Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

7. RASANYA BERCAMPUR ADUK SEMUA ADA

"Mau apa orang ini mengirimi gue pesan. Dasar tidak ada kerjaan," gerutu Elena dengan mulut penuh roti melempar ponselnya ke atas kasur.

Elena kembali duduk menikmati juice jeruknya dan roti coklatnya, tapi tidak lama kemudian terdengar ponselnya mengeluarkan suara panggilan.

"Siapa lagi itu? Ya Tuhan, apa tidak bisa membiarkan gue menikmati rasa santai sejenak?" Gerutu Elena dengan wajah kesal melihat ponselnya yang terus saja mengeluarkan suara panggilan.

Semakin Elena diam saja, semakin lama ponsel tidak berhenti berbunyi. Akhirnya dengan wajah kesal segera dilihatnya siapa yang meneleponnya.

Elena :

"Hallo!"

Rovaldo :

"Hallo. Galak amat."

Elena :

"Ada apa?"

Rovaldo :

"Kenapa pesanku tidak dibalas?"

Elena :

"Malas."

Rovaldo :

"Sombong sekali! Balas pesan saja tidak mau."

Elena :

"Emang gue pikirin! Ada apa kamu meneleponku? Mengganggu saja!"

Rovaldo :

"Ternyata kamu sombong sekali! Kupikir kamu baik ternyata galak dan sombong. Ya sudah, aku tutup saja!"

Elena hendak bicara, tapi sambungan telepon telah terputus. "Malah ditutup. Apa dia marah?"

Elena beberapa detik terdiam melihat layar ponselnya, timbul perasaan tidak enak karena telah bicara kasar tadi. "Bagaimana ini? Apa Rovaldo tersinggung? Emang gue pikirin."

Sementara itu jauh dari tempat Elena yang sedang kebingungan karena teleponnya terputus, Rovaldo sedang menggerutu sendiri di dalam kamarnya. "Dasar sombong! Menyebalkan! Awas kamu kalau ketemu. Aku tidak akan membiarkanmu lepas dariku! Lihat saja, apa yang akan aku lakukan!"

Rovaldo menghempaskan tubuhnya ke atas kasur, pandangannya melihat langit-langit kamar. Sebuah senyuman tersungging di bibirnya saat bayangan Elena muncul di ingatannya.

"Kenapa gue jadi teringat gadis itu terus menerus? Apa gue sudah jatuh hati dengan gadis itu? Tapi masa sih, gue jatuh hati dengan gadis itu? Bertemu juga baru satu kali, tapi apa mungkin ini yang dinamakan jatuh cinta pada pandangan pertama?" Rovaldo bicara sendiri.

"Kalau benar ini yang dinamakan jatuh cinta pada pandangan pertama, berarti gue dalam masalah besar. Gue tidak akan bisa lepas dari gadis itu. Ya Tuhan, ada apa dengan diri gue ini?" Rovaldo meraih bantal yang ada disampingnya kemudian dipakai untuk menutup kepalanya.

"Gila, gue sudah gila! Gilaaa!" Teriak Rovaldo berusaha mengusir bayang wajah Elena dari balik bantal yang menutup wajahnya.

"Rovaldo!" Namanya dipanggil dari arah pintu. "Rovaldo! Buka pintunya!"

"Ada apa sih? Mengganggu saja," gumam Rovaldo kesal sambil menyingkirkan bantal dari wajahnya.

"Buka pintunya!"

"Ada apa Mom?" Teriak Rovaldo malas untuk bangun.

"Buka pintunya. Kenapa sih pintunya pakai acara dikunci segala?"

Rovaldo mengacak-acak rambutnya kesal. "Tidak bisa melihat orang senang." Dengan malas segera bangun untuk membuka pintu.

"Sedang apa kamu? Pintu dikunci," Mommy langsung masuk dengan tangan membawa segelas juice.

"Ada apa sih Mom? Aku mengantuk," Rovaldo menutup pintu kembali.

"Ini," gelas juice yang sedang dipegangnya diberikan pada putra semata wayangnya.

"Juice apa ini?"

"Buah naga," jawab Mommy. "Habiskan semua. Hari ini cuaca sangat panas. Juice buah sangat bagus untuk tubuh."

Tanpa diminta dua kali untuk menghabiskan juice, Ronaldo langsung meminumnya sampai tidak bersisa. "Segarnya."

"Kamu ini jorok sekali. Pakaian kotor, apa tidak bisa ditaruh dikeranjang baju kotor?" Mommy mengambil beberapa pakaian yang teronggok di sofa.

"Biarkan saja Mom, nanti Bibi yang mengambilnya." Rovaldo kembali naik ke atas tempat tidurnya.

"Kasihan Bibi, sudah banyak pekerjaan di dapur," jawab Mommy. "Kenapa pulang kuliah hari ini kamu sore sekali?

"Tadi ikut teman kumpul di cafe. Ngobrol sebentar lalu pulang."

"Bagaimana kuliahmu?" Tanya Mommy.

"Kuliahku lancar, tidak ada masalah." Rovaldo telentang di atas tempat tidur dengan pandangan menatap langit-langit kamarnya. "Mom."

"Apa?"

Rovaldo tersenyum sendiri sebelum bicara lagi. "Dulu sewaktu Mommy pertama kali bertemu dengan Daddy bagaimana rasanya Mom?"

Mommy langsung melihat putranya yang sedang telentang. "Kenapa? Apa kamu sedang menyukai seseorang?"

"Rasanya bagaimana Mom?" Rovaldo kembali bertanya tanpa menjawab pertanyaan Mommynya.

"Rasa strawbery, rasa vanila, rasa coklat dan rasa blueberry bercampur menjadi satu. Ada asam, manis dan pahit," jawab Mommy sambil duduk.

"Campur aduk, rasanya tidak karuan ya Mom?" Tanya Rovaldo tanpa mengalihkan pandangannya dari langit-langit kamar.

"Eh, ada apa kamu menanyakan itu?" tanya Mommy heran.

"Tidak ada apa-apa," jawab Rovaldo menyembunyikan senyumnya.

"Pasti ada apa-apa," Mommy tidak percaya. "Tidak biasanya kamu banyak bertanya."

"Hanya bertanya saja Mom."

"Mommy curiga, pasti ada sesuatu. Biasanya kamu hanya diam atau baca buku, tidak banyak bertanya apalagi bicara." Mommy melihat Rovaldo penuh curiga.

"Tidak ada apa-apa," Rovaldo memiringkan tubuhnya menghindari Mommy yang melihatnya.

"Tapi wajahmu seperti sedang menyembunyikan sesuatu."

"Sudahlah Mom, tidak ada apa-apa. Aku hanya bertanya sedikit, Mommy langsung curiga," gerutu Rovaldo.

"Pertanyaan kamu tidak seperti biasanya, wajarlah Mommy curiga."

"Wajarlah Mom kalau aku bertanya. Memangnya tidak boleh aku bertanya?"

Mommy tersenyum. "Boleh, boleh saja."

"Ya sudah, lalu masalahnya di mana?" Tanya Rovaldo.

"Masalahnya dipertanyaammu itu yang tidak biasa."

Rovaldo tidak bicara lagi, dipeluknya bantal yang ada disampingnya. Tidak lama kemudian terdengar dengkuran halus disertai napasnya yang sudah teratur.

"Kamu tidur?" Tanya Mommy melihat punggung anaknya. "Diajak ngomong malah tidur. Dasar bocah."

Melihat putranya sudah tertidur, Mommy mengambil gelas juice yang sudah kosong kemudian pergi ke luar.

"Aku mencarimu kemana-mana, dari mana kamu?" Tanya Oma begitu melihat Mommy sedang menuruni tangga.

"Dari kamar Rovaldo."

"Sedang apa dia sekarang?" tanya Oma.

"Tidur, tadi bicara panjang lebar. Begitu diam sebentar, dia malah tidur."

"Mungkin kecapean," ucap Oma.

"Sepertinya begitu, tadi dia pulang sudah sore. Ada apa Oma mencariku?"

"Oma tidak ada teman mengobrol makanya mencarimu, pergi ke dapur tidak ada siapa-siapa. Bibi ke mana?" Tanya Oma.

"Tadi aku suruh pergi ke supermarket untuk membeli roti."

"Pantas tidak ada."

"Oma mau minum teh hangat manis? Nanti aku sekalian buatkan, menonton televisi sambil minum teh hangat."

"Iya boleh, tapi jangan terlalu manis," jawab Oma.

"Aku ke dapur dulu Oma," Mommy langsung pergi menuju ke dapur sementara Oma pergi ke ruang keluarga untuk menonton televisi.

.....

Di lain tempat Elena baru saja membaringkan tubuhnya setelah selesai mengerjakan semua tugas kuliahnya. Dilihatnya ponsel yang dari tadi tidak mengeluarkan notif apapun.

"Tumben sepi ponselku, biasanya berisik sekali," gumam Elena.

Setelah memastikan memang tidak ada pesan masuk dan juga panggilan, Elena mengambil guling yang ada disampingnya. "Mata ini ngantuk sekali padahal sebentar lagi adzan Maghrib. Gue tidak boleh tidur, tapi mata ini tidak bisa diajak kompromi. Ngantuk."

Walau matanya sekuat tenaga ditahan agar tidak tidur, tapi rasa kantuk yang menyerangnya tidak bisa dicegah. Elena akhirnya tertidur dengan tangan memeluk guling.

Terdengar suara pintu diketuk. "Elena! Buka pintunya, kenapa harus dikunci segala? Elena!"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel