Bab 15 Tawaran
"Kenapa kakek membiarkannya pergi, bukankah dia belum sembuh total." Intan melihat Edi. "Aku mempunyai firasat dia tidak akan mati dengan mudah. Aku juga akan mengawasinya." Balas Edi.
~
Renji berjalan keluar rumah kemudian melihat beberapa zombie yang berdiri di jalan. Renji mengambil sebuah batu kemudian melempar ke zombie. "Buk." "Woarr." Zombie berteriak saat batu mengenai kepalanya dan melihat ke arah Renji. "Kemarilah." Renji memegang pedang katana dan memasang kuda-kuda.
~
"Kek, apa kamu yakin Renji bisa menang melawan zombie." Intan khawatir saat melihat zombie berlari ke arah Renji. "Jangan meremehkan dia, kamu tidak tahu alasan mengapa dia terluka." Balas Edi. "Memang dia terluka karna apa kek." Intan penasaran. "Dia terluka karna melawan monyet bermutasi setinggi 3 meter lebih." Balas Edi. "Apa." Intan terkejut.
~
Saat ini Renji yang memasang kuda-kuda bertarung melihat zombie mendekat ke arahnya. "Mati." kata Renji menebas leher zombie. "Crash." "Buk." Kepala zombie jatuh dan menggelinding. "Woar." Renji melihat beberapa zombie berlari ke arahnya. "Semuanya kemarilah." Renji berkata dengan percaya diri. Setelah mendekati kematian, Renji tidak takut lagi terhadap zombie biasa.
~
"Crash. Crash." Renji dengan mudahnya membunuh zombie yang menyerangnya. "10." Kata Renji melihat zombie terakhir yang dia bunuh. "Woar." "Tidak ada habisnya." Renji menghembuskan napas ketika melihat zombie mulai berdatangan ke arahnya.
~
"Kakek, apa dia ahli pedang." Intan kagum melihat Renji dengan mudahnya menebas zombie. "Aku tidak tahu, aku yakin sebelum dia terluka. Dia telah membunuh banyak zombie dengan pedangnya." Balas Edi.
~
5 menit kemudian Renji terengah-engah saat berdiri di tumpukan zombie. "Sepertinya aku harus beristirahat dulu." "Woar." Saat hendak beristirahat Renji melihat zombie berkulit merah yang tingginya 3 meter lebih. "Ini pasti zombie yang diceritakan Edi." Renji melihat zombie dengan ekspresi buruk.
~
"Zombie itu muncul." Edi berkata dengan ekspresi buruk kemudian keluar dari rumah. "Renji cepat masuk ke dalam rumah." kata Edi kepada Renji. "Sudah terlambat untuk masuk ke dalam rumah. Dia pasti mengetahui kita." Renji tersenyum kecut.
~
"Boom." Namun detik berikutnya Renji melihat zombie meledak. "Ehh." Renji dan Edi terkejut melihat zombie tiba-tiba meledak. "Tentara." Kata Edi melihat 5 pria dengan seragam hijau membawa senjata dan bazooka.
~
"Apa kalian manusia evolusi." Tanya seorang tentara melihat Renji dan Edi. "Tidak, aku hanya manusia biasa." Balas Renji. "Aku juga tidak, aku hanya seorang pelatih fitness." Kata Edi. "Tidak mungkin manusia biasa dapat membunuh puluhan zombie." Seorang tentara melihat mayat zombie yang tergeletak dimana-mana. "Aku cukup mahir menggunakan pedang, jadi membunuh zombie biasa bukan masalah." Balas Renji.
~
"Oh, apakah kamu tertarik bergabung dengan tentara. Saat ini kami membutuhkan orang sepertimu untuk mengalahkan zombie." Kata seorang tentara. "Maaf, aku masih belum sembuh total. Tulang rusukku patah." Balas Renji. "Dia benar, tulang rusuknya patah akibat bertempur melawan monyet bermutasi." Lanjut Edi.
~
5 tentara terkejut dengan kata Renji dan Edi. "Jika kamu sudah sembuh, datanglah ke markas tentara di kawasan Jember. Sebut namaku Abi dan bilang kamu direkomendasikan olehku." Kata seorang tentara. "Terimakasih atas tawarannya, aku akan memikirkannya setelah sembuh." Balas Renji. Seorang tentara mengangguk kemudian pergi diikuti tentara lainnya.
~
"Mereka pasti membentuk kelompok kecil dan mulai membersihkan zombie di kawasan tertentu." Kata Edi. "Benar, aku menabak tentara yang bernama Abi manusia yang berevolusi." Balas Renji. "Mungkin." Kata Edi.
~
Renji dan Edi kemudian masuk ke dalam rumah. "Renji apa kamu baik-baik saja." Intan khawatir kemudian berjalan ke arah Renji. "Aku baik-baik saja Intan." Renji tersenyum kepada Intan. "Uhuk." Edi terbatuk. Mendengar kakeknya yang pura-pura batuk Intan tersipu malu.
~
"Aku akan istirahat dulu di kamar." Kata Renji kemudian masuk ke dalam kamar. Melihat Renji masuk ke dalam kamar Edi berkata. "Apa kamu menyukainya." "Ahh, siapa yang menyukainya kek." Balas Intan kemudian masuk ke dalam kamarnya. "Dasar, aku juga pernah muda." Edi menggeleng.
~
Saat ini Renji sudah duduk di kasur dan memegang smartphone special. "Aku ingin lihat statusku. Apakah sudah level up atau belum" Kata Renji kemudian melihat statusnya.
~
Nama : Renji Mccoy
Usia : 23 tahun
Level : 7 next level (5/70) exp
Kekuatan : 7
Agility : 6
Vitalitas : 15
Stamina : 2/7
Reflek : 6
Poin : 4
~
"Bagus, aku level up." Renji tersenyum melihat dirinya level up. "Apa aku harus menambahkan 4 poin yang kudapatkan ke vitalitas." Renji mulai ragu. "Aku sudah hampir sembuh total, jadi aku akan menambahkan 2 poin ke vitalitas, 1 poin di agility dan 1 poin di reflek." Kata Renji kemudian menambahkan poin.
~
"Uuhh." Renji mengigit bibirnya saat merasakan aliran listrik dari smartphone specialnya. "Aku merasa jauh lebih baik, mungkin aku 90 persen sudah sembuh." Renji tersenyum merasakan dirinya jauh lebih baik.
~
Renji kemudian keluar kamar dan melihat Edi yang sedang duduk termenung. "Apa yang kamu pikirkan pak." Tanya Renji. "Persediaan makanan hampir habis, mungkin cukup sampai 3 hari kedepan." Balas Edi menghela nafas.
~
"Oh, mengapa anda tidak mengambil makanan di supermarket." Kata Renji. "Aku tidak suka mencuri." Edi menggeleng. "Kamu orang baik pak. Tapi kita harus merubah cara berpikir kita di dunia yang hancur ini." Balas Renji. "Aku tahu." Edi menghela nafas. "Dirumahku banyak makanan, mengapa tidak pindah ke tempatku saja." Balas Renji tersenyum.
~
"Oh, itu ide bagus." Edi tersenyum. "Baiklah pak, panggil Intan untuk segera berkemas. Kita akan pergi sebentar lagi." Kata Renji. "Haha, oke nak. Kamu terlalu terburu-buru." Edi tertawa kemudian mulai memanggil Intan.
~
10 menit kemudian Renji, Edi dan Intan selesai berkemas. "Baiklah ayo berangkat." Kata Edi kemudian masuk ke bagasi dan menyalakan mobil. Renji dan Intan kemudian masuk ke dalam mobil. "Baiklah, kita berharap saat menuju rumah Renji. Tidak bertemu dengan zombie yang berevolusi dan hewan bermutasi." Kata Edi kemudian menyalakan mobil.
~
5 menit kemudian. "Renji apa rumahmu masih jauh." Kata Edi yang mengendarai mobil. "Jika kita berkendara seperti ini, mungkin 40 menit lagi sampai dirumahku." Balas Renji. "Hehe, aku sudah tua jadi tidak berani mengendarai dengan cepat. mengapa tidak kamu saja yang menyetir." Kata Edi. "Tidak, jika ada zombie berevolusi atau hewan bermutasi yang menghadang jalan aku akan langsung turun dan menghadapi mereka." Balas Renji dengan ekspresi serius.
