Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2 [X]

Citra membuka matanya dengan perlahan. Dia melihat tubuhnya sekarang diikat di dinding. Parahnya lagi, tubuhnya sekarang telanjang!

“Huh? Apa ini!?” teriak Citra terkejut. Dia melihat ke seberang, dan tampaklah laki-laki yang selama ini dia kenal sebagai suami dari kakaknya yang wafat.

“Apa yang Kakak lakukan!?” balas Citra. Azhar hanya tersenyum dari tempat dia duduk. Laki-laki itu mendekati perempuan yang selama ini dikenal sebagai adik iparnya.

“Kamu cantik,” komentar Azhar seraya memutari sekitar tubuh Citra. Dia lalu menyentuh payudara perempuan itu. Citra merasa ini salah, namun, sentuhan itu membuat sesuatu dalam dirinya terpanggil.

“Hentikan ini kak!” teriakan pilu itu keluar dari mulut perempuan berusia 19 tahun itu. Gadis itu hanya bisa menatap ke lantai, matanya meneteskan air keputusasaan.

“Diam dan nikmati saja. Kecuali kamu ingin video ini tersebar,” balas Azhar dengan tenang. Dia duduk di kursi yang berhadapan dengan tubuh gadis itu. Ponselnya dengan tenang merekam penampilan perempuan yang seharusnya dia sebut sebagai adik ipar itu.

“Kenapa kakak lakukan ini?” ucap Citra dengan nada lemah.

Laki-laki itu hanya tersenyum, video terus merekam. Senyumannya melukiskan kesinisan yang nyata. Matanya seakan menyimpan hasrat.

“Kenapa?” tanya Azhar. Dia mengakhiri rekaman itu.

“Ah. Jangan berlagak bodoh, Citra,” jawab laki-laki itu. Dia tersenyum dan berdiri dari kursi itu.

“Aku tahu Halima dari awal tidaklah suci. Saat aku menerima pernikahan itu, aku hanya menerimanya karena melihatmu bersamanya. Jaringanku memberitahu bahwasanya kamu adalah adiknya,” balas laki-laki itu santai.

“Jadi… kakak selama ini hanya…,” ucapan itu keluar dengan terbata-bata dari mulut perempuan itu. Laki-laki itu tersenyum. Rasanya, sebuah pisau menyayat hati perempuan itu.

“Menurutmu kenapa aku mempersilahkan kamu datang?” tanya laki-laki itu dengan santai, “sampai aku bersedia membiayai pesantrenmu dan membangun ulang rumah keluargamu. Kamu pikir aku melakukan itu tanpa alasan terselubung?”

“Lalu… kakakku…,” ucapan tertahan itu dibalas dengan senyuman sinis laki-laki itu.

“Oh. Kamu mengira dia mati karena komplikasi penyakit saja? Aku yang meracuninya,” balasnya santai.

“Iblis!” teriak perempuan itu.

“Oh, aku iblis tentu saja. Iblis yang tampan dengan kuasa besar,” balas laki-laki itu dengan senyumannya. Dia lalu menatap tubuh perempuan itu. Dia lalu menambahkan kalimat yang mengejutkan Citra.

“Dan kamu akan meneriakkan namaku berulang kali malam ini,” ucapnya dengan senyuman sinis. Citra merasakan ketakutan menyelimuti tubuhnya.

“Sudah cukup percakapannya,” komentar laki-laki itu, “saatnya kita bermain.”

Azhar mencium bibir ranum Citra. Dengan cepat, Azhar membuat Citra kewalahan dengan permainan lidahnya. Perempuan itu hanya bisa terengah-engah oleh buaian Azhar. Azhar melepaskan ciuman itu. Air mata berlinang dari mata Citra.

“Jangan sedih begitu dong,” komentar Azhar. Dia menyentuh bagian intim Citra, yang membuat perempuan itu menggeliat secara refleks. Citra mencoba melawan.

“Hentikan kak!” pinta Citra tersedu-sedu. Dia tidak percaya bahwasanya suami dari kakaknya sendiri adalah jelmaan iblis.

“Ayolah, tubuhmu menikmatinya,” balas Azhar santai. Dia lalu menjilati klitoris Citra. Citra menahan diri untuk tidak mendesah, namun tubuhnya membangkang.

“Aaahhh! Kak Azhar!” lenguhnya. Azhar tersenyum puas dan terus menjilati klitoris perempuan itu. Meskipun otak Citra menentang, tubuhnya mendukung. Dia mulai menggelinjang kenikmatan. Azhar dengan mudah menemukan titik sentuhan paling efektif di tubuh Citra yang membuat perempuan itu cepat naik gairah.

“Kak! Aku mau kencing!” teriak Citra dan dia pun mengeluarkan cairan dari tubuhnya dalam jumlah banyak, yang dilahap oleh Azhar. Azhar tersenyum puas. Citra merasa hina.

“Lihat, tubuhmu menikmatinya,” komentar Azhar. Citra menggelengkan kepala. Dia tidak ingin semua ini berakhir menjadi dosa seumur hidupnya.

“Kamu sepertinya kehausan,” komentar Azhar lagi seraya memberikan segelas air kepada Citra. Ingin Citra menolak, namun Azhar memaksanya menenggak segelas air itu. Dia lalu mengambil remote yang berada di meja di kamar itu. Posisi dinding dimana Citra terikat pun berubah dari vertikal menjadi horizontal. Selain itu, ruangan ini ternyata terhubung dengan kamar Azhar.

“Nah. Sekarang enaknya gimana ya?” Azhar tampak berpiikir. Dia lalu mendapatkan ide. Azhar menyentuh klitoris Citra dengan dua jarinya. Tubuh Citra kali ini merespons lebih kuat dari sebelumnya. Selain itu, bagi Citra, otaknya sudah kesulitan memproses rasa nikmat yang dia rasakan.

“Ahhh! Terus Kak!” teriak Citra dengan nafsu membara. Azhar tersenyum puas.

“Begitu dong,” komentar Azhar yang kemudian memainkan kedua payudara Citra secara bergantian, sekaligus memberikan sentuhan jarinya ke klitoris perempuan itu. Desahan berulang keluar dari mulut Citra.

“Ahhh! Ahhh! Ahhh! Mantap Kak! Teruskan Kak!”

“Kak! Aku mau keluar!”

Azhar berhenti memberikan sentuhan tangannya dan memasukkan mulutnya ke depan klitoris Citra. Dia menerima semburan cairan tubuh Citra. Senyuman terukir di wajah Azhar.

“Sekarang, gantian kamu puasin aku,” balas Azhar seraya membuka pakaiannya. Kontol kebanggaan laki-laki itu mencuat tegak dan panjang. Citra tampak terkejut dengan ukuran kontol yang dimiliki Azhar.

“Sekarang, kamu masukkan kontol ini ke mulutmu!” perintah Azhar. Citra, tidak memiliki pilihan, dan dengan kemampuan berpikirnya terhambat, mengikuti perintah yang diberikan Azhar. Azhar melepaskan dua tangan Citra, sehingga bagian tubuh atasnya bisa bergerak. Otak Citra sudah tidak bisa lagi berproses untuk melawan sehingga dia malah membuat sepongan yang luar biasa kepada kontol Azhar.

“Ahhh! Mantap Citra! Terus! Terus! Sepongannya mantap!” desah Azhar dengan puas. Citra menelan kontol kakak iparnya itu layaknya permen. Dia jilat berulang kali. Sementara tangan Azhar terus bergerilya memuaskan Citra dengan memainkan kedua payudara gadis itu.

Setelah beberapa menit, Azhar akhirnya menyemburkan air maninya ke mulut Citra. Citra tampak terkejut, dan sekarang mulutnya dipenuh sperma Azhar.

“Telan!” perintah Azhar. Citra pun menelan air yang terasa asin itu. Selanjutnya, Azhar meletakkan kontolnya di antara kedua payudara Citra dan menggeseknya. Citra tampak menikmati sentuhan itu.

“Ahhhh! Kak Azhar!” teriak Citra. Mulai kembali terbangun oleh kalimat sensual dari Citra, Azhar pun beralih menggesekkan kontolnya di vagina Citra yang basah, membuat perempuan itu bersuara sensual berulang kali.

“Ah Ah Ah!” Desahan berulang itu terus keluar dari mulut Citra.

“Gimana?” tanya Azhar terus menggesekkan kontolnya di vagina Citra. Citra terus mendesah nikmat. Azhar tidak sabar untuk segera merebut keperawanan gadis ini.

“Masukkan kak!” perintah Citra. Pengaruh minuman yang diberikan Azhar telah mengambil kendali sepenuhnya. Azhar tersenyum puas. Dia sudah menunggu momen ini. Dia pun mulai menancapkan kontolnya ke dalam tubuh Citra. Citra pun berteriak kesakitan.

“Sakit Kak!”

“Sabar Sayang, kita akan capai surga bersama,” ucap Azhar seraya mulai bergerak pelan masuk dan keluar. Citra yang kesakitan pun perlahan berubah menjadi kenikmatan baginya. Desahan sakit berubah menjadi desahan nafsu yang membara.

“Masukkan lebih dalam Kak!” pinta Citra. Azhar tersenyum dan semakin kuat menghujamkan kontolnya ke dalam vagina Citra.

“Mau kencing Kak!” teriak Citra.

“Bersama-sama Sayang!” balas Azhar.

“Kak Azhar! Aku keluar!”

“Citra! Keluar bersama-sama!”

Dan Azhar pun mengeluarkan benih spermanya dalam tubuh Citra. Mereka pun melakukan itu untuk beberapa ronde, sebelum akhirnya terlelap dengan Azhar berada di atas tubuh Citra.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel