongkat listrik.

Alvin melambaikan tangannya, embusan angin membuat mereka terkejut secara bersamaan.

Kemudian, tiba-tiba Alvin mengangkat kakinya, bayangan melintas, setiap penjaga keamanan kena tendangan di perut, bang bang bang bang, terdengar suara tendangan terus menerus, dan dalam sekejap mata, semua penjaga keamanan tergeletak di lantai lalu muntah darah..

Ada beberapa orang tulang rusuknya patah, dan terbaring di lantai dengan kesakitan.

Tidak ada yang tertawa lagi.

Mereka mulai memahami konsekuensi dimasukkan ke dalam daftar buku hitam oleh orang seperti ini.

Alvin berjalan ke arah Patrick, dia meletakkan tangannya di bahunya Patrick hingga membuat kaki Patrick gemetaran akan ketakutan, dan berlutut di tempat.

"Kakak, aku sudah tahu bersalah, jangan pukul aku."

"Aku memiliki hubungan yang dekat dengan Alvan, dan kami sering minum bir bersama."

"Kakak Alvin, tolong maafkan aku, maafkan, maafkan aku."

Alvin terkekeh dan menepuk bahu Patrick beberapa kali, setiap kali tepukannya membuat Patrick ketakutan.

"Hargai hidup dengan baik."

Alvin berbalik baadan dan berjalan menuju ke arah pintu, semua orang melepaskannya dengan sukarela, dan tidak ada yang berani maju untuk menghentikannya.

Melihat Alvin pergi, Patrick menghela nafas lega.

Dia segera berdiri lalu tersenyum dan berkata, "Kakak Alvin, hari ini kamu tidak membunuhku adalah kesalahan terbesarmu, kamu tidak akan memiliki kesempatan lagi."

...

Alvin berjalan keluar dari pintu, dan Lukman segera menyambutnya.

"Tuan Muda, apakah Anda baik-baik saja?"

Alviin tersenyum dan menjawab: "Tentu saja aku baik-baik saja, bukankah aku keluar tanpa ada cedera?"

"Baguslah kalau begitu, baguslah."

"Paman Lukman, kita tidak boleh lama-lama di sini, kamu pulanglah dulu, dan aku akan mencarimu nanti ketika aku ada waktu."

"Baik, saya pergi dulu, Tuan Muda harus jaga diri."

Setelah Lukman pergi, Alvin berjalan di pinggir jalan sendirian, dan sebuah mobil coupe hitam berhenti di depannya.

Dia membuka pintu mobil dan masuk ke dalam.

Caleb melirik Alvin yang di kursi belakang mobil dan bertanya dengan bingung: "Kakak Besar, kenapa kamu memberi mereka waktu tujuh hari? Berdasarkan kemampuanmu, malam ini kamu bisa menyingkirkan mereka semua tanpa menyisakan satupun."

Alvin tidak menjawab dan bertanya, "Apakah kamu tahu mengapa kucing menangkap tikus?"

"Buat makan?"

"Tidak."

"Kucing tidak akan memakan tikus, alasan menangkap tikus adalah untuk menikmati proses bermain dengan tikus. Selama periode ini, tikus tahu dirinya pasti akan mati, namun dirinya tidak bisa lepas dari cakarannya kucing, dia mengalami kesulitan dan berusaha meronta."

"Manusia, jika mengerti dirinya pasti akan mati, dia akan mencoba yang terbaik untuk bertahan hidup, lalu pada akhirnya menyadari tidak ada cara untuk bertahan hidup, mereka akan putus asa dan menderita."

"Membunuh mereka dengan begitu saja itu sama sekali bukanlah hukuman."

"Aku ingin mereka merasakan putus asa."

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel