Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 1

Terasa sesak dibagian perut, seperti tertindih sesuatu. Membuat mata yang masih pengen merem harus beneran melek. Mengerjab pelan, lalu mengucek mata dan melek dengan menyipit. Gue lihat arah jendela yang masih petang. Ini berarti masih pagi buta. Gue bergumam.

Ingat, semalam nggak bisa tidur karna harus dengar omelan Mama ke Linxi. Mama teriak-teriak panjang kali lebar mirip induk ayam yang lagi bertelur. Setelahnya, Linxi nyalain radio dengan volume yang super kencang. Membuat gue nggak bisa kembali bermimpi.

“Aaa!” Teriak gue dengan suara melengking.

Mata gue terbelalak melihat ada tangan yang melingkar diperut dan kaki yang menindih paha. Lebih terkejut lagi saat mengetahui pemilik tangan dan kakinya adalah seorang lelaki. Lelaki ini memeluk gue selayaknya guling. Gue angkat tangannya pelan untuk menjauh.

“Diem lo! Gue masih ngantuk, bego!” Seru lelaki ini dengan mata yang masih terpejam. Gue menoleh, menatap wajah tampan tapi terlihat seperti setan dimata gue. Langsung gue tonyor kepalanya. “Bangun, setan! Jan asal peluk orang!”

Bhuuk!

“Aaw! Sakit, bego!” keluh gue.

Gue dinendang hingga jatuh kelantai. Kening berhasil mencium kaki meja yang terletak disamping tempat tidur. Susah payah gue bangun, berdiri mengamati lelaki yang kembali merem dengan santainya. Bahkan kening gue memar karna ulahnya. Mata kembali melotot saat melihat dia yang Cuma pakai celana kolor, tanpa baju yang menutupi tubuh putihnya. Langsung nunduk, meraba seluruh tubuh yang masih tertutup pakaian.

Huufft ... Aku bisa bernafas lega.

Selanjutnya, gue naik keatas tempat tidur. Menindih tubuh lelaki ini dan mencekik lehernya.

“Ngapain lo disini, hum! Mau nyari mati lo, ya?! Dasar setan!” maki gue dengan berteriak. Bahkan gue yakin satu komplek bisa mendengar teriakan ini.

“Eeggh ....” si cowok melengkuh, mulutnya menganga.

Nggak peduli jikapun lelaki ini akan mati ditangan gue. Karna seumur-umur, hanya Papa yang bebas peluk gue.

Ceklek!

Tiba-tiba pintu kamar terbuka. Ada tiga orang yang berdiri diambang pintu dengan mulut membulat dan mata melotot. Karna gue lengah, sibuk natap tiga orang itu, si cowok setan ini langsung menarik tubuh gue ke samping. Hingga posisi kita saat ini berbalik. gue berada dibawahnya. Sekarang, dia yang gantian mencekik leher. Kamvret emang!

Sialnya, mereka yang berdiri diambang pintu nggak bergerak. Saling melongo kaya’ orang o’on yang lihat pertunjukan sumo. Menyebalkan!

Detik kemudian gue benar-benar nggak bisa bernafas. Kedua tangan sangat sia-sia menghalang tangan kekar milik si cowok. Karna ternyata kekuatan kita nggak sebanding.

“Re! Berhenti! Lo bisa bunuh dia!” teriak salah satu diantara ketiga patung yang sedari tadi asik lihat pertarungan kita.

Seorang lelaki yang memakai kemeja biru dengan tas dipunggungnya mendekat. Menarik tubuh cowok setan yang ada diatas gue.

“Dasar jalang lo!” menuding, wajahnya terlihat merah karna marah. “Dimana sih, Kris! Lo nemuin kecoak model gitu?! Masih pagi juga, berani banget bangunin gue! Pakai ngatain gue setan! Ashu!” maki si cowok setan pada temannya yang melerai kita.

Gue langsung bangun, memegangi leher yang sangat sakit. “Uhuk ... Uhuk ... Uhuk ....” tenggorokan terasa hampir putus karna ulah manusia tak berperasaan sepertinya.

“Sayang, kamu nggak apa-apa?” tanya seorang wanita yang dandanannya glamour. Menaruh tas yang tadi ditenteng diatas meja. Lalu mengelus punggung gue.

Gue memaksakan senyum. “Nggak apa-apa, Tante.” Jawaban bohong, padahal rasanya udah mau mati.

“Lira, Sayang.” Mama datang, berlari dan duduk disamping gue. Memeluk sambil berbisik. “Mama kemarin udah kasih tau, kalau rumah ini sekarang udah ada penghuninya. Mereka baru aja beli.”

Mata gue kembali membola, sangat terkejut sama apa yang mama bilang. Gue benar-benar lupa.

Jadi gini ceritanya, gaes.

Gue dan keluarga besar, Mama, Papa, Linxi (saudara kembar gue) dan gue sendiri, tinggal dideretan perumahan elit di daerah ibukota. Perumahan yang Papa beli ini berlantai dua. Kebetulan sebelah rumah belum ada penghuninya. Masih bangunan baru. Sekitar satu bulan ini, gue sering terganggu saat belajar malam atau saat tidur malam. Linxi sering main drum dimalam hari, kadang nyanyi teriak-teriak, belum lagi omelan Mama yang menyuruhnya diam, tapi nggak digubris. Saat gue merasa lelah dan malas mendengarkan teriakan Mama dan Linxi, gue keluar balkon. Masang tangga penghubung kekamar tetangga, lalu naik. Setelah sampai di balkon kamar tetangga, gue masuk ke kamarnya yang belum berpenghuni itu, lalu bobok dengan nyaman disana. Inilah yang gue lakukan selama sebulan.

Ini jujur ya, gue benar-benar nggak ingat kalau Mama udah pernah ngasih tau tentang penghuni rumah baru disini. Sekalipun gue salah, gue tetap nggak terima dengan perlakuan lelaki ini. Di sini, gue tetap yang benar. Karna nggak seharusnya seseorang yang bukan sejenis bisa asal peluk diatas ranjang.

Balik lagi ke cerita hari ini.

"Ini anak Jeng, ya?" tanya si wanita glamour tadi, yang gue yakin dia adalah Mamanya si cowok setan.

"Iya, Jeng. Maafkan anak saya, ya. Dia memang sering tidur di kamar ini sebelum ada penghuninya. Saya minta maaf karna anak saya nggak tau kalo rumahnya sudah ada penghuni," ujar Mama dengan muka yang penuh dosa.

"Iiihh, Mama apaan sih. Nggak perlu minta maaf, Ma. Itu cowok juga udah kelewatan. Harusnya kan bangunin aku saat dia tau ada aku di ranjangnya. Tapi dia main peluk aja, Ma. Malah menikmati!" marah gue sambil menuding cowok setan yang masih berdiri dengan wajah marahnya.

"Hah?!" Mama kaget melihat penampilan si cowok sampai menutup mulut dengan kedua tangan. "Kok dia telanjang gitu? Dia udah apain kamu, Lir?"

"Gue nggak apa-apain dia. Gue kalo tidur emang gini." Balas si cowok setan. "Kris, bukannya itu hadiah yang lo maksud, ya?"

"Hadiah apaan, Bambang! Masa’ iya gue kasih hadiah cewek secantik dia. Kasian cewek secantik dia gue bungkus!"

"Lha, terus yang lo bilang hadiah kemarin apaan?"

"Itu Remon! Gue ngasih elo dompet baru." Cowok yang bernama Kristan menunjuk dompet yang ada diatas meja. "Elo mikirnya kok jauh banget sih, Re. Bisa-bisa nya mikir gue cariin rumah bagus plus isinya juga. Isinya cewek pula! Gila lo!"

"Papi rasa kamu harus tanggung jawab, Re." Seorang lelaki yang dari tadi hanya diam berdiri diambang pintu itu mulai angkat bicara. Laki-laki yang ternyata adalah Papinya Remon si cowok setan.

"Betul tuh. Lo tanggung jawab. Ini namanya pelecehan." Gue menyahut.

"Dasar kecoak lo! Elo tuh masuk kamar orang sembarangan. Gue nggak salah!"

"Sudah-sudah. Besok Papi akan menikahkan kalian berdua."

"APA?!" Semua orang yang ada didalam kamar berteriak kaget.

**

Khalira zhu Paulan, anak perempuan dari pasangan Kaisar Re Paulan dan Safhika Revlina Darma. Mempunyai kembaran seorang lelaki bernama Khalinxi ran Paulan. Siswi kelas 11 SMA yang paling bandel, tapi paling pintar dan populer.

Remon Saputra Winagung, anak tunggal dari pasangan Dinda safia Gunawan dan Sigit Winagung. Siswa pindahan dari LN yang sekarang berada dikelas 12.

Bersambung...........

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel