Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 1 Pertemuan

" Aaaaaa... "

"Uuhhhh"

"Aawwww"

"Masih berani kau dekati wanitaku?"Tanya salah seorang pria dengan jaket kulit berwarna hitam.

"Polisi... "Teriak seorang gadis berseragam putih abu-abu tiba-tiba dari belakang mereka.

"Siapa kau? "Tanya seorang pria di antara mereka.

Terlihat ada 6 pria dewasa yang tengah mengeroyok seorang pria yg sudah terlihat kalah tersungkur di bawah kaki mereka.

"Kalian berkelahi ini melanggar hukum, aku.. Aku baru saja menelpon polisi untuk datang kemari.".Ucap gadis tadi terlihat begitu yakin.

"Sialan kau. " Salah satu pria memberi kode pada temannya,hingga temannya itu berjalan mendekati gadis tadi.

"Jangan macam-macam, polisi akan segera tiba. " Ujar gadis tadi sembari melangkah mundur.

Para pria itu tertawa, "Hahaha kau kira kami percaya hah? "

Tiba-tiba terdengar suara sirine mobil polisi yang semakin lama semakin jelas terdengar.

"Aku sudah bilang tadi kan kalau aku sudah menelpon polisi untuk datang kemari."Ucap gadis tadi lagi.

.

"Sial"Ucap mereka,"Ayo kabur! "

Mereka kembali menoleh pada pria yang sudah terlihat tidak berdaya di lantai lalu kembali menatap gadis tadi.

"Kali ini kau selamat gadis cantik , Tapi tidak lain kali,berdoalah agar kau tidak bertemu lagi dengan kami. "Ujar pria dengan jaket kulit tadi sembari mengibaskan tangannya kearah lehernya seperti gerakan pisau memotong sesuatu lalu lari meninggalkan tempat itu.

Gadis itu menghela nafasnya lega lalu menatap pria yang tergeletak di bawah,lalu gadis itu melangkah menghampiri pria yg tergeletak hampir tak sadarkan diri itu.

"Kau tidak apa-apa?"Tanya si gadis terdengar khawatir.

Pria itu hanya meringis manahan sakit.Bahkan matanya tak mampu lagi terbuka sepenuhnya, dahi mulut dan hidung, semua hampir tertutup darah.

"Ah... "

Gadis itu terlihat gemetar, ragu-ragu ia memyentuh pria terluka itu, "Apa yang harus aku lakukan?"Gumamnya.

"Hei, kau apa bisa bangun?"

Terlihat pria itu semakin melemah, hingga bisa di pastikan dia kemudian terlihat tak sadarkan diri.

Gadis itu semakin memberanikan dirinya mendekati pria itu, di lihatnya semakin jelas ada sekali lebam di wajah si pria, darah di wajah sudah tak beraturan,kemudian si gadis memangku kepala pria tadi sembari membuka tas sekolahnya mengambil sesuatu.

"Untung aku bawa kotak p3k."Ucap si gadis.

Di lanjutkan dengan mengelap darah yang ada di wajah pria itu, kemudian memberi betadin ke luka-lukanya itu dan menempelkan hansaplas.

Pandangannya kaget beralih ke telapak tangan si pria yg terlihat banyak sekali mengeluarkan darah.

"Astaga,banyak sekali darah di sana! "

Ucap gadis itu dengan mata sedikit melotot karena kaget.

Kemudian si gadis merogoh kantong bajunya mengambil saputangan berwarna pink untuk di ikatkan di telapak tangan pria itu.

"Tak mungkin luka ini di plester dg hansaplas,lukanya terlalu panjang seperti sayatan dari pisau,tak apalah aku ikat saja dengan sapu tangan favoritku ini."Kata si gadis dengan ekspresi seperti sedikit tidak rela.

'hmmm sebenarnya ini adalah saputangan peninggalan ibuku, tapi pria ini lebih membutuhkan,semoga pendarahannya berhenti.' Batin si gadis.

Lumayan lama si gadis mengobati si pria tadi karena tak mungkin ia meminta tolong, di sini adalah ujung gang yang sepi bahkan dari tadi tak ada seorangpun yg lewat melalui tempat itu.

Lama-lama gadis itu bersandar ke tembok karena kelelahan sambil tetap memangku kepala pria tadi yg tengah pingsan.

Matahari semakin tinggi, tempat itu tetap saja sepi tak ada seseorangpun yang lewat sedari tadi.

"Eenghhhh..."Suara desahan menahan sakit dari si pria tadi yang sudah mulai sadar

'Siapa perempuan ini?'Batinnya.

Di amati wajah si gadis oleh pria tadi,

'Cantik, hidungnya mancung, bulu matanya sangat lentik dan bibirnya tipis berwarna pink sedikit mengkilat jadi terlihat sangat imut menggemaskan.'Batinnya lagi.

Kemudian pandangannya beralih ke pakaian yang gadis itu kenakan,

ada nama yang terpampang di seragam itu.

'ZARA ARUNA,jadi namanya Zara Aruna, dan itu adalah seragam SMA GARUDA.'Masih dengan batin si pria.

"Hhmmmm..."Gadis itu sedikit menguap, sepertinya dia terbangun.

Kemudian mata gadis itu terbuka

Dan pandangannya bertemu dengan mata si pria yang menurutnya sangat menakjubkan,Jernih dengan tatapan tajam namun tetap terlihat lembut.

"Ka,kamu kamu sudah sadar?" Tanya si gadis yg bernama Zara Aruna.

"Hhmmm"Jawab si pria.

"Apa kamu tidak apa-apa?Lukamu banyak sekali lebih baik kita ke rumah sakit."Kata si gadis terlihat khawatir

Pria itu berusaha bangkit, Namun terlibat kesusahan. "Tidak perlu"Jawabnya,"Jam berapa sekarang? "

"Emm, jam 10."Jawab si gadis sambil melihat ke arah jam tangannya.

"Whatttt..."Pekik si gadis terlihat kaget.

Kemudian pelan-pelan dia menurungkan kepala si pria dari pangkuannya dan membantunya agar bisa duduk bersandar pada dinding.

"Maaf aku harus pergi,aku sudah sangat terlambat ke sekolah, k,kamu bisa kan pergi sendiri ke rumah sakit?" Tanya si gadis sembari menata barang-barangnya dan memasukan ke dalam tas kemudian ia berdiri.

Pria itu tampak berusaha bangkit dan berdiri tetap bersandar pada dinding di belakangnya.

"Aku tidak apa-apa dan ter-"Ucapannya terpotong oleh si gadis

"Baiklah aku pergi dulu ya."Kata si gadis.Ia pun berlari meninggalkan si pria itu yang masih belum menutup mulutnya karena kalimatnya terpotong tadi.

"Makasih"Ucap nya lirih sambil tersenyum tipis, "Sampai jumpa lagi."

'Aku pasti akan membalas kebaikanmu ZARA ARUNA.'

Batin si pria sambil tersenyum tipis menatap telapak tangan kanannya yang terbalut kain berwarna merah muda.

Pria itu menunduk, lalu menatap sekelilingnya mencari sesuatu, hingga pandangannya menemukan apa yang ia cari.Dengan tertatih pria itu melangkah menuju pojokan dekat beberapa kardus dan drum yang ada di sana.

Sedikit membungkuk pria itu mengambil benda miliknya yang ia ingat telah di lempar olehnya tadi.

"Untung mereka tak menghancurkannya. "Ujarnya sambil menyalahkan benda itu.

"Aws,sakit juga. " Ujarnya menyentuk bibirnya,ia menarik nafasnya dalam dan menghembuskannya perlahan.

Lalu dia menelpon seseorang dan meminta bantuan untuk menjemputnya di sana, kakinya sedikit sakit ia tak mungkin berjalan ke jalan raya untuk mencari taksi atau kembali ke club malam untuk mengambil motornya.

"Sialan, kalau tahu perempuan itu punya orang mana mungkin aku tanggapi godaannya. ishhh.... "

Sedikit pening, pria itu kembali duduk sambil menunggu seseorang menjemputnya di tempat itu. Ia kembali menatap pada kain yang membalut telapak tangannya, lagi ia kembali tersenyum.

"Bahkan kita tak saling mengenal tapi dia mau menolongku, menarik. " Ucapnya.

Ia memejamkan matanya mengingat wajah cantik gadis tadi. Pipinya yang terlihat begitu halus, mata sayu yang terlihat sendu entah kenapa membuatnya serasa ingin mendekapnya ke dalam pelukannya.

"Zara Aruna. " Gumamnya lagi.

"Den.. "

Pria itu membuka matanya dan melihat seseorang yang datang dengan nafas tersengal.

"Antar aku ke apartemen."

"Aden kenapa? Ya Tuhan, sebaiknya kita ke rumah sakit den, kalau tuan besar tahu bisa gawat. "

"Papa tidak akan tahu kalau pak Jono tidak memberitahunya. "

"Tapi den."

"Pak Jono...." Geram pria tadi.

"Ya sudah,biar bapak bantu. "

Dengan hati-hati Pak Jono yang merupakan seorang supir pribadi memapah anak majikannya menuju mobil yang terparkir tak jauh dari mereka.

.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel