Pustaka
Bahasa Indonesia

Can I Be Selfish

29.0K · Tamat
Asphodel
31
Bab
2.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Kau boleh saja jatuh cinta. Sejatuh-jatuhnya kau boleh saja jatuh cinta tanpa alasan. Kau boleh saja memainkan sebuah asa Tapi, Setidaknya jangan kau sakiti. Dan kau hianati sebuah asa yang tak belenggu. Bahkan kau tinggal pergi. Dengan menyisihkan luka yang tak akan membaik,yang suatu saat akan membuatmu menyesal hingga tak terkira. Saat hari penyesalan itu tiba, Kau jangan pernah memohon untuk datang lagi. Bahkan mengemis untuk datang kembali, biarkan aku dan sang buah hati bahagia dengan cara kami sendiri. Tanpa kehadiran kau sedetik pun,Apa bolehkah aku mengatakan,"Bolehkah aku egois.?" Untuk kebahgiaanku dengan sang buah hatimu.? Boleh atau tidak aku tidak akan meminta izin padamu duhai Tuan Refan. Biarkan asaku padamu pudar jika sang waktu mengizinkannya. Jika tidak sudahlah. Jika Tuhan berkata kita jodoh apa boleh buat.? Aku tak bisa apa-apa. Jika aku menerimamu kembali Jangan sakiti hati dan jiwa ini lagi.... ~ Dahlia Ayu Putri~

RomansaMetropolitanIstriMenantuFlash MarriageKeluargaPernikahanBaperMengandung Diluar NikahTuan Muda

Bab 1 Aku Dan Ibu Warung

Bab 1 Aku Dan Ibu Warung

Aku terus melangkahkan kaki ku ke kedepan tanpa arah dan tujuan, yang aku tau, aku harus melangkah ke depan tanpa henti.

Menghiraukan panas terik matahari di siang hari, sunggu panasnya luar binasa.

Mungkin aku akan berhenti ketika jari jemari kaki ku mulai meronta-ronta karna merasakan kesakitan. Sedari tadi aku memaksanya terus melangkah tanpa henti.

Wajar jika kaki ku mulai lelah. Seperti aku yang sedang benar-benar hancur, rapuh, lelah dan putus asa… Tapi aku harus bagaimana.? Apakah harus aku hentikan langkahan kakiku ini.?

Sedangkan aku belum mendapatkan hasil dari apa yang aku cari dan dari apa yang aku mau…

Aku harus bagaimana Tuhan.? Apa aku boleh meminta.? Tolong Tuhan jangan Engkau tulis cerita menyedihkan seperti ini untukku…

Apa aku tak pantas bahagia Tuhan.? Tuhan jika aku boleh jujur, aku sudah tak sanggup lagi memainkan peran dalam cerita yang Engkau tuliskan untukku… benar-benar rumit bahkan sangat rumit Tuhan..

Penuh dengan teka-teki yang sulit untuk di pecahkan…

Aku ingin jalan ceritaku Indah mengalir seperti air mengalir nan tenang di sungai tanpa ada hamparan ombak yang mengusik.

Jika ada yang bertanya,

"Apakah aku lelah dengan kehidupanku yang sekarang.? Apakah aku lelah menjalani setiap detik hembusan nafasku ini.? "aku akan menjawab

"Iya, benar, aku sangat lelah dan ingin rasanya untuk aku mengakhiri cukup sampai di sini…,Tapi aku kembali mengingat bahwa hidupku tak boleh menyerah, aku harus tetap berjuang dan berusaha agar hidupku yang tidak baik-baik saja, kembali menjadi baik-baik saja. "

Kini, aku harus berjuang seorang diri di negeri orang tanpa ada siapapun. Tanpa siapapun yang boleh tau dengan keadaanku yang sekarang dan kenyataan yang harus aku hadapi sekarang. Kenyataan dimana aku gagal dalam memperjuangkan pendidikanku, gelar sarjanaku dan perjuanganku di mana aku harus membuktikan bahwa aku bisa tanpa bantuan keluargaku sekalipun…

Inilah aku yang sekarang, aku yang sedang berjuang hidup untuk hidupku sendiri dan si cabang bayi yang sedang aku kandung di usia 1 bulan. Semua karna kesalahanku yang tak seharusnya, aku mengenal Cinta dalam perjuanganku. Aku tak harus mempercayai laki-laki.

Aku seharusnya tak terbuai oleh ucapan manis , janji manis hingga rayuan kalbu yang mampu menutup mata dan menghilangkan tujuanku.Yang berlalu biarlah berlalu.

Semuanya akan aku kenang hingga aku menutup mata. Sekarang aku hanya ingin fokus terhadap diriku sendiri dan manusia kecil di dalam rahimku yang sedang tumbuh kian hari.

Aku tak akan membiarkan laki-laki itu tau kondisi ku saat ini…

Meskipun ini adalah darah dagingnya. Aku tetap tak akan memberi tahu dia.

~~~~~~

Tak terasa jari jemari ku, hingga ke betis kini mulai meradang hingga otot-otot kaki ku benar-benar meronta kesakitan. Bagaimana tidak, aku baru menyadari jika aku memaksakan kaki dan anggota tubuhku untuk terus berjalan melangkah tanpa henti.

Tanpa memberi ruang istirahat sejenak…

Aku berjalan terus mengitari setiap sudut kota, berharap aku mendapatkan pekerjaan untuk menyambung hidupku di sini dan untuk si cabang bayi yang pastinya.

Aku tak memiliki pikiran untuk menggugurkannya.. Karna aku tau manusia di dalam rahim ku yang sedang tumbuh ini tak bersalah.

Dia berhak lahir ke dunia dan berhak untuk hidup. Meskipun aku gagal dalam mencapai tujuan dan keinginanku.

Setidaknya aku tak ingin gagal untuk jadi ibu tunggal bagi anakku kelak.

Cucuran tetesan keringat mulai mengalir dari dahi hingga pipi tanpa henti.Panasnya ibu kota luar biasa.

Membuat ku untuk tertegun sejenak, untuk mengistirahatkan kaki dan sekujur tubuhku. Akibat kelelahan dan kepanasan. Aku melihat di depan sana ada warung makan, yang jaraknya tak begitu jauh dari pandangan mataku.

Tanpa berfikir panjang aku melangkahkan kaki ku untuk langsung menuju ke warung tersebut.

Sesaat aku baru saja memasuki warung itu, terlihatlah tepat di depan mataku, perempuan paruh baya dengan parawakan yang masih terlihat cantik, meski usianya sudah menginjak usia senja, mungkin sekarang usianya berkepala lima menurut ku.

"Silahkan masuk neng, mau pesan apa.?"Ujar perempuan paruh baya itu.

"Nasi sama lauknya telur dadar , tahu dan sambel aja bu,."Jawabku sedikit singkat.

"Baik neng, tunggu sebentar ya, minumnya apa ya neng.?" Tanya ibu penjaga warung sambil tangannya masih menyiapkan pesanananku.

"Es the manis aja bu", ujarku dengan jawaban yang santai.

"Baik neng."

Lima menit berlalu, akhirnya pesananku pun sudah di hidangkan oleh si ibu. Meski hanya telur dadar dan tahu, itu sudah cukup bagiku dan calon manusia di dalam rahimku.

Meski makananku kali ini cukup sederhana, aku harus tetap bersyukur, karna aku masih bisa makan dalam kondisi finansial yang benar-benar sudah malai menipis. Di sela-sela aku menikmati makanan ku.

Ibu penjaga warung bertanya hanya sebatas basa-basi antara si penjual dan si pembeli.

"Dari mana neng.? Dari tadi saya perhatiin wajahmu pucat,…."Tanyanya dengan rasa penasaran.

"Habis dari nyari lowongan kerja bu,"jawabku dengan seulas senyuman di wajahku.

"Memangnya mau nyari kerja yang bagaimana neng.?"Tanya si ibu lagi masih dengan rasa penasaran yang sama…

"Kerja apa aja bu, asalkan halal. "ujarku dengan jawaban polos.

"Oalah, kalau gitu neng mau kerja sama anak saya neng.? Gajinya ya gak seberapa sih neng, tapi ya bisalah buat makan…"jelas si ibu…

"Saya mau bu."jawabku dengan semangatnya

"Kalau neng emang mau tunggu aja anak saya di sini, paling sebentar lagi dia datang kok neng, "pintah si ibu penjaga warung yang sampai detik ini aku masih belum mengetahui siapa namanya.

"Baik bu, oh ya bu maaf kalau boleh tau nama ibu siapa ya.?"Tanyaku penuh selidik yang tak lupa makanan itu terus masuk ke dalam mulut. Bertanya sambil makan. Sungguh ini bukan adegan yang sopan.

"Panggil aja, saya anis neng,"ujar si ibu dengan senyuman khasnya.

"Baik Bu Anis, ibu bisa panggil saya Dahlia." Ucap ku.

Yap, Dahlia itu adalah namaku. Nama yang indah di berikan oleh kedua orang tua. Nama adalah do’a. Sedangkan orang tua mengharapkan aku menjadi orang sukses kelak, agar bisa me banggakan mereka. Tapi, sekarang yang terjadi malah sebaliknya.

Aku kini baru menginjak usia 20 tahun. Harusnya dengan usia masih muda seperti itu. Aku harusnya menikmati masa muda, bermain dengan teman-teman hingga berjuang mengejar kesuksesan. Bukannya terjebak oleh Cinta yang salah, yang berujung kehancuran. Begitulah hidupku yang terjadi saat ini…. Semoga nantinya akan ada kebahagiaan yang sedang menungguku di ujung sana…

Tak terasa makanan yang di hidangkan oleh bu anis sudah habis aku lahap. Bercerita sambil makan sebenarnya tidak sopan. Tapi mau bagaimana lagiii… Jika aku tak menjawab perkataan ibu anis itu terlihat jauh lebih tidak sopan.

Mungkin itu adalah sebuah perkenalan tanpa di sengaja antara aku dengan kehidupan ku yang baru dan takdir ku yang aku sendiri tak tau entah akan seperti apa endingnya. Yang aku tau, teruslah melangkah tanpa takut rintangan di depan sana… Jadilah perempuan kuat yang tahan banting.

Sepuluh menit berlalu hingga dari kejauhan aku melihat sesosok pria muda, Kisaran usia 23th, tekstur tubuh atletis, perawakan rupawan, tinggi mungkin sekitar 180cm. Tinggi sekali bukan.? Hidung mancung dengan wajah jutek dan cuek. Menghilangkan ke tampanan yang ada di dirinya.

Tanpa aku sadar pria itu melangkah ke menuju ke dalam warung ibu anis. Ia melangkahkan kaki menjauh dari are parkir yang hanya berjarak ±5 meter dari warung ibu anis. Aku terdiam sejenak melihat pria yang kini tepat berada di samping ibu anis.

"Perfect."Ujarku lirih dalam hati.

"Neng ini anak saya yang saya ceritakan tadi. "sontak suara itu menggusarkan aku dari lamunanku…

"Iya bu."

"Ren, ini ada yang mau melamar kerja di tempatmu, kalau kamu mau tanya-tanya tentang dia ya udah silahkan… ibu mau nutup warung dulu,"ujar ibu anis sambil berlalu meninggalkan kami berdua.

~~~~~~~~