Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2 Di Mana Anak Saya?

Bab 2 Di Mana Anak Saya?

Rasa sakit di bagian perut bagaikan siksaan neraka bagi Imelda.

Dokter dan suster terus memberi semangat kepada Imelda untuk bertahan.

Imelda menggigit gigi, dahinya sudah penuh keringat bahkan mengalir masuk ke dalam mata, rasa yang perih dan sakit, sampai keluar air mata.

Dia berpikir, dia memang harus bertahan hidup.

Jika meninggal dalam keadaan ini, Anthony tidak akan tergoyah, kalau begitu, buat apa mati?

Dia harus hidup.

Keyakinan ini yang membuat Imelda mengeluarkan segenap tenaga, dia sendiri bahkan tidak tahu kenapa bisa bertahan. Karena rasa sakit telah membuat pikirannya bersamar-samar. Semua yang dilihat di saat itu hanya berkeping-keping.

Bahkan suara yang di samping telinganya juga berkeping, dia tidak paham sama sekali.

Keadaan ini diakhiri dengan suara tangis bayi.

"Laki-laki!" ucap suster dengan gembira.

Imelda merasa lega kemudian terpingsan kemudian.

Pada saat siuman, sudah di pagi hari kedua.

Kamar pasien yang kosong, tidak ada yang menunggu, Imelda harus berusaha sendiri untuk keluar kamar, kemudian dia bertanya kepada suster yang lewat, "Di mana anak saya?"

Suster melihat nomor kamar lalu menjawab, "Kamu adalah Nona Jiang yang beru melahirkan..."

Ekspresinya sangat aneh.

"Kenapa?" Imelda merasakan sesuatu yang tidak baik.

Suster geleng kepala, "Kamu cari dokter sendiri saja, dia akan membertahu kamu keadaan anakmu."

Jantung Imelda berdetak semakin kencang, dia segera mencari dokter berdasarkan informasi suster.

"Anakmu... kesehatannya bermasalah," Dokter Liu mengeluarkan dokumen-dokumen pemeriksaan lalu berkata, "Anakmu adalah penderita sakit jantung dan penciutan ginjal sejak lahir, ditambah kamu yang tenggelam dan kekurangan napas, lalu susah melahirkan, sehingga rahimmu kekurangan oksigen dua kali, jadi otak anakmu akan meninggalkan kerusakan, dan akibat dari kerusakan ini adalah... IQ rendah."

Penjelasan ini bagaikan kepalan tangan yang meninju kepala Imelda, hampir membuat dia pingsan.

Dia memegang meja sekian lama baru menyadarkan diri, dengan rasa takut, "Apakah masih bisa diobati? Dokter, tolong anak saya."

Dokter menahan tangannya dan menghela nafas, "Jantung dan ginjal masih gampang, karena bisa dikendalikan dengan obat dan operasi. Mengenai otak... saya sarankan kamu mengirimkannya ke luar negeri jika kamu mampu."

Dalam keadaan tidak sadar, Imelda meninggalkan kantor dokter untuk menghampiri ruang bayi, dengan dibatasi oleh kaca, dia menatapi bayi yang sedang tidur dengan nyenyak, dia pun tidak tahan tangis lagi.

Anaknya... kenapa anaknya harus menderita seperti ini...

Berobat ke luar negeri... Imelda menguatkan diri... dia pasti akan mengantarkan anaknya untuk berobat ke luar negeri.

"Nona Jiang," terdengar suara seorang suster yang kemudian memberikan nota tagihan kepadanya, "Ini adalah semua biaya pertolongan, persalinan, opname serta perlindungan anakmu, mohon dibayarkan segera."

"Baik," Imelda langsung terkejut ketika melihat nominal yang sebesar ratusan ribu Yuan.

Suster segera menjelaskan, "Keadaan anakmu sangat komplikasi, sehingga biayanya lebih tinggi. Bahkan akan ada biaya yang lebih besar lagi nanti, kamu harus bersiap-siap."

"Iya," Imelda segera melunasi semua biaya itu dengan kartu.

Setelah suster pergi, hapenya menerima pesan bank yang menyatakan bahwa sisa saldo di rekening hanya seratus ribu Yuan.

Setelah menikah, dia mengundurkan diri dari pekerjaan. Walaupun Anthony tidak pernah membatasi kebutuhan pokoknya, tetapi juga tidak pernah, memberikan uang belanja padanya. Jadi, sumber pendapatan satu-satunya berasal dari sebuah ruko.

Sisa tabungan sudah tinggal sedikit, sekarang masih harus siapkan biaya pengobatan anak, jadi menjual ruko menjadi jalan satu-satunya.

Imelda mengumumkan berita penjual ruko, kemudian mencari nomor kontak di hape, dia tetap ingin memberitahu Anthony terlebih dahulu.

Tidak ada yang menjawab. Anthony tidak pernah menjawab panggilan teleponnya.

Imelda sudah biasa terhadap keadaan ini, kemudian semua kata-katanya diubah menjadi pesan singkat.

Sambil mengetik sambil meninggalkan ruang bayi dan berjalan ke arah lift.

Di saat yang bersamaan, terlihat sebuah bayangan dari postur tubuh yang tinggi jalan mendekat.

Imelda melihat ke orang itu, kemudian tersenyum, "Anthony... kamu sudah datang. Kamu datang anak kita ya? Dia di...."

Anthony melirik dia, dari pandangan matanya hanya ada rasa kesal.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel