Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 19

Pukul 8.00 am

Mobil sport warna silver milik Remon Saputra Winagung sudah memasuki plataran rumah.

Lira langsung berlari masuk kedalam rumah Remon. Ia nggak mau bikin Mama khawatir liat tangan yang terbungkus seperti mummy.

"Remon," panggilan dari halaman samping.

Ternyata Mama beneran udah stay di depan rumah, menunggu anaknya pulang. Remon jalan mendekati mertua. Salim dan cium punggung tangan Mama mertua.

"Semalam kok nggak pulang? Lira sama kamu, kan? Mama telfonin kok nggak bisa?" Mama keliatan khawatir banget.

"Iya, Lira sama aku, Ma. Kita nginep di villa, maaf nggak sempat kabari, hape Lira drop lupa nggak bawa carger." jelas Remon dengan berbohong.

"Syukur deh kalo nggak kenapa-kenapa. Mama khawatir."

"Iya, maaf ya, Ma."

"Mama masak banyak buat kalian juga. Ini buat sarapan." Mama ngasih rantang susun ke Remon.

Segera Remon menerima rantang itu. "Makasih ya, Ma. Jadi ngerepotin gini."

"Liranya mana?" Mama celikukan nyari keberadaan Lira.

"Dia udah masuk, Ma. Mau mandi katanya, kemarin cuma bawa ganti satu setel aja." Bohong lagi.

"Oh, gitu. Yaudah, pamitin ya, Mama sama Papa mau pergi ke Jogja untuk empat hari ini. Kamu langsung kabari Mama kalau ada apa-apa." Pwmit Mama.

"Iya, Ma. Nanti aku sampaikan ke Lira."

"Mama nitip Lira, ya. Jagain dia, jangan biari dia keluyuran sendiri. Karna pasti pulang dengan wajah yang buruk rupa." tutur Mama yang penuh dengan kebenaran.

"Siyap, Ma. Pasti Remon akan jagain Lira. Mama percayain aja Lira ke aku."

Mama Fhika tersenyum, mengelus bahu Remon. "Iya, Mama percaya sama kamu. Mama pamit, ya."

"Iya, hati-hati, Ma." Remon mencium punggung tangan mama Fhika.

Remon masuk kedalam rumah setelah Mama mertua juga kembali kedalam rumahnya. Langsung masuk kedapur dan menyiapkan sarapan buat istri dan dirinya sendiri.

"Remon!" teriakan dari lantai atas.

"Astaga Lira, dikira hutan apa! Teriak kencang banget." Remon segera berjalan sedikit berlari menaiki tangga menuju kamar.

Remon terbelalak melihat istrinya duduk dipinggiran ranjang. Tangannya sibuk ingin melepas balutan kain kasa di lengan. Buru-buru Remon nahan tangan Lira.

"Elo mau ngapain sih, Yank?"

"Gue mau mandi. Dari kemarin belom mandi." Seperti biasa, ngomongnya nge gas.

"Biar gue yang copot. Ntar dipakai lagi. Ingat, ya. Jangan pake banyak gerak dulu, biar cepet sembuh."

"Bawel banget sih lo, mirip Mama!"

Remon duduk disebelah Lira, nyopot balutan ditangan Lira perlahan. "Gue bawel juga demi kebaikan elo."

Lira memilih diam, nurut aja Remon mau ngomong apa.

"Sekarang, gimana lo mau nyopot kaos?"

Lira keliatan bingung karna lengannya sakit untuk bergerak keatas. Akhirnya cemberut, bibirnya manyun.

"Emang bangsad, itu pencopet! Bikin susah!" umpatnya dengan sangat kesal.

Remon pergi ngambil gunting dilaci. "Sini biar kaosnya gue gunting aja."

"Eh, jangan dong. Sayang banget, ini kaos baru sekali pakai."

"Yaudah, lo mikir gimana caranya buka kaos." Remon rebahin tubuh keranjang. Lelah, tubuhnya sangatlah lelah. "Gue merem bentar, ya, cepak banget."

Plak!

Belum juga mere, Lira pukul paha Remon. "Re, bantuin gue, guntingin kaosnya. Gue nggak bisa gunting."

"Iiisshh, tadi bilang nggak mau."

"Jangan banyak bacot deh."

Remon bangun, ngambil gunting dan menggunting kaos Lira dari belakang.

Mulai terpampang punggung putih mulus yang sebenarnya biasa saja. Tapi buat player macam Remon, itu mampu bikin ngilu Oscar.

Si Oscar langsung negang. Udah lama banget dia nggak pelepasan, dan saat ini, hasratnya naik dengan sendirinya. Diam menikmati punggung polos didepannya.

"Bukain pengait BH gue."

Permintaan Lira yang makin bikin ngilu. Remon mulai ngatur nafasnya beberapa kali.

"Cepetan Dugong! Keburu gue gerah, mau mandi."

"Yank, elo kok nggak takut sih, minta lepasin BH juga sama gue?"

"Emang takut kenapa?"

"Elo nggak takut gue apa-apain?"

"Enggak tuh. Gue percaya sama elo, gue nyaman sama elo. Elo nggak bakalan nyakiti gue."

Hening sejenak.

"Dugong! Buruan lepasin."

Tanpa berkata lagi, Remon lepasin pengait BH di punggung Lira. Setelah merasa BHnya kendor, segera Lira berdiri dan masuk kamar mandi. Remon kembali rebahin tubuhnya.

"Gue beneran bisa gila nahan ini. Pake ngomong percaya sama gue. Dia nggak tau siapa gue sebenarnya." Ngomong sendiri sambil mijit kepala. "Hari ini gue butuh pelepasan. Gue udah nggak tahan lagi." Dia pegang Oscar yang terasa sakit karna pengen nongol tapi kehalang CDnya. "Sabar, ya, Oscar. Gue akan coba bujuk pemilik pintu elo. Siapa tau dia mau bukain."

Cukup lama Remon tiduran sambil liat vidio mesum di ponsel.

Ceklek!

Lira keluar dari kamar mandi. Cuma pakai handuk yang ia pegang pake tangan kirinya. Asli nggak dililitkan karna ia cuma bisa pakai satu tangan aktif.

Glek!

Remon membeku, susah banget nelan ludah yang ada di tenggorokan. Mata mesumnya mulai keliatan. Tapi beda sama Lira yang masih biasa saja.

Lira malah jalan mendekati Remon, membuat Remon makin ngilu.

"Yaampun, yank, elo tuh sengaja nguji gue, ya. Jangan salahin gue kalo sampai pertahanan gue jebol."

"Ngomong apa sih. Ambilin baju ganti di lemari dong, tangan gue nggak bisa buka lemari."

Remon makin frustasi, ia usap wajah dengan kasar. Lalu bangun dan bukain lemari Lira.

"Ambilin kemeja putih sama celana kolor gue, sekalian cd nya. Itu CD nya dibawah." Lira ngomongnya tanpa dosa.

Remon cuma diam dan ambilin yang diomongin Lira. Setelah dapat yang dimau, Lira kembali ke kamar mandi. Keluar setelah sudah ganti baju.

"Re, lo kenapa? Sakit?"

Cukup khawatir liat suaminya duduk ngelosot dilantai bersandar tepi ranjang dan megangin kepala. Remon cuma diam nggak jawab, menutup matanya rapat sambil memijati kepalanya.

"Re, ngomong dong. Lo kenapa? Siapa tau gue bisa bantuin."

"Yank," Remon buka mata dan natap Lira yang jongkok didepannya.

"Iya, kenapa, Re?"

"Gue butuh pelepasan. Gue nggak bisa nahan lagi."

"Pelepasan?" Lira mengeryitkan kening, cukup polos untuk mengerti apa itu pelepasan. "Pelepasan itu apa? Gue nggak ngerti. Di mana gue bisa cari pelepasan yang elo maksud?"

Aarrg! Beneran polos ternyata. Gelud aja dia jago. Yang kek gini dia nggak ngerti. Merutuki Lira dalam hati.

"Re, kok malah merem sih?" Lira duduk di tepi ranjang samping suaminya.

"Gue butuh pelepasan, yank."

"Makanya ngomong dong. biar gue bisa bantuin elo."

"Yakin pengen tau?"

"Iya."

Remon ikutan duduk ditepi ranjang. Matanya tertuju pada dua bukit kembar milik Lira. Terlihat jelas putingnya nonjol dibalik kemeja.

"Elo nggak pakai BH?"

Lira geleng. "Tangan gue kan sakit. Gimana cara pakainya?"

"Agggh!" Remon kembali jatuhin tubuhnya diranjang. Rasanya udah sangat nggak karuan.

"Re, elo kenapa sih?"

"Yank, elo mau liat vidio nggak?"

"Vidio apa?"

"Permainan dewasa,"

Lira langsung semangat. Dia ikutan bobok disebelah Remon.

"Emang gue boleh liat?"

"Boleh, kenapa nggak?"

Remon ngambil laptop, mulai menyalakan dan buka file tempat menyimpan vidio bokep koleksinya.

"Elo pengen liat yang mana? Jepang, Barat atau yang mana? Lo pilih sendiri nih."

Lira yang sama sekali belom pernah liat vidio porno, keliatan antusias banget. Mulai klik salah satu dan fokus liat vidionya.

Berawal dari ciuman bibir, lanjut cium di leher, tangan si cowok yang pegang dada ceweknya, mulai buka baju si cewek dan ....

"Yank, gue boleh pegang tetek lo nggak?"

Lira nggak ngrespon, dia fokus liat yang didepannya.

"Yank, boleh pegang tetek lo nggak?" Remon ulangi lagi keinginannya.

"Bentar deh, Re, ntar gue ketinggalan."

"Kan bisa nonton lagi."

"Iya, tapi ini kan tanggung."

"Tapi selesai nonton gue boleh pegang, ya?"

"Pegang apa sih?"

"Tetek elo."

"Hah?! Lo pengen gue bogem?!" Lira udah nge gas.

"Yaampun, yank, kalo bukan punya elo, gue harus pegang punya siapa?"

"Ya ... kan nggak harus pegang."

"Gue kan pengen."

"Apanya yang bikin pengen sih?"

"Gue udah terangsang. Dikit aja ya," pintanya mengiba, wajah mupeng udah nggak karuan.

"Re, maksudnya lo mau pegang kaya' gitu?" Lira nunjuk vidio yang mempertontonkan tangan si cowok ngremas payudara cewek.

"Iya, boleh kan?" coba aja istrinya ini nggak brandal. Remon nggak akan minta ijin dulu. Pasti ia langsung nyosor tanpa mikirin di bogem, dicekik, ditendang bahkan dipukuli.

"Nggak ah, gue nggak mau." Ragu ngomong gitu, karna sebenernya penasaran.

"Dikit aja ya," rayu Remon lagi.

"Gue nggak mau."

"Emang setelah liat itu, lo nggak pengen?"

Lira geleng. "Apanya yang bikin pengen sih?"

"Kalo sekarang gue pergi nyari pelepasan, lo ijinin nggak?"

"Pelepasan apa sih, Re, dari tadi ngomongin pelepasan mulu."

"Hhuufftt .... gue pergi dulu, ya. Jangan lupa sarapan. Udah gue siapin diatas meja."

Lira diam nonton vidio tanpa peduliin Remon yang udah keluar kamar.

**

Remon melajukan mobilnya dengan cepat. Dia menuju sebuah kontrakan yang lumayan elit. Memarkirkan mobilnya didepan kamar salah satu kontrakan.

Tok! Tok! Tok!

Mengetuk pintu untuk bertamu. Tak begitu lama, pintu terbuka, keliatan Hana yang baru aja selesai mandi, karna wangi sabunnya masih tercium.

"Re," sapanya lirih.

"Gue pengen."

"Yukk, masuk."

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel