Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

#Chapter 4

Setelah berada di dalam kamar mandi Mama, aku langsung menelanjangi diriku sendiri. Sementara Mama pun melepaskan gaun rumah (housecoat), beha dan celana dalamnya. Ini adalah pertama kalinya Mama telanjang bulat pada waktu mau memandikanku. Mungkin karena beliau pun mau mandi juga.

Memang ada desir aneh di dada dan benakku melihat Mama dalam keadaan telanjang bulat begitu. Namun ternyata Mama pun tampak heran memandang ke arah penisku.

“Donny… dalam tiga tahun ini penismu jadi segede dan sepanjang ini?” ucap Mama sambil memegang penisku.

“Kan sekarang aku sudah gede Mam.”

“Sudah gede tapi masih mau disuapin dan dimandiin sama mama ya?”

“Kan aku ingin tau apakah Mama masih sayang sama aku nggak?”

Mama menciumi pipiku, lalu berkata, “Sampai kapan pun rasa sayang mama takkan pernah pudar, Sayang.”

Lalu Mama mengambil shower manual dan memancarkan air hangatnya ke tubuhku. Dan mulai menyabuniku dari kepala sampai ke kakiku. Tapi entah kenapa, ketika Mama menyabuni batang kemaluanku, begitu lama Mama menyabuninya. Sehingga diam – diam batang kemaluanku jadi ngaceng.

“Wow… dalam keadaan ngaceng gini penismu jadi lebih gede dan lebih panjang, Don,” kata Mama sambil mengocok penisku dibantu oleh air sabun.

“Iya Mam. Kata teman – teman, kalau penis sedang ngaceng gini lalu dimasukin ke dalam memek, rasanya enak sekali. Betul Mam?”

“Iya, betul. Memangnya kamu belum pernah menyetubuhi perempuan?”

“Belum, “aku menggeleng, “Kan kata Mama perempuan di Thailand ini hampir setengahnya berasal dari transgender. Lagian kata Mama juga di sini banyak sekali perempuan yang menderita HIV.”

“Iya. Apalagi di pantai Pattaya. Gudangnya HIV di Asia. Makanya harus hati – hati, jangan sembarangan main perempuan di sini.”

“Iya Mam. Main perempuan sih nanti aja kalau kebetulan kita pulang ke Indonesia.”

“Di mana pun kamu berada, jangan pernah menyentuh pelacur ya. Kalau pacaran dengan cewek baik – baik sih nggak apa – apa.”

“Iya Mama. Aku takkan sembarangan bergaul di Thailand ini. Tapi nanti Mama ajarin bagaimana cara untuk menyetubuhi perempuan ya Mam.”

“Haaa?! Mmm… ya udah, sekarang selesaikan dulu mandinya. Setelah mandi, kita malam ya Sayang.”

Setelah mandi, Mama menemaniku makan malam di ruang makan. Dua orang pembantu menghidangkan makanan di meja makan dan menunggu kami makan untuk menyediakan yang kurang.

Semua wanita yang bekerja di rumah ini berasal dari Indonesia. Karena hanya orang Indonesia yang paling mengerti apa yang diinginkan oleh aku dan kedua orang tuaku.

Pekerjaan mereka dibagi – bagi sesuai dengan bakat mereka sendiri. Ada tukang masak, tukang bersih – bersih rumah, tukang cuci pakaian, tukang merapikan taman kecil di pekarangan rumah dan sebagainya. Semuanya berasal dari tanah air kami.

Papa, Mama dan aku masih berkewarganegaraan Indonesia. Tapi kami punya izin stay permanent di Thailand dan di Singapore. Mungkin izin itu diberikan karena Papa tergolong pengusaha besar.

Setelah selesai makan malam, aku ngobrol dulu dengan Mama di ruang keluarga, sambil nonton televisi.

Setelah aku mulai menguap -nguap, Mama mengajakku tidur di kamarnya.

Di dalam kamar Mama itulah aku membicarakan hal yang belum selesai di kamar mandi tadi.

“Mam… kenapa ya waktu melihat Mama telanjang di kamar mandi tadi, Penisku jadi ngaceng?” tanyaku blak – blakan.

“Masa?! Sekarang lagi ngaceng nggak?” Mama balik bertanya.

“Nggak,” sahutku sambil memegang penisku di balik celana piyamaku.

Lalu Mama menanggalkan kimono dan celana dalamnya, jadi telanjang bulat, karena Mama biasanya tak pernah mengenakan bra kalau mau tidur. “Nah… sekarang Mama telanjang lagi… Penis mu ngaceng lagi nggak?”

“Ngaceng lagi Mam… lihat tuh…” sahutku sambil menurunkan celana piyama ku dan langsung memamerkan penisku yang langsung ngaceng setelah melihat Mama telanjang.

Mama yang masih telanjang tampak serius memperhatikan penisku yang sudah ngaceng ini. Lalu meraih tanganku ke atas bed.

“Ini normal – normal aja Don,” kata Mama mendorong dadaku agar telentang. Kemudian Mama menarik celana piyama ku sampai terlepas dari kedua kakiku.

Tangan Mama beralih ke penisku. Menggenggamnya dengan tangan kiri dan mengelus – elus moncongnya dengan tangan kanan. “Kamu sudah pernah merasakan ejakulasi nggak?”

“Hmmm… pernah. Tapi waktu tidur. Waktu itu aku bermimpi yang aneh, sampai akhirnya aku terbangun dan ternyata celanaku basah Mam.”

“Waktu itu kamu mimpi apa?”

“Mimpi diajak bersetubuh sama Mama.”

“Oh ya?! Serius?”

“Iya Mam.”

“Berarti kamu ngefans berat sama mama, sampai kebawa – bawa mimpi segala.”

“Ya iyalah. Di dunia ini Mama lah yang paling kucintai dan ku sayangi.”

“Sering kamu mimpi bersetubuh sama mama?”

“Hmmm… tiga atau empat kali gitu.”

“Lalu kamu ejakulasi terus setiap dapet mimpi seperti itu?”

“Iya Mam.”

“Kasian anak mama ini… rupanya diam – diam kamu mengagumi mama ya?”

“Iya Mam.”

“Hmmm… emangnya mama ini cantik di matamu?”

“Di mataku, Mama paling cantik di dunia ini.”

Lalu Mama menghimpit ku. Mencium bibirku dengan hangatnya, disusul dengan bisikan, “Di mata mama, kamu juga cowok yang paling tampan di dunia ini.”

Aku agak bingung pada mulanya. Karena ini pertama kalinya Mama mencium bibirku, dengan sikap yang lain dari biasanya pula. Tapi jujur, aku suka dengan sikap dan perilaku Mama seperti ini.

“Kamu ingin agar mimpi – mimpimu itu diwujudkan dalam kenyataan?” tanya Mama yang sudah melorot turun dan memegangi penis ngacengku lagi.

“Mau Mam… mauuu… !” sahutku spontan.

“Mimpi – mimpimu akan mama wujudkan. Tapi ingat… ini sangat rahasia ya. Orang lain jangan sampai tau. Papa juga jangan sampai tau.”

“Iya Mam. Aku janji akan merahasiakannya kepada siapa pun.”

“Sekarang kamu diam aja ya. Mama akan melakukan sesuatu untukmu. Jangan bersuara keras – keras, takut kedengaran sama orang di luar.”

“Iya Mam,” sahutku dengan suara dipelankan.

Mama pun mulai menjilati moncong dan leher penisku. Membuat nafasku tertahan – tahan karena merasakan geli – geli enak. Terlebih lagi ketika Mama mengulum penisku, sambil mengurut – urut batangnya yang tidak terkulum olehnya.

Aku pun merintih perlahan, “Mama… aaaaa… aaaaah… Mamaaa… iii… ini renak sekali Mam… ooooooooh… Mamaaa… aku sayang Mamaaa… aku makin sayang sama Mamaaa… oooooooh…”

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel