Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3 Pemilik Kost yang Perkasa

Malam itu, giliran Lisa yang mencoba mendekati kembali om Simon di ruang kerjanya, Dita merasa deg-degan juga saat dia berjalan menuju ruangan kerja Om Simon. Dia telah merencanakan momen ini dengan cermat, berharap dapat mendekati pria yang sangat disukainya, Om Simon. Sejak pertama kali dia tinggal di kos milik Om Simon, Lisa merasa terpesona oleh kebaikan hati pria itu.

Dalam genggamannya, Lisa membawa hidangan spesial yang selalu berhasil membuat Om Simon tersenyum. Saat dia menggenggam gagang pintu ruangan, hatinya berdebar kencang. Dia mencoba untuk tampil percaya diri saat masuk.

"Om Simon, saya membawa makan malam untuk om lagi nih," kata Lisa dengan senyum manis sambil meletakkan hidangan di atas meja.

Om Simon, yang tengah sibuk memeriksa beberapa dokumen, mengangkat pandangannya dan tersenyum. "Terima kasih, Lisa. Kamu selalu begitu baik padaku."

Lisa duduk di kursi di depan Om Simon dan mencoba untuk memulai percakapan dengan santai. "Bagaimana kerjaan hari ini, Om Simon? Sibuk seperti biasa?"

Om Simon mengangguk sambil menjawab, "Iya, cukup sibuk. Tapi sekarang saya merasa lebih baik setelah melihat hidangan lezat ini."

Lisa tersenyum malu-malu. "Saya senang kalo om suka."

Mereka mulai berbincang-bincang tentang berbagai hal, dari pekerjaan hingga hobi, dan Lisa berusaha menjalin hubungan yang lebih dekat dengan Om Simon. Dia ingin tahu lebih banyak tentang pria ini yang telah mengubah banyak mahasiswi menjadi penggemar beratnya.

"Om Simon," ucap Lisa dengan lembut, "Saya tahu banyak penghuni kost yang terpesona oleh om. Bagaimana cara om bisa menjadi begitu populer di antara kami?"

Om Simon tersenyum sambil merenung sejenak. "Saya rasa itu karena saya selalu berusaha untuk menghormati dan peduli pada setiap penghuni kost saya. Saya ingin mereka merasa nyaman dan bahagia di sini."

Lisa tertarik dengan jawaban itu. Dia melanjutkan, "Apakah om pernah memiliki hubungan khusus dengan salah satu penghuni kost, Om Simon?"

Om Simon terlihat sedikit ragu. "Saya selalu berusaha menjaga profesionalitas dalam hubungan saya dengan penghuni kost. Tapi tentu saja, ada penghuni yang lebih dekat daripada yang lain." Padahal om Simon ini memiliki libido yang tinggi setiap melihat mahasiswi cantik dan seksi dan tak segan-segan untuk menidurinya.

Lisa mengangguk, mengerti bahwa Om Simon tidak ingin memperdalam percakapan itu. Namun, dia merasa semakin dekat dengan pria itu setiap saat.

Malam berlanjut, dan semakin lama Lisa dan Om Simon berbicara, semakin terlihat ketertarikan di antara mereka. Lisa melihat cara Om Simon tersenyum padanya dan merasa jantungnya berdebar kencang. Dia ingin tahu apakah pria itu merasakan hal yang sama.

Saat mereka berbicara tentang hobi mereka, Lisa menjalankan rencananya. "Om Simon, apa pendapat om tentang tarian?"

Om Simon melirik Lisa dengan penasaran. "Saya pikir tarian adalah bentuk seni yang indah. Apa kamu suka menari, Lisa?"

Lisa tersenyum dan menjawab, "Saya suka menari. Dan sebenarnya, saya mengikuti kelas tari di kampus."

Om Simon terlihat terkesan. "Itu luar biasa! Apakah kamu bisa menunjukkan beberapa gerakan tari kepada saya?"

Lisa merasa hatinya berdebar hebat. "Tentu, Om Simon. Saya bisa menunjukkan beberapa gerakan dasar jika om mau."

Om Simon setuju, dan Lisa mulai menari dengan gemulai di depannya. Gerakannya lembut dan anggun, dan Om Simon terpesona oleh keindahan gerakan Lisa. Dia tidak pernah menduga bahwa Lisa adalah penari yang begitu berbakat. Belum lagi lenggak lenggok pantat yang semok milik Lisa membuat jaku om Sion turun anek dan tak terasa kontolnya menegang karena ia mulai timbu hasrat kepada tubuh indah milik Lisa itu.

Lisa pun tampak menyadari respon Om Simon saat melihat gerak tubuhnya saat menari. Lisa tau persis kalo om Simon mulai terangsang karena sekilas Lisa melihat meraba selangkangannya tanda kalo rudalnya telah ereksi.

Saat tarian selesai, Om Simon memberikan tepuk tangan meriah. "Lisa, kamu sungguh luar biasa! Kamu adalah penari yang berbakat."

Lisa tersenyum malu-malu. "Terima kasih, Om Simon. Saya senang om suka."

Saat malam berakhir, Lisa merasa puas dengan langkah-langkah yang telah dia ambil. Dia telah berhasil mendekati Om Simon lebih dari sebelumnya. Meskipun dia masih belum yakin apakah pria itu memiliki perasaan yang sama dengannya, dia merasa optimis tentang masa depannya di kost-an itu.

Om Simon juga merasa tertarik pada Lisa. Setelah Lisa pergi, dia duduk di ruang kerjanya dengan senyum di wajahnya. Dia tahu bahwa dia merasakan sesuatu yang istimewa dari diri Lisa, dan dia berharap bisa segera bercinta dengan gadis cantik itu suatu saat.

Setelah malam pertemuan mereka yang penuh tanda tanya, Lisa dan Om Simon semakin dekat. Mereka sering berbicara di ruang kerja Om Simon, dan setiap pertemuan mereka menjadi semakin intim. Keduanya menikmati kebersamaan mereka tanpa sepengetahuan penghuni kost lainnya.

Malam itu, Lisa tiba di ruang kerja Om Simon dengan senyum di wajahnya. Dia membawa beberapa makanan ringan dan minuman favorit Om Simon, yang telah dia pelajari selama beberapa pertemuan sebelumnya.

"Om Simon," sapanya sambil tersenyum, "saya membawa camilan kesukaan om malam ini."

Om Simon mengangkat alisnya dengan senyum dan mengatakan, "Kamu benar-benar tahu cara membuat saya bahagia, Lisa."

Mereka duduk berhadapan di meja kerja, berbagi cerita dan tawa. Semua terasa sangat alami, seolah-olah mereka telah melalui banyak malam seperti ini bersama-sama.

Saat malam semakin larut, Lisa merasa keinginan yang lebih kuat untuk mendekati Om Simon. Dia menatap matanya dengan penuh kehangatan, dan Om Simon membalas tatapan itu dengan lembut.

"Om Simon," kata Lisa dengan suara lembut, "saya merasa kita semakin dekat setiap hari. Apakah Om merasa hal yang sama?"

Om Simon mengangguk perlahan. "Saya merasa hal yang sama, Lisa. Kamu terlihat cantik dan sangat menggairahkan!"

Mereka saling memandang dengan rasa hangat, dan tanpa kata-kata, mereka merasa ada sesuatu yang istimewa di antara mereka. Mereka ingin mengungkapkan perasaan mereka satu sama lain, tetapi mereka juga tahu bahwa mereka harus berhati-hati. Kehidupan mereka yang selalu terpapar oleh penghuni kost lainnya memaksa mereka untuk merahasiakan hubungan mereka.

Lisa meraih tangan Om Simon dengan lembut di bawah meja, dan pria itu membalas dengan menggenggamnya erat. Mereka merasa begitu dekat satu sama lain, meskipun kenyataannya hubungan mereka harus tetap rahasia.

"Saya merasa sangat beruntung bisa mengenal Om Simon," ucap Lisa dengan suara lembut.

Om Simon tersenyum dan menjawab, "Sama-sama, Lisa. Kamu adalah salah satu hal yang paling perhatian sama om disini."

Mereka berbicara dengan suara yang pelan dan merahasiakan rasa yang semakin dalam satu sama lain. Mereka merasa bahwa hubungan mereka adalah sesuatu yang istimewa, sesuatu yang mereka ingin jaga dengan baik.

Malam itu, sebelum mereka berpisah, Lisa dan Om Simon membuat janji satu sama lain. Mereka akan menjaga hubungan mereka tetap rahasia dari orang lain. Mereka ingin melanjutkan kemesraan mereka dengan hati-hati, tanpa memberi tahu siapapun tentang perasaan mereka yang tumbuh.

"Malam ini sangat istimewa," kata Lisa dengan suara lembut. "Saya tidak akan pernah melupakan ini."

Om Simon mengangguk setuju. "Saya juga tidak akan melupakan ini, Lisa. Kita akan menjaga rahasia kita sendiri."

Mereka saling berpelukan dengan penuh rasa sayang sebelum berpisah.

Tiba-tiba om Simon bilang, “Lisa, kamu besok mau gak kalo om ajak jalan-jalan? Kan besok hari sabtu!”

“Emangnya mau kemana Om Simon?” Lisa mendengar ajakan itu dengan senum mengembang karena telah membayangkan ia akan berduaan dengan bebas dengan pria gagah dan tampan itu.

“Kita nginep semalam di hotel dekat pantai yuk!” ajakan om Simon itu membat Lisa serasa mau terbang melayang.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel