Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 10

Gue langsung masuk ke kamar, rebahin tubuh yang lelah di atas ranjang. Masih aja otak sibuk mikirin yang dilakuin Linxi.

Eh, iya, mending malam ini bobok dikamarnya Linxi aja. Dari pada ntar ada setan masuk kamar gue, terus ngajakin bobok bareng lagi. Ogah!

Buru-buru masuk kamar mandi, membersihkan diri sejenak dan berganti pakaian. Lalu keluar dari kamar, masuk ke kamarnya Linxi.

"Lir, kamu mau ngapain?" Tanya mama.

Ternyata dari tadi Mama masih didepan tv dengan pekerjaannya.

"Mau ngasih kejutan Linxi, kalau nanti dia pulang." Gue nyengir dan langsung masuk kamar.

"Ppcckk, dasar!" Desis mama yang terdengar dari dalam kamar Linxi.

Gue tiduran sambil mainan game. Mabar sama Duta, Wuri, Sean dan Adam. Cukup lama sampai hape gue berdering. Dan bikin gue kaget banget.

"Ini nomornya siapa, ya?" Nomor baru karna nggak kesimpan di kontak. Dan baru pertama kali masuk di panggilan.

"Halo." Sapa gue pada si penelfon.

"Elo dimana?" Suara cowok. Dan gue kenal, ini suaranya Remon si setan mesum.

"Di rumah lah. Mau dimana lagi?"

"Kok dikamar elo nggak ada? Cepetan sini. Gue tunggu dikamar."

"Sinting ya lo! Pulang sono! gue nggak bakalan balik ke kamar. Gue malam ini bobok sama Linxi."

"Eh, kalian bukan mukhrim, nggak boleh bobok bareng."

"Lha, lo pikir gue sama elo satu mukhrim apa?! Dasar sinting!"

"Kita kan bentar lagi nikah, Lir."

"Jangan ngayal dulu deh. Belum tentu kita jadi nikah, ya! Udah, jangan ganggu gue! Gue mau bobok."

Gue tutup telfonnya. Huuh! bikin gue kalah aja!

*group boy&girl*

*Sean

Yeee gue nenang!

*Wuri

Hahahh walau gue nggak menang, tapi Lira yang kalah.

*Duta

Milih lo Lir,

Hukuman yang A atau B?

*Adam

Woiii keluar wooii!

Lira ngumpet coyy!

pasti takut tuhh

*Yuni

Duuhhh kalian berisik ya

gangguin nonton drakor aja,

*Lira

Banyakan bacot kalian!

Hukumannya juga masih besok senin kan.

*Duta

gue yakin

sekarang Lira lagi manyun!

*Wuri

Iya, jadi pengen

*Adam

Pengen apaan Wur?

*Sean

Pengen di cipok ya?

*Wuri

Pengen nampol mulutnya Sean pake sapu lidi!

*Dira

Brisiiikk lo pada!!

Chat lagi gue gelud ya!

Hening!

"Masa' iya rapat osis nya nyampai jam 10, Lin?" Samar dengar suara mama ngomong. Pasti Linxi udah pulang. "Jangan bohong sama mama, ya. Kamu dari mana?"

Gue beranjak dan tempelin telinga di pintu kamar. Tentu buat nguping yang mereka omongin.

"Habis rapat pulang ke homestay, ketiduran disana."

"Homestay? Rumah kamu yang di daerah B itu?" tanya Mama memastikan.

"Linxi capek. Mau istirahat dulu."

Gue langsung beringsut di dekat pintu.

Ceklek!

Pintu dibuka

"Dooorr!"

Gue langsung kagetin dia saat baru aja masuk ke kamar. Tapi wajahnya biasa aja, nggak kaget. Malah keliatan lesu banget.

"Ngapain dikamar gue?" Tanyanya.

Gue nyengir kuda. "Nggak papa, kangen aja pengen tidur dikamar elo."

Gue langsung jalan ke arah ranjang dan rebahin tubuh di sana.

"Gue lagi pengen sendiri. Balik kamar lo aja sono." Dia ngusir.

"Nggak mau. Gue mau tidur disini."

"Jangan ngaco deh, Lir." suaranya keliatan nggak biasa. Gue yakin dia lagi ada masalah.

Narik tangan, lalu dorong tubuh gue buat keluar dari kamarnya.

"Gue akan bilang sama Mama kalo tadi elo nggak rapat osis. Tapi elo stay di caffe." Nggak ada cara lain, gue cuma bisa ancam dia begini.

Mata Linxi membulat, keliatan kaget sama ancaman gue tadi. Dia berhenti dorong dan kembali duduk di tepi ranjang. Gue langsung nutup pintu dan tiduran lagi di kasur.

Sejenak, kami sana-sama hanya diam. Tapi gue beneran penasaran sama perubahan Linxi yang hampir dua bulan ini. Linxi emang tipe pendiam, tapi nggak jika sama gue. Dia juga nggak seperti biasanya dulu, ini lebih dingin dan sulit berinteraksi sama yang lain.

"Lo jujur sama gue. Elo tadi ngapain disana?" Gue bangun dan duduk sambil natap dia.

Gue nggak tau apa yang dirasain, tapi dia keliatan nahan amarah, atau tangisan. Sampai bahunya keliatan naik turun.

"Gue nungguin mbak Citra."

Jawaban yang berasil buat mata membulat, mulut gue sampe menganga saking kagetnya.

"Lin, elo masih berhubungan sama mbak Citra?" tanya gue lirih.

Linxi langsung nunduk dan ngangguk. Gue liat ada bulir bening yang netes dari matanya. Liat dia nangis dan sakit begini, hati gue ikutan sakit. Banget malah.

Gue langsung raih tubuhnya, memeluknya. Gue nangis, rasain detak jantungnya yang nggak beraturan. Dia pun balas pelukan gue dengan erat. Dia nangis di punggung gue.

Gue tau pasti rasanya sakit banget. Berpisah dari orang yang sangat dia sayangi. Linxi pacaran sama mbak Citra udah sejak SMP dulu. Gue nggak tau berapa lama.

Yang gue tau, Mbak Citra harus nikah sama Mas Rami seorang duda anak satu yang umurnya jauh lebih tua darinya.

Ditinggal nikah, Linxi jadi pribadi yang berbeda seperti ini. Gue awalnya nggak nggeh, karna dia selalu terlihat biasa. Apa lagi dia juga datang diacara pernikahan mbak Citra.

"Lin, gue emang belum pernah pacaran, gue belum tau seperti apa rasanya mencintai, dicintai. Tapi gue tau ini sakit. Gue bisa rasain itu."

Dia semakin eratin pelukannya. Menangis sesenggukan sampai punggungnya goncang. Gue jadi ikutan nangis tambah deras. pasti ini sakit bangetkan. Gue elus punggungnya dengan lembut.

Cukup lama dia nangis, sampai gue rasa dia mulai tenang. Baru lepasin pelukannya. Gue natap dia.

"Gue nggak tau, Lin, harus ngomong gimana, tapi gue selalu berdiri disamping elo. Gue emang nggak bisa bantuin apa-apa. Tapi gue punya bahu buat elo ngadu." Gue elus lengannya.

Dia cuma senyum sambil ngusap matanya yang basah. Lalu pergi ke kamar mandi. gue balik rebahan di ranjang.

"Elo tidur dibawah, ya." Pinta gue saat dia udah keluar dari kamar mandi.

"Kenapa nggak tidur kamar elo sendiri?" penolakan.

"Gue lagi kangen sama elo. Pengen bobok di sini." gue mulai selimutan karna kamar Linxi AC nya dingin banget.

"Dasar kutu!" Umpatnya.

Linxi mulai rebahin tubuh di kasur bawah. Aku pun belom bisa tidur, masih kepikiran masalahnya Linxi.

"Lin, jadi alasan elo teriak-teriak tiap malam karna ini ya?"

"Iya." jawabnya singkat

"Gara-gara teriakan elo tuh, gue harus nikah sama Remon yang kaya' setan itu! Sebel gue!"

"Kenapa gue yang salah?"

"Karna elo bikin ulah tiap malam, gue jadi nggak bisa bobok."

"Kalau nggak bisa bobok, kenapa solusinya nikah sama Remon?"

"Gue ke GEP tidur di kamarnya Remon."

Dia bangun dan natap gue. "Ke GEP?!" tanyanya sedikit berteriak karna kaget. "Kenapa elo bisa tidur di kamar nya Remon?"

Iisshh! nggak ngerasa salah ya. "Karna suara berisik elo, gue nggak bisa tidur, nggak bisa belajar. Jadi gue pindah ke rumah sebelah. Gue lakuin itu selama elo teriak-teriak dan gebukin tutup panci itu!" Gue mempoutkan bibir. Sebel gue.

Dia diam sesaat dan nunduk, ngacak-acak rambutnya.

"Maafin gue, ya." Ucapnya lirih penuh penyesalan.

Bhhukk!

Gue lempar bantal tepat di kepalanya. "Nggak usah nangis lo! Gue yang mau nikah aja nggak nangis!"

"Elo bersedia nikah sama Remon?"

"Kalau pun gue nggak bersedia, gue tetep akan dinikahin sama dia. Solusinya cuma cerita sama Papa."

"Besok kan papa pulang."

"Beneran besok?"

"Iya."

"Waah nggak sabar pengen cepet ketemu Papa. Udah kangen banget."

"Mulai, manjanya. Besok kalau lo dah nikah, nggak mungkin lo bisa manja-manjaan sama Papa."

"Ya, nggak apa, kan. Papa itu ter--baiikk. Gue kangen balapan sama Papa."

"Haiis, mulai, kan."

"Eh, iya, makasih ya tadi di kantin udah belain." Dia nyengir.

"Mulai sekarang elo harus hati-hati. Fansnya Remon banyak, kalau sampai mereka tau hubungan elo sama Remon, gue yakin elo bakalan kena teror tiap hari."

"Gue sih santuy, kan ada elo." Dia nyengir lagi.

"Gue bisa apa? Lo pikir gue bodyguard apa?"

"Setidaknya elo kan bisa jagain gue."

"Jagain yang gimana?"

"Ya misal kaya' dikanti tadi."

"Elo kan jago gelud, gue aja belom pernah gelud."

"Eh, emang gue se brandal itu, ya?"

"Emang iya, kan. masa' belum nyadar sih?"

"Au ah. Gue mau bobok. Besok ada janji sama Duta."

"Duta?"

"Hhmm"

"Kenapa masih mau nge date sama Duta? kan udah punya calon suami."

"Kalau pertanyaan itu lo tanyain sama mbak Citra, kira-kira dia jawabnya gimana?"

"Ya, bedalah."

"Sama aja brew! Mbak Citra itu udah punya suami, tapi masih aja jalan sama elo. Nah, kalo gue? Gue belom nikah!"

Bhuuk!

Dia lempar balik bantal itu sampe kena muka gue.

Bhuuk!

Gue balik lempar bantalnya. Tiba-tiba dia udah nindih tubuh gue. ngelitik perut gue sampae gue nyerah karna geli.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel